Come to Light

434 56 8
                                    

Mingyu hanya memandangi Seulgi dalam diam, kerutan di keningnya menandakan jika dirinya masih tak mengerti akan perkataan gadis itu. "Kenapa?"

Gadis sipit di depannya sudah membuka mulutnya, namun ditutup kembali untuk menarik napasnya. "Ayahmu sakit, dia terkena strok"

Ekspresi Mingyu membeku, dia tidak tahu apa yang baru saja dia dengar dari mulut Seulgi itu benar atau tidak. Selama ini ayahnya tidak pernah menghubunginya, dan satu-satunya kabar yang ia dengar sekarang adalah ini?

"Tadi eomma menelponku, katanya tak ada yang bisa menghubungimu, jadi dia menyuruhku untuk memberitahumu ini, dan berharap kau bisa pulang untuk bertemu dengannya" jelas Seulgi.

Mingyu tersenyum miring, "kenapa juga dia harus sakit"

"Mingyu.." tutur Seulgi.

Pria itu menarik napasnya sambil menunduk. Punggung dan bahu gagah itu kini kembali runtuh, dan terlihat lemah. Seulgi meraup tangan Mingyu, berusaha memberinya kekuatan, "aku akan menemanimu pulang"

Tapi Mingyu menggeleng, "jangan, tidak perlu. Bagaimana dengan Sehun nanti"

Seulgi terdiam sebentar, dia juga hampir melupakan itu. Apakah ia jujur saja bahwa ia harus menemani Mingyu pulang ke Anyang, tapi apa itu akan membuat Sehun curiga? Atau dia bohong saja dan bilang jika dirinya harus pulang ke Anyang untuk menemui orang tuanya?

Mingyu melepaskan tangannya yang di genggam Seulgi, lalu berganti menepuk lembut tangan gadis itu. "Aku akan baik-baik saja, aku bisa pulang sendiri"

Hanya saja dia juga tak bisa untuk tidak ikut pulang, ibunya dengan jelas menyuruhnya untuk ikut ke Anyang bersama Mingyu. Perdebatanpun terjadi dalam pikirannya.

"Aku akan mengatakan yang sebenarnya pada sehun jika ayahmu sedang sakit, dia tahu sekali jika kita sudah berteman sejak lama. Dia pasti mengerti alasan kenapa aku juga harus ikut denganmu" Jelas Seulgi.

^_^

Setelah mendapat kabar jika Seulgi sudah bertemu dengan Mingyu, tentu saja itu membuat Sehun lega. Meskipun di sela semua perasaan aneh dan kecurigaannya, kenyataan bahwa Mingyu pergi dari rumah cukup membuatnya khawatir juga.

Seulgi berniat untuk menenangkan teman mereka itu, dan sepertinya bukan ide yang baik bagi Sehun untuk ikut ada disana, terutama karena memang sejak awal Mingyu tak mau ada yang tahu mengenai masalahnya dan keluarganya.

Tak lama sejak dia sampai di rumah, Sehun cukup kaget saat menerima telepon dari Seulgi yang mengajaknya untuk bertemu sebentar. Katanya ada yang ingin gadis itu biacarakan. Jadi disinilah dia, beridiri di depan apartement gadis itu, menunggunya untuk keluar.

Dalam waktu tiga menit, Seulgi terlihat berlari kecil keluar gedung. Tubuh kecilnya terbalut Sweater kebesaran yang membutnya semakin terlihat seperti anak kecil. Ia tersenyum saat melihat Sehun, "maaf aku menyuruhmu datang malam-malam. Kau pasti lelah setelah mencari Mingyu tadi"

Sehun menggeleng, lalu dengan jarinya merapikan helaian rambut Seulgi yang menutupi wajah gadis itu. "Tidak apa-apa, ada apa?"

Tidak langsung berbicara, Seulgi menarik napasnya dulu karena telah berlari tadi. Ia menengadahkan kepalanya untuk menatap Sehun yang jauh lebih tinggi di atasnya. "Sepertinya aku harus pulang dulu ke Anyang beberapa hari"

Sebelah alis Sehun terangkat, "kenapa?" tanyanya. "Apa terjadi sesuatu dengan orangtuamu?"
tanyanya khawatir.

Gadis itu menggeleng, "untungnya tidak" jawabnya. "Tapi ayah Mingyu, dia terkena strok"

Entah apa yang harus ia rasakan. Di dalam hatinya terjadi benturan hebat antara simpati, dan perasaan cemburu. Lagi-lagi nama Mingyu terselip diantara mereka. "Ayah Mingyu?"

Clique ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang