BAB 3
YOU MAKE ME FEEL
You make me feel
You make me real
For the rest of my days
In so many ways
You make me feel
“Gina! Gina! Cepat kemari!” teriak ayah dari dapur. Aku pun bergegas merapikan rambutku yang kuikat separuh. “Gina! Kau tidak punya telinga, ya!?” teriakan itu membuat gendang telingaku hampir pecah dan parahnya lagi aku selalu mendengarnya setiap pagi.
“Aku datang.” Balasku meneriaki ayah. Dengan cekatan aku menuruni anak tangga satu per satu. Sesampainya di dapur. “Ada apa lagi? Bukankah aku sudah membuatkan sarapan untuk ayah?” tanyaku sambil memperhatikan ayah dan Grace yang sedang asyik menyantap makanan yang telah kubuat.
“Apa kau punya uang? Aku ingin meminjamnya. Tenang saja, aku pasti akan mengembalikannya.” Ayah tersenyum kecil sambil mengangkat kedua alisnya.
“Ayah selalu saja meminjam uang pada kakak. Harusnya ayah yang memberikan uang pada kak Gina.” kata Grace dengan polosnya sambil terus melahap sepotong roti.
“Hei, bocah kecil. Sebaiknya kau diam saja. Habiskan saja sarapanmu.” Ayah lalu menghambur rambut lebat Grace yang kecoklatan itu hingga berantakan.
“Apa ayah akan menggunakannya untuk berjudi atau membeli alkohol atau untuk membayar pelacur lagi untuk menemani ayah? Jika iya, maka aku tidak akan meminjamkannya.” aku menatap ayah dengan tatapan malas.
“Enak saja kau bicara! Aku akan menggunakannya untuk bekerja, untuk itu pinjami aku uang.”
“Baiklah.” Akupun mengeluarkan amplop yang diberikan oleh Archie kemarin.
“Ini. Hanya ini yang aku punya.” Kuserahkan amplop itu dan dengan cekatan ayahku meraih lalu membukanya.
“Apa ini gajimu selama sebulan? Banyak sekali!” ayah tampak terkejut saat melihat lembaran dolar yang kurasa cukup banyak.
“Bukan. Kemarin Bos ku memberikannya. Itu bonus.”
“Hei, apa kau tidak curiga padanya? Dia selalu memberikanmu bonus, padahal kau hanya karyawan barunya. Dia itukan masih lajang, mungkin dia memiliki rasa terhadapmu.” Ayah tiba-tiba mengangkat sebelah alisnya dan mempoutkan bibirnya sambil menggerakkannya kekiri dan kekanan. Seperti layaknya anak kecil yang sedang mencurigai.
“Dia adalah pria yang baik. Dan aku sudah menganggapnya seperti ayahku sendiri, diapun begitu, menganggapku seperti anaknya sendiri.” Aku tertawa geli dalam hati. Ingin sekali aku mengatakan bahwa ayah terlihat sangat lucu jika seperti itu. “Ayo, Grace. Kita berangkat.” Ajakku pada Grace sambil membantunya turun dari kursi makan.
“Hei, jadi kau tidak menganggapku sebagai ayahmu, ya?”
“Hmm.. Mungkin.” Jawabku dengan santainya.
“Hei! Kau ini benar-benar!” teriak ayah. Aku langsung berlari kecil bersama Grace. Grace tertawa melihat tingkahku dan ayah. Seandainya seperti ini setiap hari, pasti akan menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rose
FanficSt. John's Primary, salah satu sekolah terbaik di Sligo. Sekolah yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang kaya. Tapi berkat beasiswa yang didapatkannya, Gina bisa belajar disana. Di sekolah, Gina termasuk siswa yang pandai dan berprestasi. Namun, k...