Kamu keluar kelas setelah 10 menit bel istirahat berbunyi. Kamu main ke kelas sebelah dan ngajak temen kamu ke kantin.
Kamu langsung mencari tempat yang kosong begitu tiba di kantin, sementara temanmu pergi memesan makanan.
Kamu mengeluh ketika mengingat kejadian di kelasmu tadi. Saat bel jam pertama berbunyi, masih banyak teman temanmu di luar kelas. Pak Tono yang merupakan guru pengajar saat itu kesal, karena banyak yang diluar dan ditambah lagi ketua kelas yang disuruh pak Tono buat panggil temen temennya malah gak balik balik. Jadinya Pak Tono laporin ke Miss Ina, wali kelas kamu.
Kamu jadi istirahat lebih lambat karena waktu pak Tono keluar, wali kelas kamu masuk. Dan diceramahin lah kalian. Sebenarnya masih banyak yang pengen Miss Ina bilang ke kalian, cuman karena banyak mengaduh perutnya sakit lah, maag nya kambuh lah, macem macem pokoknya. Jadinya kalian diistirahatkan.
Gadis berambut pendek dengan mata yang bulat datang menghampiri mejamu, ia meletakkan makanan yang kamu titipkan padanya, "Cepet makan, dikit lagi bel. Lo lama keluar sih" Ujarnya kemudian duduk dihadapanmu.
Kamu menatapnya dengan penuh harap, seakan-akan menatapnya saja hidupmu bisa berubah. "Lun," Panggilmu.
Luna menatapmu tenang, "Dipikirin mulu kenapa sih,"
Kamu menyeruput minumanmu, kemudian menghela nafas berat, "Gue salah dimana sih, harus sekelas sama mereka." Ungkapmu berterus terang, "Capek gue Lun, tujuan gue pengen dapet kelas yang tenang, dan damai. Seenggaknya buat gue seneng. Kalo masih kelas 11 mungkin gue gak bakal terlalu mikirin. Tapi ini udah kelas 12 Lun, bentar lagi ujian." Lanjutmu.
Luna mengangguk ngangguk saja sembari menghabiskan makanannya. Luna mengerti bagaimana keadaanmu sekarang. Ia juga tau, kamu mimpinya setinggi langit makanya kekhawatiranmu wajar saja bagi Luna, padahal mungkin kata orang lain sedikit berlebihan ya?
Kamu ini dari kecil gak pernah punya pilihan, semuanya diatur oleh orangtua kamu sampe kamu besar. Orangtua kamu pengen kamu jadi orang yang sukses, bisa masuk perguruan tinggi favorit. Setelah itu lanjutin bisnis keluarga kamu dan ngubur dalam dalam mimpi kamu.
Iya kamu cuman berani bermimpi, tapi semuanya udah diatur. Kamu gak mau ngecewain orangtua kamu jadi kamu ngikut aja. Toh kamu juga udah dikasih kebebasan milih jurusan apa pas kuliah, tapi setelah itu lanjutin bisnis keluarga kamu.
Makanya kamu khawatir. Kamu gak bisa masuk perguruan tinggi yang kamu mau, dan buat orangtua kamu kecewa.
Kalau aja kamu punya saudara laki-laki, mungkin saudara kamu yang lanjutin bisnis keluarga kamu. Dan kamu bisa membuat mimpimu bukan sekedar angan angan saja.
Tapi balik lagi ke fakta, kamu anak tunggal.
Luna menyeruput minumannya hingga tandas setelah menghabiskan makanannya, "Iya Rel iya. Udah ayo dihabisin dikit lagi bel nih"
Kamu mendengus dan menatap Luna kesal, "Gue Elin" Tegasnya yang lebih terdengar galak
Luna lalu terkekeh, "Lo tau anak sekolah sini latahan semua. Ada satu aja hal baru semua ngikut. Gue pun gitu"
Kamu menatap tajam Luna dengan galaknya "Heh !"
"Udah ah ayo buru makan" Ucapnya menghiraukan tatapanmu.
Kamu lalu melanjutkan makanmu dengan malas, pengen tukeran jiwa rasanya.
Kamu dan Luna kemudian bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan kantin. Kalian berpisah saat kamu ingin ke toilet dulu. Pengen buang air kecil, sekalian buang segala umpatan buat temen-temen kamu.
Saat kamu keluar dari lorong toilet, kamu mendapati Abin yang bersandar di dinding dan kamu jadi terlonjak kaget
Kamu mengernyitkan dahi, "Ngapain Lo?" Tanyamu penasaran.
Abin kemudian merangkulmu membuatmu melebarkan mata. "Ya nungguin lo lah" Jawabnya dengan santai.
"Heh!" Ucapmu galak lalu menoyor kepala Abin. Kamu lalu berusaha melepaskan tangannya dari pundakmu "Lepasin gak,"
Bukannya melepaskan Abin justru tertawa renyah, "Coba aja kalo bisa"
Kamu lalu memukul tangan Abin berkali kali, tapi gak ada gunanya. Gak ngaruh. Abin justru tersenyum puas.
Terlintas satu ide di benakmu, kamu lalu meraih tangan Abin yang bertengger di pundak kananmu, lalu mengigitnya penuh dendam.
"Awww sakit gila," Pekik Abin kesakitan.
"Mampus rasain Lo," Ucapmu tersenyum puas. Sebenarnya itu cuman senyum biasa, tapi di mata Abin kamu lagi senyum jahat jadi dia bergidik ngeri.
Kamu segera berlari menuju kelas dan meninggalkan Abin yang kesakitan.
"Awas ya lo"
***
Park Jisoo as Mentari Aluna
Tbc.
Heyooo ketemu lagi gais !! Ekhem aku mencium dark readers nih hehe. Tolong jangan lupa votenya guys, biar aku makin semangat ngetiknya. Jangan lupa divote sebanyak-banyaknya karena vote itu gratis. gratis. hehe. Okeh:D
KAMU SEDANG MEMBACA
Freedom | Jenbin
De TodoKeinginan kamu setahun terakhir itu cuma satu, bisa hidup senang, tenang dan damai tanpa ada gangguan apapun Kamu ingin bebas. Bahasa non-baku ©2019 Imroom