Sampai di rumah, Edlyn langsung menemui sang bunda. Dia ingin menceritakan semuanya dan meminta izin kepada orang yang melahirkannya itu sambil menunggu sang ayah pulang. Edlyn melihat bundanya dan adik satu-satunya itu sedang asyik di dapur.
"Bunda!" Edlyn langsung memeluk bundanya dari belakang. Bundanya tidak terkejut sama sekali, karena dia tahu bahwa yang memeluknya itu Edlyn dan hanya dialah yang memiliki kebiasaan seperti itu.
"Yeu ... masih aja manja dengan bunda," ucap Ragil adik kembaran Edlyn.
"Biarin, wle!" Edlyn memeletkan lidahnya ke sang adik.
"Bun, kakak mau ngomong serius sama bunda. Tapi bunda janji jangan marah ya," ucap Edlyn to the point.
"Iya, tapi ini bantuin bunda dulu bawakin cookies-nya ke ruang tengah." Edlyn pun menuruti bundanya lalu meletakkan cookies tersebut di atas meja.
"Kamu mau ngomong apa, Sayang?" Bundanya membawa Edlyn untuk duduk di samping Ragil.
"Bun, kakak mau nikah," ucap Edlyn dengan pasti.
Bunda dan Ragil pun terkejut. Pasalnya Edlyn tak pernah bercerita soal kedekatannya dengan pria mana pun ke keluarganya tapi sekalinya cerita dia akan langsung menikah.
"Sama siapa, Kak? Kok tiba-tiba?" tanya Bunda.
"Sama Rafa, Bun, suami Lia," jawab Edlyn sambil menunduk.
"Apa? Maksudnya Kakak mau jadi istri kedua?" Edlyn mengangguk lalu menangis.
Sambil menangis Edlyn berkata, "Bun, kakak minta maaf, Bun. Sebenarnya kakak udah nolak. Tapi kakak nggak tega liat Ibunya Rafa mohon-mohon ke kakak. Lia nggak bisa hamil, Bun. Sementara mertuanya sangat ingin cucu."
"Tapi kenapa harus Kakak, Nak?" lirih bundanya.
"Ibunya Rafa tau kalau kakak mencintai Rafa. Ibunya juga pasien kakak dulu waktu kerja di Jerman. Jadi kakak sama ibunya udah saling kenal," jawab Edlyn.
"Lia gimana?"
"Lia juga gitu, Bun, minta kakak buat nerima Rafa jadi suami kakak."
Bundanya mengelus kepala Edlyn lembut. "Menurut bunda itu terserah Kakak saja. Bunda kembalikan ke Kakak karena Kakak udah besar dan udah bisa nentuin masa depan sendiri."
"Iya, Kak. Kakak sekarang gimana? Mau nerima Rafa? Kakak siap emang jadi yang kedua?" tanya Ragil.
"Kakak In Sya Allah siap, Dek. Kakak ikhlas. Kakak juga kasihan dengan Lia yang selalu didesak sama Ibunya Rafa. Tapi kakak juga janji, kakak nggak akan nyakitin hati Lia dan kakak akan jaga perasaannya," jawab Edlyn.
"Ya Allah, Nak." Bunda memeluk Edlyn kembali.
"Bun, bantu kakak jelasin ke ayah ya."
Bundanya menganggukkan kepala mengerti. "Iya, Nak. Nanti bunda bantu jelasin ke ayah ya, Sayang. Sekarang Kakak mandi, salat, terus istirahat ya. Kakak udah makan, 'kan?"
"Makasih, Bunda. Kakak udah makan kok. Ya udah kakak duluan ke atas ya, Bun, Dek," pamit Edlyn pada dua orang yang sangat disayanginya ini.
"Iya, Sayang." Bunda mengecup kening anak perempuannya itu dengan sayang.
"Kak, adek nanti pinjem laptop ya."
"Laptop kamu kenapa?"
"Di service, Kak."
"Ya udah entar ambil aja ke kamar, Dek. Kalau kakak udah tidur, laptopnya diatas meja belajar."
"Oke, Kak. Makasih ya, Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istri Yang Kedua
RomanceTidak ada yang mau menjadi istri kedua. Termasuk Edlyn, seorang wanita cantik, sholehah, mandiri, harus menjalani kehidupan barunya menjadi istri kedua dari suami sahabatnya sendiri. Awal menikah kehidupan rumah tangganya berjalan bahagia. Edlyn san...