10. Nyanyian dariku

29 10 4
                                    

"loh Kana, udah jam segini kok masih duduk santai gitu? Mana Tara?" Bunda datang dari dapur membawa makanan untuk anak anak panti yang lain.

"Belum keluar dari tadi"

"Udah coba diketuk kamarnya?" Kana hanya menggeleng sebagai jawaban.

Tok tok tok

"Tara, kok belum keluar? Kamu nggak papa kan sayang?" Bunda mengetuk pintu Tara.

---

Aku sudah siap dengan seragam sekolahku, namun aku belum siap bertemu Kana saat ini, aduh bagaimana ini. Aku hanya mondar mandir di depan pintu kamarku. Apa yang harus aku lakukan didepan Kana nanti?

Hari semakin siang dan aku masih saja di dalam kandang ku ini. Tapi kenapa Kana tak membangunkanku? Apa dia sudah berangkat? Dia meninggalkan aku karena marah sama ulahku kemarin? Aduh, semakin serba salah diriku ini.

Tok tok tok

"Tara, kok belum keluar? Kamu nggak papa kan sayang?" Itu suara bunda, aduh bagaimana ini? Apa aku pura pura tidur? Bukan bukan, itu bukankah rencana yang baik.

"I..iya Bun, bentar lagi, Tara masih siap siap" maafin Tara Bun, Tara bohong sama bunda.

"Udah siang loh Ra, nanti terlambat"

"Iya Bun, ini Tara udah selesai kok" usai mengatakan itu, aku keluar dan memasang senyuman yang sangat aku paksakan.

"Maaf Bun, Tara kesiangan" ucapku sambil cengengesan.

"Kok minta maaf sama bunda? Tuh minta maaf sama Kana" apa? Kana? Jadi dia masih disini? Dia menungguku? Oh, seketika aku semakin merasa bersalah padanya, maafkan aku Kana.

"Kana belum berangkat Bun?" Tanyaku memastikan.

"Belum, tuh masih di ruang makan. Tapi Kana juga aneh banget, nggak bangunin kamu. Kalian nggak lagi marahan kan?" Bunda curiga dengan sikap kami.

"Ng..nggak lah Bun, kita baik baik aja kok" aku sedikit gugup dengan pertanyaan bunda.

Aku dan bunda tiba di ruang makan, dan benar masih ada Kana yang duduk manis disana. Ia menunduk

"Kana, cepet sana kalian berangkat. Udah siang nih" Kana menoleh lalu beranjak dari duduknya.

"Kita berangkat ya Bun" Tara menyalimi telapak tangan bundanya lalu pergi mendahuluiku.

"Aku sama Kana berangkat dulu ya Bun"aku menyusul Kana yang sudah duduk di atas motornya.

Aku menaiki motor yang memang biasa aku kendarai bersama Kana. Namun hari ini bukan hanya aku dan Kana yang canggung namun, motor ini pun ikut canggung dihadapan ku.

Biasanya aku selalu memeluk punggung di depanku ini, namun hari ini aku bahkan tak tahu harus bagaimana bersikap padanya. Alhasil, aku hanya duduk kaku dibelakang punggung itu.

Kami telah tiba di sekolah, namun gerbang telah tertutup rapat. Jadi aku bingung harus melakukan apa, haruskah aku bolos? Atau aku masuk saja ke sekolah menantikan hukuman yang akan diberikan pada kami. Aku hendak turun dari motor namun dicegah oleh Kana.

"Mau ngapain?" Kana mencegahku menggunakan tangannya mencekal kakiku.

"Mau nyuruh pak satpam bukain gerbang" ya, otakku hampir buntu. Daripada kami harus duduk disini entah sampai kapan.

"Jangan bego deh Tar, yang ada kita cuma dapet hukuman" Aku meringis mendengar Kana bersuara dengan nada sedikit tinggi. Mungkin dia benar benar marah padaku.

"Terus kita cuma mau duduk disini sampe sekolah bubar?"

"Kita manjat pager belakang" mendengar jawaban Kana aku memelototkan mataku, bagaimana bisa aku memanjat dinding? Aku saja mengenakan rok pendek begini.

KaTa [On Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang