Hari ini Rafa dan Lia mengajak Bu Rike—mamanya Rafa—bertemu dengan Edlyn. Bagaimana pun ini juga saran dari Bu Rike, dia harus memastikan sendiri orang yang akan mengandung cucunya. Dia tak mau memilih orang sembarangan. Selain itu dia akan mengucapkan terima kasih karena orang itu bersedia menjadi ibu pengganti. Ya, Bu Rike adalah orang yang paling setuju dengan usulan dari Dokter Kandungan Lia. Baginya yang terpenting adalah bagaimana caranya agar ia memiliki cucu.
Selama perjalanan Rafa selalu tersenyum. Bagaimana tidak, dia akan bertemu lagi dengan Edlyn, wanita yang pernah mengisi hatinya namun tak sempat dimiliki. Kalau saja waktu itu dia berhasil mendekati Edlyn dan berpacaran dengannya, mungkin saat ini Edlyn-lah yang berada di sampingnya bukan Lia. Berada di samping sebagai istri dan menemaninya hingga tua bersama nanti.
"Kamu kenapa senyum-senyum?" tanya Lia. Wanita itu heran dengan tingkah suaminya yang sedari tadi tak berhenti tersenyum. Aneh.
Rafa melirik ke samping lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa. Aku cuma nggak sabar aja pengen punya anak." Jawaban yang tak sepenuhnya berbohong bukan? Ya walaupun ia tersenyum sebenarnya karena akan bertemu kembali dengan Edlyn
Lia mengernyitkan alisnya. "Bukannya semalam kamu menolak mentah-mentah, sekarang udah senang aja."
"Wajar dia senang. Kamu nggak usah selebay itu deh!"
Perkataan Bu Rike barusan membuat Lia terdiam. Rafa pun menggenggam tangan istrinya itu. Dia tahu pasti Lia sangat sakit hati karena ucapan mamanya. Alasan mamanya untuk membenci Lia memang nyata adanya. Namun Rafa sangat mencintainya walaupun sang mama tidak pernah sekali pun merestui pernikahan mereka.
Tak lama mereka sampai di kafe tempat pertemuan mereka semalam. Edlyn mengabarkan bahwa dirinya sudah sampai, jadi mereka tinggal mencari di mana tempat duduk wanita itu berada. Mata Rafa tepat pada sasaran, dia melihat Edlyn tengah duduk sambil menikmati minumannya, Mocca Float. Ya, bahkan minuman kesukaan dari Edlyn saja Reygan tahu. Tak berlama-lama lagi, langsung saja dia menggandeng tangan mamanya dan Lia menghampiri Edlyn.
"Hai, Edlyn," sapa Lia.
Edlyn mendongakkan kepalanya lalu tersenyum ke arah Lia, Rafa, dan ... perempuan paruh baya yang berdiri di sisi kanan Rafa. Bukan dia tidak kenal, dia sangat mengenali Bu Rike. Beliau adalah pasien Edlyn dulu sebelum pindah ke rumah sakit ini. Ya, memang Edlyn dulu sempat bekerja selama dua tahun di Jerman.
"Dokter Edlyn?"
Edlyn langsung berdiri dan memeluk Bu Rike. Sudah tiga tahun lamanya dia tidak berjumpa dengan Bu Rike. Terakhir saat di Jerman dulu, sewaktu beliau berobat. Pelukan Edlyn dibalas hangat oleh Bu Rike. Lia dan Rafa sedikit terkejut melihat mereka berdua. Yang mereka tahu Edlyn baru ini bertemu Bu Rike, tapi seperti sudah sangat akrab.
"Sedang apa kamu disini, Nak?" tanya Bu Rike.
"Duduk dulu, Bu, Lia, Rafa. Nggak baik sambil berdiri begini," ucap Edlyn. Mereka pun duduk dengan Bu Rike yang di samping Edlyn sambil memegang erat tangannya.
"Edlyn yang akan menjadi ibu pengganti itu, Ma." Bukan Edlyn yang menjawab pertanyaan Bu Rike tadi melainkan Rafa.
"Ya Allah." Bu Rike langsung memeluk Edlyn.
Bu Rike melepas pelukannya dan menatap Edlyn penuh harap. "Saya mau ngomong serius sama kamu, Nak. Tapi nggak di sini. Kamu bisa ikut saya?" Edlyn menatap Lia. Setelah Lia menganggukkan kepalanya saat itu juga Edlyn pergi meninggalkan Lia dan juga Rafa.
***
"Dokter Edlyn, saya tau sebenarnya kamu mencintai anak saya, 'kan?" tanya Bu Rike saat mereka sudah tiba di meja lain tapi masih di dalam kafe itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istri Yang Kedua
RomantizmTidak ada yang mau menjadi istri kedua. Termasuk Edlyn, seorang wanita cantik, sholehah, mandiri, harus menjalani kehidupan barunya menjadi istri kedua dari suami sahabatnya sendiri. Awal menikah kehidupan rumah tangganya berjalan bahagia. Edlyn san...