46 | Sebuah Fakta

49 3 0
                                    


KANAKA membuat Lajita semakin bingung dengan terus diam seperti ini. Setelah selesai menceritakan semuanya pada Kanaka, cowok itu langsung diam dan enggan menatap matanya.

"Kamu kenapa, Kanaka?" Tanya Lajita seraya menarik-narik pelan lengan hoodie cowok itu.

"Kamu marah sama aku?"

"....."

"Kanaka?"

"....."

"Kanakaaa?" Panggil Lajita kali ini lirih, karena ia merasa takut dengan tatapan cowok itu yang semakin lama semakin menajam lurus kedepan. Walaupun tidak kearah Lajita, tetapi cukup dilihat dari samping seperti ini sudah mampu membuat ritme jantung gadis itu berdebar-debar.

"Aku minta maaf, Kanaka..." Ucap Lajita seraya menundukkan kepalanya.

Cowok itu masih tetap diam, dan lagi-lagi enggan menatap mata Lajita. Hingga akhirnya membuat gadis itu lelah, karena sepertinya juga percuma, perkataannya itu sedari tadi tidak digubris oleh Kanaka, Lajita kemudian memilih melepaskan lengan hoodie milik cowok itu.

"Yaudah, enggak apa-apa." Katanya, gadis itu mengedipkan mata beberapa kali agar air matanya tidak jadi keluar. "Kalau gitu aku pamit." Ucapnya lagi lalu berbalik badan dan hendak berjalan menuju pintu keluar taman, sebelum akhirnya Kanaka memeluknya dari belakang.

"Jangan. Jangan pulang sendirian." Gumamnya seraya menumpukan dagunya di kepala Lajita.

Dan saat itu juga air mata keluar dengan sempurna membasahi pipi. Lajita kini menangis hingga membuat Kanaka merasa bersalah.

"Maafin aku, Kanaka." Kata gadis itu pelan.

"Jangan minta maaf lagi. Kamu nggak salah, tapi aku yang egois." Jawab Kanaka seraya mengeratkan tangannya memeluk Lajita.

"Mungkin ini emang udah takdirnya keluarga Afnan bisa dekat banget sama keluarga kamu, dan mungkin aja nanti hati keluarga kamu akan sepenuhnya untuk Afnan."

Lajita menggeleng. "Enggak, kamu itu ngomong apa? Enggak kayak gitu, Kanaka."

Cowok itu tidak menggubris ucapan Lajita dan memilih meneruskan ucapannya. "Tapi kamu janji kan, Ta. Kalau hati kamu bakalan selalu buat aku?" Tanya Kanaka ia sengaja mengajukan pertanyaan ini agar hatinya bisa sedikit lega.

"Tentu, itu akan selalu buat kamu." Jawab Lajita lalu melepaskan pelukan cowok itu. Gadis itu kemudian memutar tubuhnya hingga seratus delapan puluh derajat agar bisa berhadap-hadapan dengan Kanaka.

"Tapi kenapa kamu ngomong kayak gitu?, seolah-olah Afnan itu suka sama aku?. Kanaka... Afnan itu lagi dekat sama Afa."

Mendengar itu Kanaka sekilas tersenyum miring, "Aku harus apa, Ta?. Bersyukur atau apa?"

"Apa maksud kamu, Kanaka aku nggak ngerti..." jawab Lajita dengan nada yang agak meninggi.

"Selama ini Afnan itu ada rasa sama kamu, Ta..." ucapnya dengan penuh penekanan di setiap katanya.

Sontak Lajita membulatkan matanya karena tidak percaya. Kanaka ini sedang ngawur atau apa. Gadis itu jadi bingung dengan Kanaka sekarang.

"Enggak, itu enggak mungkin." Jawab Lajita tidak kalah tegas.

Dan Kanaka menatapnya lekat-lekat, "Jadi, selama ini apa Ta?"

"Selama ini apa, Kanaka? Kamu nggak jelas kamu berputar-putar terus, kamu buat aku binging tau nggak?" Jelas Lajita, tidak tahu kenapa Kanaka saat ini seperti sedang mengadili gadis itu.

"Tapi Ta kenyataannya Afnan itu ada rasa sama kamu! Tapi kamu yang nggak sadar dengan semua itu." Tegas Kanaka sekali lagi, hingga membuat Lajita mematung.

Kanaka For CarmelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang