51 | Should I?

28 2 0
                                    


"ASSALAMUALAIKUM..." Ucap Lajita seraya membuka pintu rumahnya.

"Walaikumusalam..." jawab Clarissa seraya masih fokus pada ponselnya.

"Wah..., Mama nonton apa?" Tanya Lajita.

Sejenak Clarissa mengedarkan pandangannya menjadi kearah putrinya itu. "Afnan mana?"

"Oh... Afnan udah pulang. Terus Lajita dikasih ini. Padahal kan Lajita udah bilang enggak mau. Tapi dia malah maksa buat harus diterima. Enggak tahu isinya apa." Cerocos Lajita dan Clarissa hanya tersenyum dengan tatapan teduh membuat gadis itu kini bingung setengah mati dengan Mama nya.

"Loh, Loh?!" Ucap Lajita. "Kok Mama nggak marah?. Biasanya kalau Lajita dapat hadiah atau barang dari seseorang, Mama selalu ngelarang Lajita. Bahkan sering nyuruh buat ngembaliin barangnya. Dengan alasan lebih baik memberi daripada menerima."

Clarissa menatap Lajita beberapa detik. "Udah... enggak apa-apa. Kalau dari Afnan terima aja."

"Ihh kok gitu?, tapi kalau dari Kanaka Mama pasti khawatir."

Clarissa menghela napasnya kasar. "Lajita!, Mama itu takut kalau suatu saat Kanaka menuntut timbal balik dari kamu." Jawabnya tegas.

"Kamu tahu kan maksud Mama? Diluar sana banyak anak remaja yang terpaksa memberikan kehormatannya, hanya karena pacarnya sering ngasih ini itu ke mereka?"

Lajita bungkam, ada benarnya juga ucapan Mamanya itu. Tapi kan Kanaka bukan tipe cowok yang seperti itu.

"Tapikan ... Kanaka bukan tipe yang kayak gitu, Ma... tapi yaudah deh Lajita nggak mau berdebat sama Mama." jawab Lajita mengakhiri perdebatan diantara dia dan Mamanya.

Gadis itu kemudian pergi kekamar mandi, karena ingin mencuci tangan dan kaki. Sekalian ganti baju. Setelah selesai, Lajita ingin kembali duduk di ruang tamu karena kepo dengan bungkusan yang diberikan Afnan untuknya tadi sebelum pulang.

"Ma? Nonton apasih? Serius banget." tanya Lajita penasaran. Tapi tangan gadis itu tidak berhenti membuka bungkusan dari Afnan.

"Ini nih, Mama lagi lihat house tour-nya istri billionaire ternama di Indonesia. Mereka punya banyak pusat berbelanjaan, saham, sampai pabrik di dalam negeri bahkan luar negeri,

keluarganya juga termasuk dalam orang-orang berpengaruh di negeri ini. Tuh lihat rumahnya aja gede banget. Inimah udah bukan rumah."

Lajita makin penasaran, namun tetap memilih membuka barang yang dibungkus kertas kado itu.

"Wah! Highlighter..." ucap Lajita spechless. "

"Yaampun... tangganya melingkar-lingkar kaya istana. Megah bangett. Itu bersihin temboknya gimana ya? Tinggi banget." gumam Clarissa membuat Lajita lagi-lagi penasaran sampai akhirnya ikut menonton.

Gadis itu tampak kepo dengan wajah pemilik rumah megah itu. Sayangnya masih belum terlihat. "Mana? Kok nggak kelihatan mukanya Ma?"

"Bentar dong, ini kan lagi ditunjukin detail-detail dari ruang tamunya."

Lajita kemudian memilih untuk kembali asik pada Highlighter pemberian Afnan. Ia benar-benar menyukainya.

"Tuh ini istrinya, cantik banget kan? Anggun bangett..." Kata Clarissa seraya menyodorkan layar ponselnya kearah Lajita.

Sejenak gadis itu diam. Seperti pernah melihatnya. Namun dimana. Lajita terus fokus melihat wajah wanita itu.

"Keluarga mereka jarang banget diekspos sama media, paling-paling cuma prestasi yang keluarga mereka raih aja yang sering diberitakan."

Kanaka For CarmelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang