50 | Bad Day, Good Day

23 2 0
                                    


LAJITA bosan, entah sudah berapa lama ia duduk diatas kasur sambil menonton video masak-masak di Instagram. Ditemani dengan brownis yang ia beli tadi siang, Lajita merasa ada yang kurang karena sejak tadi ia tidak mendapat pesan atau panggilan untuk video call dari Kanaka.

Kemana cowok itu?. Tidak biasanya, Kanaka seperti ini. Atau... jangan-jangan ia sekarang sedang pergi bersama dengan cewek Paris itu, emm si Alyssa?.

Lajita buru-buru menelepon Kanaka. Hatinya resah, tetapi mencoba berusaha untuk tetap tenang. "Kanaka... kenapa nggak angkat teleponku?" Gumam Lajita dengan pikiran yang sudah macam-macam.

Panggilan tidak terjawab.

Lajita menghembuskan napasnya kasar. WhatsApp Kanaka terakhir dilihat pukul delapan pagi tadi. Sedangkan sekarang sudah jam lima sore. Kanaka kemana?. Jika cowok itu pergi, pasti meninggalkan sebuah pesan untuk Lajita. Tetapi hari ini?. Tidak ada pesan sama sekali.

Apa ucapan Kanaka ketika mereka berdua berada di depan gudang sekolah waktu itu adalah sebuah kebohongan?.

"Lajitaaaaa!, Naaaaak!" panggil Clarissa tiba-tiba dari luar kamar gadis itu.

Lajita mengerutkan dahinya. Batinnya bertanya-tanya kenapa sang Mama memanggilnya dengan begitu kencang.

"Iyaaa, Maaa" jawab Lajita, lalu langsung beranjak dari duduknya dan kemudian keluar kamar.

"Iya, Ma. Ada apa?" Tanyanya setelah berhadapan langsung dengan Clarissa.

"Kamu ditungguin Afnan tuh dibawah."

"Hah? Afnan?. Ada perlu apa dia datang kesini?"

Clarissa berdecak tidak suka, "Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu. Udah gih sana temenin Afnan ke toko alat tulis. Katanya dia mau cari brushpen atau apalah namanya itu, Mama nggak tahu."

"Loh kok Afnan nggak tanya dulu sama Lajita?" Tanyanya, lagi-lagi dengan nada yang tidak suka.

"Lajita... Nak, kamu nggak boleh seperti itu sama orang lain. Ingat, Mama nggak pernah ngajarin kamu berlaku seperti itu ya. Lagian kamu juga lagi nggak ngapa-ngapainkan?"

Lajita memutar bola matanya malas kemudian langsung turun kebawah dengan rambut yang dari pagi ia cepol dan dress floral selutut. Clarissa pun ikut turun kebawah, karena hendak pergi ke dapur.

"Nan?" Panggil Lajita setelah selesai menuruni tangga.

Cowok itu terlihat manis, memakai celana jeans warna hitam yang dipadukan kaos warna putih dengan tulisan hitam yang simple.

"Ta." jawabnya sambil berdiri dari duduknya.

"Kata Mama, lo mau ajak gue ke toko alat tulis ya?" Tanya Lajita dengan nada malas.

Afnan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ehm... iya. Maaf ya? gue nggak tanya sama lo dulu." Ucapnya dengan nada yang terdengar menyesal.

Lajita menghembuskan napasnya pelan. Walaupun ia tidak suka dengan kelakuan Afnan yang seperti ini, tapi ia harus bisa memahami niat baik Afnan untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

Iya. Cowok itu bilang—kemarin ketika mereka berdua sedang belajar bersama, jika ingin catatan sekolahnya sama seperti milik Lajita yang penuh dengan warna warni. Menurutnya, ia jadi mudah memahami dan menghafal materi.

"Yaudah enggak apa-apa. Gue mau kok nemenin lo beli. Lagian gue belinya di toko buku. Bukan di toko alat tulis yang ada di supermarket itu."

"Emangnya kenapa kok nggak di toko alat tulis?" Tanya Afnan penasaran.

Kanaka For CarmelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang