Lima

7.8K 802 24
                                    

Ku tuliskan kenangan bersaman dengan ribuan tetes air hujan yang jatuh menghantam bumi tanpa rasa bersalah.

Assalamualaikum a new City•

Budayakan Vote sebelum membaca 🌹

-
-
-


Ummi pernah berkata padaku,

Mencintai adalah fitrah dari sang Illahi, namun, apabila cinta pada manusia buta sampai tiada penerang untuk mendapat ridho-Nya, sudahlah. Itu pasti akan hancur. Karena cinta manusia akan binasa karena cinta yang abadi hanyalah, cinta kepada Allah swt.”

Dan...

Ada dua jenis cinta di dunia ini, yaitu.
Yang pertama , Cinta pada Allah dan Rasul-nya. Ketika kita mencintai Allah dan Rasulullah maka kita tidak akan pernah merasakan sakit .

Yang kedua, yaitu mencintai seorang hamba sahaya. Terkadang perasaan kita terhadap hamba-nya begitu besar melebih cinta pada sang Penciptanya. Maka dari itu Allah timpakan rasa sakit saat engkau lebih mencintai seorang hamba dari pada Penciptanya.”

Dari situ aku mulai belajar untuk tak berharap lebih pada seseorang. Karena ternyata, Ummi juga pernah merasakan hal yang amat pahit tentang sebuah cinta.

Iya meski sampai saat ini aku belum jujur pada ummi, jika aku menyimpan rasa pada sosok kaum adam, namun Ummi selalu tahu apa yang aku rasakan.

Bagiku, ummi adalah sosok bidadari yang menjelma menjadi wanita biasa yang selalu mencintaiku dan memberiku arahan bagaikan kompas.

Bruk

“Aduh!” pekikku dan sukses membuat kepala ini terasa pusing.

Dan seketika bumi ini terasa goyang, pandanganku kabur. Namun ada sosok yang berlari ke arahku dan...

***

*

Author'Pov

Asma masih tidak sadarkan diri setelah bola basket menghantam kepalanya begitu saja saat jam istirahat siang tadi.

Ali masih tampak khawatir karena Asma tak kunjung sadarkan diri. Iya itu kibat ulah yang tidak di sengaja oleh Ali.

“Gimana? Asma belum sadar?” tanya Atha yang baru saja datang sambil membawa buku tebal dari perpustakaan. Ali menggeleng.

“Di dalam ada siapa?” tanya Atha.

“Sarah,” jawab Ali. Tanpa basa-basi lagi, akhirnya Atha masuk ke dalam ruang uks di ikuti oleh Ali di belakangnya.

Terlihat Sarah masih setia memijat lengan Asma dan sesekali memberi minyak aroma terapi di telapak tangan Asma yang terasa dingin.

“Adek gue belum sadar juga,” tanya Atha sambil menaruh bukunya di atas narkas. Sarah menggeleng.

Kemudian Atha mengelus kepala Asma yang masih terbalut jilbab berwarna coklat dengan rapi.

“Dek? Ini Abang, bangun dek,” ucap Atha.

Tidak lama setelah itu, kedua bola mata Asma kembali terbuka. Atha, Ali, dan Sarah mengucap syukur.

“Abang?” ucap Asma pelan sambil memegang kepalanya yang masih terasa pusing.

“Masih pusing?” tanya Atha. Asma mengangguk.

Kau Tempatku Pulang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang