Part 1

10.6K 330 1
                                    

Seorang wanita berhijab bernama Arina masuk ke dalam ruang UGD bersama ibu dan saudara perempuannya.

Arina pun langsung mengisi formulir pendaftaran. Sedangkan saudara perempuannya mendampingi ibunya yang sedang menjalani perawatan medis.

Tidak lama kemudian Arina langsung mendekat pada ibu dan saudara perempuannya dan langsung berkata...

" Gimana mbak keadaan ibu? "

" Ibu harus di rawat inap Rin. Nggak apa-apa kan Rin? "

" Nggak apa-apa mbak, yang penting ibu cepat sembuh dan sehat kembali. Masuk ruang rawat inapnya kapan mbak? "

" Justru karena itu mbak bingung. Tadi perawat bilang masih menunggu kamar kosong. Sekarang ruang rawat inapnya penuh. Entah berapa lama kita harus menunggu ruang rawat inap yang kosong. Mungkin 1 jam, 1 hari bahkan 1 Minggu. "

" Benarkah? "

" Iya Rin, seperti itu yang di bilang tetangga mbak di dekat rumah. Dulu saudaranya pernah masuk rumah sakit umum ini juga. Kalau seperti ini, mbak jadi bingung jadi pulang atau nggak. Atau biar mas Bagas aja yang pulang sendirian dan mengurus anak-anak di rumah. Soal pekerjaan, mbak izin nggak masuk kerja aja. "

" Mbak, mbak nggak usah khawatir dan bingung-bingung lagi ya. Sekarang mbak sama mas Bagas pulanglah, ini kan sudah sore mbak. Perjalanan mbak dan mas Bagas kan menempuh jarak 2 jam. Nanti biar Arina sendirian aja yang mengurus ibu di rumah sakit ini. "

" Tapi Rin..."

" Nggak ada tapi-tapian mbak. Ayo mbak, mbak cepatan pulang. Kasihan anak-anak mbak, apalagi si bungsu yang masih baby. "

" Kamu yakin mau menunggu ibu sendirian di sini? "

" Yakin mbak Anin. Arin kan udah terbiasa menunggu mbak, apalagi menunggu jodoh. "
Ucap Arina tersenyum.

" Kamu ini bisa aja. Ya udah kalau gitu mbak dan mas Bagas pulang dulu ya Rin? "

" Iya mbak, tapi Arin minta tolong ya mbak buat menurunkan koper bawaan Arin tadi buat di rumah sakit ini. "

" Oh iya koper. Ngomong-ngomong soal koper, kamu hebat deh Rin selalu tepat dalam perencanaan. Untung aja tadi kamu udah membawa semua perlengkapan kamu dan ibu. Jadinya mbak dan mas Bagas nggak harus bolak-balik ke rumah ayah dan ibu lagi. "

" Iya mbak, Arin kan nggak mau merepotkan mbak Anin, mas Bagas, mbak Alin dan mas Budi. Mbak Alin kan di rumah pasti sedang repot banget mbak, apalagi mbak Alin habis lahiran. Mas Budi kan juga repot ngurusin ayah yang stroke di rumah kita. "

" Iya dek. Ya udah, mbak keluar dulu ya? Nanti mbak akan menyuruh mas Bagas mengantarkan koper kamu kemari. "

" Iya mbak. "

Tidak lama kemudian koper Arina pun datang. Mbak dan masnya Arina pun pulang ke rumah. Arina sendirian menunggu ibunya di UGD sambil mulutnya komat-kamit membaca dalam hati ayat suci alquran.

Arina memang selalu membawa al-quran kecil kemana pun dia pergi dan selalu ada di dalam tas kecilnya. Tidak lama kemudian datang seorang dokter muda, Putih dan tampan mendekati ibunya Arina dan langsung memasang infus. Saat melihat dokter muda tersebut, Arina langsung berkata dalam hati...

" Subhanallah, tampan sekali dokter ini. "

Tiba-tiba jantung Arina berdetak-detak dengan sangat cepat. Arina pun kembali berbicara sendiri di dalam hatinya...

" Ya allah, kenapa jantungku berdetak sangat cepat seperti ini? Aku sudah lama tidak pernah merasakan jantungku berdetak dengan sangat cepat seperti ini lagi. Apa aku jatuh cinta lagi? Apa aku jatuh cinta pada dokter muda ini? Apa ini adalah cinta pada pandangan pertama? " 

Terima Kasih Imamku (1-16 End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang