15 | Lekas Sembuh Untuk Hatimu

39 4 2
                                    


LAJITA tidak tahu mengapa hari ini ia ingin membaca buku sendirian di perpustakaan, tanpa Maudy, tanpa Alya, bahkan juga Kanaka.

Sebenarnya, yang dibacanya juga bukan buku pelajaran, melainkan novel remaja yang tokoh perempuannya itu, Lajita merasa mirip seperti dirinya. Maka dari itu, kini ia bisa sampai hanyut dengan jalan ceritanya.

Air matanya tiba-tiba saja menetes, kala tokoh perempuannya berpisah dengan tokoh laki-laki. "Nih, tissue buat lo." Ucap seseorang yang sudah lima menit duduk di samping Lajita, tetapi gadis itu tidak sadar karena terlalu serius membaca novel.

"Makash—", jawab Lajita terputus karena ternyata yang memberinya tissue adalah Afnan.

"Sih." Lanjutnya.

Afnan menatapnya datar, Lajita buru-buru menghapus air matanya menggunakan selembar tissue yang baru saja diberikan Afnan padanya.

Ia lalu beranjak dari duduknya, Lajita akan pergi mencari tempat duduk lain jika Afnan memang ingin duduk di sini. "Mau kemana?" Tanya Afnan seraya menahan pergelangan tangan Lajita.

Sesaat hening.

Detik kemudian, Lajita menarik pergelangan tangannya agar terlepas dari genggaman Afnan. "Mau cari tempat duduk lain." Jawabnyajujur.

"Kenapa?, lo nggak suka gue duduk disini?" Tanya Afnan.

Lajita menautkan kedua alisnya, "Bukannya lo yang enggak suka kalau gue duduk disini?"

"Kenapa enggak?" Jawab Afnan kini membuat Lajita bungkam. Entahlah, ia juga tidak tahu alasan Afnan tidak suka—semisal dirinya duduk disini. "Duduk. Gue nggak bakal gangguin lo kok." Kata Afnan.

Lajita menghela napas pelan, ia melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, waktu istirahat masih tersisa lima belas menit lagi. Lumayan, ia bisa membaca kira-kira tujuh lembar dari novel itu.

Lajita akhirnya mengangguk, dan duduk di samping Afnan lagi. Ia kembali membaca baris kata yang tadinya terhenti. Tetapi, baru sekitar tiga menit ia membaca, fokusnya buyar karena ia tidak sengaja menoleh ke Afnan.

Cowok itu terlihat sedang melamun.

Dan disini, Lajita bisa melihat kata kacau yang diucapkan Ferdi beberapa hari yang lalu tentang Afnan.

Mungkin, orang lain tidak bisa melihatnya kala berbicara dengannya—sama seperti Lajita tadi yang merasa biasa saja ketika berbicara dengan Afnan.

Tetapi jika mereka melihat Afnan melamun seperti ini, pasti mereka akan sadar kalau Afnan sedang tidak baik-baik saja.

"Nan?" Panggil Lajita ragu.

Tetapi Afnan masih belum menoleh. "Afnan?" Ulang Lajita seraya menyenggol lengan cowok itu pelan.

"Hah, iya?" Jawab Afnan kaget.

"Lo kenapa? ada masalah?" Tanya Lajita.

"Ya, gue emang lagi ada masalah. Dan masalah gue itu lo, Ta. Gue nyesel, kenapa gue nggak ngejar lo dari awal?" Batin Afnan.

"Kalau misalkan masalah lo gara-gara baru aja putus cinta, sebaiknya lo jangan berlarut-larut. Karena mencintai seseorang secara berlebihan itu enggak baik..." Kata Lajita berniat menasehati Afnan.

"Ya. Lo bener, Ta. Gue terlalu mencintai Zahra dulu, sampai buta kalau cewek yang gue butuhkan itu lo, bukan yang kayak Zahra..." Batin Afnan lagi.

Afnan hanya berani menjawab ucapan Lajita itu hanya di dalam hati saja. Tidak secara langsung.

Pengecut memang.

Kanaka For CarmelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang