Part 4

10.6K 1.5K 124
                                    

Sudah lima hari Vanilla menjalankan perannya sebagai seorang OG. Ia sekarang sudah mulai menikmati pekerjaannya. Setiap pagi ia akan menghidangkan kopi, teh atau susu sesuai dengan permintaan para staff kantor. Ia menerima semua ucapan terima kasih plus senyum ramah dari setiap staff yang ia layani dengan senyum ramah juga. Ia paling hanya nyengir-nyengir geli jika  digombali oleh para staff laki-laki yang terang-terangan ingin pedekate dengannya. Beberapa bahkan ada yang nekad ingin melamarnya! Mereka mengusulkan agar ia cukup duduk manis di rumah saja. Segala kebutuhannya dan juga kebutuhan anak-anak mereka kelak biar menjadi urusan mereka saja katanya. Vanilla hanya tertawa dan mengatakan bahwa ia belum ingin menikah dalam usia semuda ini. Mereka semua  tidak mengetahui jati dirinya yang sebenarnya, kecuali Altan dan Winda. Dua manusia songong itu sudah pasti amat menyukai posisi terendahnya saat ini.

Secara pribadi sebenarnya ia juga tidak terlalu mempersoalkan tentang status kasta yang dianggap turun kelas oleh Winda. Baginya itu semua tidak penting. Jujur ia malah merasa beruntung. Sulit dipercaya bukan? Ia merasa beruntung karena dengan bukan menjadi siapa-siapa, ia menjadi lebih mudah bergaul dengan siapa saja dengan lebih leluasa. Dengan demikian ia jadi tahu apa problema kehidupan para pekerja dan masyarakat yang maaf, hidupnya kurang beruntung dalam hal materi. Ia juga sering membantu Mang Entis dan Pak Budi, SATPAM kantor yang sakit-sakitan karena faktor usia. Vanilla sering membelikan obat-obatan atau pun sekedar makanan yang ia bawa dari rumah. Mereka bercerita bahwa beban hidup mereka sangat berat karena harus menanggung biaya rumah tangga sekaligus juga biaya pendidikan anak-anak mereka yang menurut mereka sangat mahal. Makanya mereka berdua bekerja keras. Selain sebagai Satpam, mereka juga bekerja serabutan sebagai ojek online atau pun berjualan makanan setelah kantor tutup. Mereka melalukan berbagai usaha agar kebutuhan hidup keluarga bisa terpenuhi.

Sering bergaul dan berbincang dengan orang-orang yang kurang beruntung, membuat pribadinya menjadi lebih peka. Ia seolah-olah merasa ikut mengalami hanya dengan mendengar cerita mereka. Ikut merasakan beban yang mereka tanggung setiap harinya. Mereka mengatakan kalau masa depan anak-anak mereka sangat bergantung dari pekerjaan yang mungkin dianggap remeh oleh orang-orang kebanyakan. Padahal dibalik sebuah pekerjaan, ada resiko dan beban berat yang ditanggung oleh mereka semua. Hanya saja kita tidak sepenuhnya tahu karena sekadar melihat pekerjaan itu dari luar. Sekarang ia sudah bisa lebih menghargai kerja keras seseorang dalam bidang apapun pekerjaan mereka. Ia kini menyadari bahwa tidak ada pekerjaan yang pantas dipandang sebelah mata di dunia ini. Seremeh apapun itu, ada waktu, tenaga, resiko dan pengabdian yang dikorbankan di dalamnya.

Pagi yang sibuk. Vanilla dengan cekatan meracik minuman dan mengantarkannya dengan cepat ke meja-meja para staff. Ia kembali lagi ke pantry untuk membuatkan kopi Altan. Sepertinya setelah tugas magangnya usai, ia bisa melamar menjadi seorang barista handal akibat keseringan meracik kopi. Apalagi kalau meracik kopinya untuk boss setannya ini. Tidak pernah sekali langsung jadi. Minimal harus sampai gelas ketiga, baru katanya rasa kopinya layak diminum oleh manusia. Lihatlah, bagaimana ia jadi tidak kepengen meneteskan beberapa cc sianida de dalam kopinya? Karena alasan itulah ia selalu membuat kopi untuk boss songongnya itu paling akhir. Karena  kalau pun ia nanti bakal bolak balik mengganti bergelas-gelas kopi, pekerjaannya yang lain tidak akan terganggu. Betapa sabar dirinya bukan? Akhir-akhir ini sepertinya sabar telah menjadi nama tengahnya.

Hari ini kantor mereka akan kedatangan client-client penting dari luar negeri untuk membahas pembangunan apartemen-apartemen siap huni. Pembangunan apartemen belakangan ini memang semakin gencar saja. Tidak hanya di pusat kota, bahkan pembangunan hunian vertikal ini sudah mulai bergeser ke area pinggiran kota. Dari selintas pembicaraan yang kemarin tidak sengaja ia dengar, unit-unit yang ditawarkan Altan pada client sold out hanya dalam hitungan minggu. Makanya sepertinya Altan akan kembali membangun apartemen-apartemen mewah dengan menggandeng para investor-investor luar negeri. Alasan pembangunan apartemen terus menggeliat tentu saja dikarenakan keterbatasan lahan. Dan kondisi tersebut mendorong tingginya harga rumah tapak yang salah satunya dipengaruhi oleh harga tanahnya. Semakin maju suatu daerah dan infrastrukturnya, maka pasti akan semakin tinggi juga harga tanahnya. Oleh karena itulah, apartemen menjadi solusi banyak orang yang ingin memiliki tempat tinggal praktis namun ekonomis.

Kekasihku Musuhku (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang