Maaf baru bisa update sekarang. Selamat membaca :D
***
BAB 6
Color My World
Color my world
Draw on my heart
Take a picture of what you think love
looks like in your imagination
Write on my soul
Everything you know
Use every word you've ever heard
To colour my world
Mungkin hari ini tidak secerah hari kemarin. Langit tampak mendung seperti petang, padahal masih pagi. Aku menjejakkan kaki keluar rumah bersama Gracy. Belum sempat aku menutup pintu kembali tiba-tiba ayah berteriak dari dalam rumah.
“Kurasa hari ini aku akan pulang terlambat. Titipkan saja Grace dirumah temanmu itu, aku lupa siapa namanya?”
“Kak Jodi, ayah.” Teriak Gracy memekakkan telingaku dengan suara cempreng-nya.
“Hah, Gracy. Jangan berteriak seperti itu pada ayah.” Kataku sambil menutup daun telingaku “Sejak kapan ayah selalu pulang tepat waktu.” Gumamku lalu menggandeng tangan Gracy.
“Kakak, lihat! Langitnya gelap sekali.” Gracy terus memperhatikan langit diatas kepalanya.
“Kau benar. Sepertinya akan turun hujan. Ayo! Kita harus bergegas.”
Kami berdua berlari-lari kecil di trotoar. Dan benar saja. Beberapa menit kemudian, tanpa pemberitahuan, hujan pun turun dengan sangat deras. Mengguyur kami yang saat itu sedang panik, apakah harus kembali ke rumah yang jaraknya sudah agak jauh untuk mengambil payung ataukah kami teruskan perjalanan sambil basah-basahan. Kututupi kepala Gracy dengan kedua tanganku, berharap dia tidak terlalu basah. Tiba-tiba saja sebuah Corolla hitam yang aku kenal betul siapa pemiliknya berhenti tepat di hadapan kami. Perlahan kaca jendelanya terbuka, menampakkan sesosok bocah lelaki yang baru-baru ini aku kenal, Peter. Aku berhenti sejenak.
“Gracy dan kakaknya, ayo ikut!” serunya mengajak kami berdua untuk naik.
“Masuklah! Kalian akan kebasahan jika berdiri saja disitu.” Teriak Shane
Dan aku tidak mungkin menolak tawarannya itu. Karena keadaan yang memaksa, aku dan Gracy segera masuk ke mobilnya. Setelah kami berada didalam mobil, aku segera mengusap-usap baju Gracy yang sedikit basah.
“Tidak apa-apa, kak. Bajuku tidak terlalu basah, tapi baju kakak basah sekali.” Kata Gracy sambil melakukan apa yang aku lakukan padanya.
“Peter, ambillah handuk kecil di dalam situ.” Shane menunjuk dashboard di depan adiknya. Kemudian bocah itu membukanya dan mengambil benda yang diperintahkan kakaknya.
“Ini. Pakailah, kak.” Kata Peter sambil menyodorkan sebuah handuk kecil berwarna putih padaku.
“Terima kasih.” aku tersenyum simpul pada bocah itu.
***
Kenapa tidak dari tadi hujannya mereda? Kenapa hujannya mereda setelah kami-aku dan Shane- sampai disekolah? Jika saja hujannya tak selebat saat aku mengantar Gracy dan Peter untuk masuk ke Carl’s Group, aku pasti sudah pergi naik bus. Ku edarkan pandanganku ke sekitar tempat parkir. Memantau apakah aku bisa turun dengan aman tanpa dilihat oleh seorangpun. Tapi, pandanganku langsung terhenti pada seseorang yang juga baru memarkirkan kendaraannya tak jauh dari mobil Shane. Motor itu! Bagaimana ini!? Apa yang harus aku lakukan!? Aku tidak mungkin keluar dari mobil Shane sementara pemilik motor itu berada tak jauh dari kami. Shane segera keluar dari mobilnya. Hei, tunggu! Kenapa kau keluar lebih dulu!? Aku belum mengucapkan terima kasih padamu! Dalam sekejap terlintas dipikiranku untuk melakukan sesuatu. Aku segera mengeluarkan post it yang selalu aku bawa kemanapun. -Terima kasih atas tumpangannya- itulah pesan yang aku tulis sebelum pada akhirnya aku tempel di dashboard mobilnya. Kuperhatikan sekitar. Mereka sudah agak jauh, aku bergegas keluar. Dan aku bersyukur karena Tuhan masih menolongku. Ada beberapa siswa yang melewatiku tanpa memperhatikan bahwa aku baru saja keluar dari mobil seorang Shane Filan. Kupercepat langkahku menuju ruang loker.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rose
FanfictionSt. John's Primary, salah satu sekolah terbaik di Sligo. Sekolah yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang kaya. Tapi berkat beasiswa yang didapatkannya, Gina bisa belajar disana. Di sekolah, Gina termasuk siswa yang pandai dan berprestasi. Namun, k...