17. sing and camping

36 8 3
                                    

Hari penuh perjuangan telah usai, setelah beberapa hari kami menjalani ujian akhir semester, akhirnya telah usai dan tinggal menunggu hasil akhir nanti.

Hari ini, liburan belum dilaksanakan. Kami para siswa masih harus berangkat. Beberapa diantara kami ada yang sibuk dengan perlombaan yang osis sekolah ini buat, ada juga yang hanya sibuk berpacaran dengan pasangannya, sedangkan aku sedang sibuk berlatih untuk perlombaan esok hari.

Sebenernya, besok adalah hari dimana kelas 10 dan 11 akan mengadakan camping sebelum liburan esok. Namun aku tak bisa ikut karena perlombaan sialan ini.

Di dalam studio musik sekolahku, aku tengah duduk di depan piano hitam milik sekolah ini. Aku sangat tidak berkonsentrasi terhadap perlombaan ini. Bagaimana aku bisa konsentrasi, sedangkan diluar sana terdapat riuh penonton menyebut nyebut kelas masing-masing.

Ting ting

Terdapat dua notifikasi dari dua orang yang berbeda.

Kana

Gue tanding bentar lagi

Jovanka

Kelas kita bakalan tanding sama kelasnya Kana, cepetan dong latihannya

Aku berdecak sebal sambil melirik wanita paruh baya yang menjadi guru musikku. Ia sedang membuka buku tebal, entah ada tulisan apa di dalamnya sehingga membuat wanita itu hanya terfokus dengan buku di hadapannya.

Aku menekan asal piano yang ada di depanku, sehingga menimbulkan suara tak beraturan di dalam ruangan itu.

"Kenapa Tara?" Wanita itu bersuara, mungkin karena suara yang ditimbulkan dari piano itu.

"Bu saya kan udah 2 jam disini, masa saya nggak dikasih kesempatan buat ngeliat pertandingan di luar sih. Sekarang giliran kelas saya loh, apalagi ini babak final" ucapku sambil memanyunkan bibirku.

Wanita itu tersenyum sekilas kemudian menutup buku yang sedari tadi dibacanya.

"Baiklah, selesai pertandingan kamu segera kemari" aku membulatkan matu senang mendengar ucapannya.

"Beneran bu?" Ia mengangguk singkat menjawab pertanyaanku.

"Makasih ya bu"

Aku segera berlari keluar dari ruangan sempit penuh dengan alat musik itu dan menyusuri koridor menuju lapangan basket.

Sangat ramai, dua kata untuk menggambarkan suasana lapangan ini. Mungkin bukan hanya dari dua kelas yang bertanding, namun seluruh siswa sepertinya ikut menyaksikan pertandingan ini.

Aku segera bergabung dengan siswa sekelasku. Tepat di pinggir lapangan, terdapat Jovanka yang berteriak penuh semangat untuk menyemangati para pemain yang akan bertanding.

"Jo" aku memanggilnya sembari menyenggol tangannya.

"Hai princess, sengaja nunda latihan ya buat nontonin para pangeran sedang bertanding?" Aku memutar bola mataku kesal mendengar ucapan Jovanka yang memang selalu membuat telingaku panas.

Pritt

Peluit telah dibunyikan, itu tandanya pertandingan telah dimulai. Bukankah aku pernah mengatakan bahwa aku tak paham dengan pertandingan olahraga semacam ini, namun aku masih menontonnya karena satu manusia yang menjadi alasan di sana.

Kana terbalut dengan seragam basket tanpa lengan. Tubuhnya yang atletis dan tinggi membuatnya sangat pas dibaluti dengan pakaian apapun.

Kana tengah menggiring benda bulat yang dapat memantul itu, namun di depannya ada Alfian si ketua kelas yang menghalanginya. Namun entah bagaimana caranya, ia dengan mudah melewatinya dan yap, dapat memasukkan bolanya dengan mudah. Semua bersorak, karenanya. Kana memang sangat senang membuat semua orang berteriak memanggil namanya.

KaTa [On Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang