Ya Ampyiiunnn..
Kelean itu da besss buangett menggoda imanku buat update. Thankiess gaesss 😍😘
Ada pesan dari Adrian & Falya:
"Sudah Follow author kami kan?"
🌷🌷🌷
Falya POV
Sepanjang jalan pulang dari Rumah Sakit, wajah Bang Ian terlihat mendung. Tidak ada pembicaraan sama sekali yang terucap baik dari aku atau Bang Ian. Teringat isi kulkas yang kosong, aku lalu mengusulkan untuk pergi ke pasar dulu untuk berbelanja.
"Kenapa tidak ke supermarket?" Tanyanya datar
"Hhmm.. aku sudah punya langganan di pasar Bang.. segar segar koq. Dan lebih murah"
Bang Ian tidak bicara lebih lanjut lagi. Setelah menanyakan alamat pasar, Ia kembali fokus menyetir dengan raut muka tak berubah.
"Sudah berapa lama kenal Aiman?"
"Yaa..? " aku agak kurang jelas dengan pertanyaanny yang agak samar
"Papa Kia. Sudah lama kenal?"
Oohh Papa Kia.
"Tidak begitu kenal. Jarang ketemu juga Bang."
"Masa?" Tanyanya tak percaya
"Papa Kia kan kerjany di offshore. Jarang pulang. Kia juga kalau berobat seringnya dengan Eyang. Emang ada apa Bang?"
Bang Ian tidak menjawab pertanyaanku lagi karena keburu sampai di parkiran pasar.
"Aku tunggu disini saja" ujarnya pelan ketika aku hendak turun.
Tak mau banyak cakap, aku pun langsung mengangguk pelan.
Tiba dipasar, aku langsung menuju tempat daging daging dan ikan terlebih dahulu. Sudah ada penjual langgananku yang biasa aku beli jadi kadang dia memberi harga miring.
Oh iya, pasar tradisional ini pasar bersih dan tidak becek. Enaknya bisa ngobrol dengan mereka langsung berhadapan. Kadang beberapa ibu berkonsultasi tentang anak mereka karena mereka tahu aku dokter anak. Aku sih senang senang saja tak merasa pelit berbagi informasi.
Usai dari bagian daging dan ikan, aku ke tempat sayuran untuk membeli beberapa sayur segar. Kebiasaan dulu mas Aryo biasanya terbang 2 minggu, libur 1 minggu. Jadi pikirku, kemungkinan juga Bang Ian begitu.
Tak lupa juga melengkapi dengan buah buahan dan bumbu bumbu dapur yang suka aku jadikan bumbu instan. Mumpung libur, aku akan manfaatkan meracik bumbu siap saji.
Ketika sedang asik memilih buah buahan, tiba tiba sebuah tangan menyentuh bahu kananku pelan. Aku lalu menoleh dan mendapati Bang Ian berdiri dibelakangku.
"Lamaa bangett.." katanya
Aku tersenyum malu karena memang kebiasaanku belanja itu sambil ngobrol. Kenapa juga dia menyusulku?
"Ehh siapa nih mba dokter? Pacarnya yaa?" Suara mbak Siti penjual buah menyapaku hangat.
Aku mendadak bingung harus menjawab apa. Kuatir Bang Ian tidak berkenan dengan jawabanku.
"Adrian Bu, suami Falya." Dengan tersenyum tipis, bang Ian memperkenalkan diri.
"Ya ampun mbaak.. koq gak undang undang thoo nikahnya.."
Mb Siti langsung berteriak heboh.Hatiku merasa langsung bergetar ketika mendengar bang Ian memperkenalkan dirinya sebagai suamiku. Seriusan dia mengaku suamiku?
Gak pakai lama, beberapa penjual kenalanku langsung menghampiriku dan mengucapkan selamat atas pernikahanku. Aku tersenyum kecil menanggapi kehebohan mereka.
"Fal, tolong belikan daging lebih ya. Aku lupa bilang, teman temanku suka banget daging kering kamu kemarin. Sama teri baladony juga" bisik bang Ian ketika akhirnya kami meninggalkan area buah.
Aku mengernyitkan alis tak percaya.
"Kalau Abang suka juga gak?" Tanyaku ragu
Bang Ian tampak berdiam diri sejenak sebelum menganggukan kepalanya. Aku pun akhirnya tersenyum lega.
Baiklah Bang, apa sih yang enggak buat Abang?
🌷🌷🌷
Entah lapar atau apa, aku melihat Bang Ian dan Chika seperti balapan memakan masakanku saat waktu makan siang. Chika seperti kelaparan berapa hari tak makan. Bang Ian juga. Sedangkan aku? Hanya menatap dua makhluk itu seraya tak percaya dengan kerakusan mereka.
"Abang.. itu udangnya buat Chika dong.. ishh koq dimakan semuaaa!!!" Rengek Chika
"Laper deek..."
"Bodoo.. sisain laah.."
"Eh Bang.. koq kita kayak makan direstoran bintang lima ya? Aslii ini enak enak semua masakan Kak Falya.. seperti masakan Chef! akuu bisa gendut tinggal disini terus.."
"Baguslah.. biar saingan sama Falya.."
Deg. Aku terpana mendengar ucapan Bang Ian. Laki laki itu tampak salah tingkah sedikit dan menatapku sekilas sambil agak meringis. Tatapannya seakan sedang memohon maaf.
Ku lihat Chika langsung melempari kakakny dengan tissue yang ia gulung gulung.
Bang Ian merespon hanya dengan dua jari yang ia bentuk sebagai victory. Aku hanya tersenyum kecut dan menunduk menekuri piringku.
"Yeeey... gendut itu seksi tahuu. Kalau Abang gak mau, biar aku kenalin sama adeknya Direktur aku. Iparnya Fetty. Udah cakep, ganteng, tajir, pengusaha top di Singapur! Mau ya Kak Fal? "
Chika langsung memecahkan keabsurdan tadi sambil mencolek colek iseng bahuku. Wajahnya menantang Bang Ian dengan pongah.
Ku lihat Bang Ian langsung terbelalak kaget. Wajahnya langsung berubah. Rahangnya seperti mengeras menahan kesal.
"Kak Fal.. mau kan aku kenalin sama pak Atha? Kita liburan ke Singapur langsung yuk.. kenalan dulu aja, dating kemudian .. " bujuk Chika sambil mengelus ngelus lengan kananku.
Brukk
Tiba tiba saja Bang Ian mendorong kursi stool barny dengan kasar. Ia langsung berdiri dan meninggalkan kami.
"Boleh ya Bang kita ke Singapur ? Aabaaaang.." Chika berteriak memanggil kakaknya tapi diacuhkan bang Ian begitu saja
"Deek..."
Aku menggelengkan kepalaku dan menahan Chika berhenti melanjutkan candaannya. Ku lihat ia terkikik sambil menahan getaran di perutnya.
Samar, aku menyunggingkan senyumku melihat kelakuan adik iparku itu. Keningku agak berkerut dengan sejuta pertanyaan tak berjawab
Aneh. Kenapa wajah Bang Ian memerah ya?
Koq seperti menahan kesal ?
Masa iya dia harus semarah itu?
🌷🌷🌷
Aku gak mau bilang besok libur libur lagi deh. Soale gagal terus hahahaahahaha
Tetap Vomentny ditunggu yess..
Happy weekend!
KAMU SEDANG MEMBACA
Extravaganza Wedding
ChickLitMendapatkan wasiat terakhir untuk menjaga dan bahkan menikahi orang yang tidak dikenalnya dan bahkan tidak disukai secara fisik, Seperti terkena petir disiang hari bolong, Mematikan! Aggrhhh.. - Adrian Pratama - Takdir yang tidak kusangka, harus keh...