Empat

8.3K 773 31
                                    

Aku tahu bukan hanya Aku yang inginkan kamu.
Tapi ketika raga dan jiwa ini ingin menyerah. Hati ini enggan untuk berpaling.

•Assaalamualaikum a new City•


Aku menitipkan sweater hitam milik Ka Ali pada Atha, tentu aku sudah mencucinya dengan benar. Aku tak mau  ada isu tidak sedap jika aku yang mengembalikannya pada ka Ali.

Sudah cukup kemarin lusa aku mendapat tatapan horor dari pada pemujanya. Terlebih, raga ini selalu memikirkan ucapan dari Rafi, jika Ka Ali memiliki rasa lebih terhadap Ka Azizah.

Ya Rahim... Jika aku boleh memilih, lebih baik dulu tetap ada di Pondok Pesantren dan tidak pernah mengenal sosoknya, dari pada aku harus merasakan jatuh cinta sebelum halal.

Dan saat ini, aku mempercayai ucapan Rafi, bahwa memang benar Ka Ali memiliki rasa lebih terhadap Ka Azizah.

Tepat di depan masjid sekolah, aku melihat mereka. Ka Azizah yang tampak tertawa ketika  Ka Ali mengucapkan sesuatu padanya dan sangat kentara sekali jika keduanya sama-sama salah tingkah.

“Haah!” aku menghela napas kasar.

“Kenapa?” tanya Sarah, yang sedang mengikat tali sepatu di sampingku. Aku menggeleng.

“Wah! Ka Ali sama Ka Zizah, akrab banget ya,” ucap Sarah. Aku hanya mengangguk pelan.

Ya! Biarlah rasa ini mendapatkan hak semestinya. Biarkan hati ini mendapat hukuman atas rasa yang hadir tanpa balutan halal.

Aku masih menatap ke arah keduanya dan tiba-tiba saja, Ka Ali dan Ka Azizah menoleh menatapku. Sontak, aku langsung memalingkan pandangku gawat kalau mereka tahu jika sedari tadi aku memperhatikan mereka.

Astagfirullahaladzim...

“Rafi mana sih? Lama banget,” ucap Sarah.

“Paling lagi pakai sepatu bareng Bang Atha,” jawabku.

“Aku udah lapar nih,” sambung Sarah. Aku hanya diam dan berusah menetralkan detak jantungku yang benar-benar terasa tidak karuan.

Tak lama kemudian Rafi datang bersama Atha, namun Atha memilih menghampiri Ka Ali dan Ka Azizah dan pergi bersama mereka.

Kebiasaan Atha memang seperti itu, selalu berurusan dengan senior.

“Yuk, kantin,” ucap Rafi. Aku dan Sarah beranjak dari duduk dan pergi ke kantin.

Jujur, aku ingin menanyakan satu hal tentang Ka Ali dan Ka Azizah pada Rafi, namun takut dia curiga.

Tapi jika tidak tanya penasaran, ya sudahlah lebih baik bertanya saja.

“Fi?” panggilku.

“Iya Sayang?” jawabnya, aku langsung membulatkan mataku saat dia memanggilku sayang.

“Heh! Panggilnya!” tegurku dan Sarah malah ketawa.

“Hehe, keceplosan gue,” ucapnya.

“Tapi sama sahabat gak apa-apa lah,” sambung Rafi. Aku menggelengkan kepalaku dan fokus pada pertanyaan yang akan aku lontarkan.

Kau Tempatku Pulang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang