Swifting

409 66 9
                                    


Dirinya memang tak pernah berpikir jika hal ini akan terselesaikan dengan cepat.  Keadaan sudah memburuk akibat situasi dan waktu yang tidak tepat. Yang dirinya tahu, sehun sudah kembali ke Seoul, tanpa membuat status jelas antara mereka. Mingyu masih harus mengurus ayahnya, namun karena waktu yang terlalu lama, akhirnya Seulgi pun harus kembali ke seoul.

Mingyu meminta maaf pada Seulgi akan keadaan antara dirinya dan Sehun sekarang. Tapi untuk apa pula, toh itu juga kesalahan Seulgi. Mingyu tak pernah sekalipun memberinya saran untuk menutupi ini semua, Seulgilah yang bergerak dengan pemikirannya sendiri.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, dan juga menemui ayah Mingyu untuk berpamitan juga, dia menuju halte bus diantar oleh Mingyu.

Sejak kejadian dengan Sehun beberapa saat lalu, keduanya nampak sedikit canggung satu sama lain. Mereka merasa bersalah pada satu sama lain. Seulgi merasakan itu setiap kali melihat wajah mingyu yang masih belum bersih dari luka dan lebamnya, sedangkan Mingyu merasakan itu setiap kali melihat Seulgi menghela nafas sambil memandangi ponselnya.

"Masih belum ada kabar dari Sehun?" tanya Mingyu.

"Untuk apa juga Sehun memberi kabar padaku" senyum Seulgi pahit. Dalam hatinya dia sudah merasakan jika mungkin memang inilah akhir mereka, meskipun tanpa kata perpisahan.

Mingyu mengulurkan tangannya dan mengacak pelan kepala Seulgi. "Semangatlah, jangan lepaskan cintamu"

"Tapi aku juga tak ingin menyakiti cintaku" tutur Seulgi.

Mendengar itu Mingyu langsung menutup mulutnya dan tersenyum. "Maaf aku tak bisa kembali ke Seoul bersamamu dan menyelesaikan semua bersama" tuturnya.

Seulgi menggeleng, "kau fokus saja pada kesembuhan ayahmu. Aku akan baik baik saja"

Akhirnya Mingyu mengangguk, meskipun dirinya masih merasa khawatir pada gadis itu. "Hati hati, oke?"

^-^

Sesampainya ia di rumah, Wonwoo terlihat sudah menunggunya. Tanpa bicara banyak tiba tiba saja pria itu mendekat dan memeluknya erat. Ini adalah sesuatu yang sangat jarang mereka lakukan, tapi hanya di lakukan di saat yang memang dibutuhkan.

Wonwoo sudah tahu semua keadaan yang terjadi karena Seulgi langsung mencurahkan semuanya pada kembarannya satu itu. Dia juga meminta Wonwoo untuk memperhatikan Sehun di kampus jika bertemu, jujur karena Seulgi sangat mengkhawatirkan pria itu. Namun hasilnya nihil, Wonwoo bahkan tak melihat pria itu di kampus.

Tangan Wonwoo menepuk punggung Seulgi lembut. Mungkin ini yang dinamakan kekuatan anak kembar, suasana hati kembarannya bisa ia rasakan dengan sangat jelas. Bahkan tanpa mengatakan apapun, Wonwoo jelas tahu bagaimana hancurnya perasaan Seulgi sekarang ini.

"Kau yakin akan langsung kembali ke kampus?" tanya Wonwoo sambil mengantar seulgi untuk duduk di sofa.

Seulgi menghela napas, "tak ada hal lain yang bisa aku lakukan selain itu" jawabnya. "Aku harus menyelesaikan semuanya"

"Bagaimana sih, lalu apa yang di lakukan Mingyu?  Tunanganmu itu harusnya membantumu sekarang ini!" tutur Wonwoo.

Ini kali pertama kalinya Wonwoo memihaknya, biasanya dia malah merasa ingin bertukar keluarga dan berharap saudara kandungnya adalah Mingyu bukan Seulgi.

"Ayahnya sedang sakit, dia tak bisa apa apa" bela Seulgi.

Wonwoo berdecak, "tapi tetap saja" ujarnya. "Kalau begitu biar aku temani ya"

Seulgi cepat cepat mengheleng. "Jangan, itu malah terlihat seperti aku mencari teman untuk beralasan lebih banyak" jelasnya.

Dengan kesal Wonwoo menghela napasnya. "Lagian, kenapa juga kau melakukan ini di awal" tuturnya. "Tak bisakah kau menerima pertunanganmu dengan Mingyu dan berlaku seperti tunangan normal" ia melirik kearah Seulgi yang hanya membalas tatapan Wonwoo dengan tajam.

Clique ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang