Part 2

6.4K 285 0
                                    

Saat seorang dokter dan perawat wanita juga ikut mendekati ibunya Arina, Arina langsung tersadar, menundukkan pandangan matanya dan mengucap istifar dalam hati.

" Astafirullahalazim, mengapa aku berpikir yang tidak-tidak. Arina sadar, mungkin dia milik orang lain. Mungkin dia sudah punya istri. Mungkin dia sudah punya tunangan. Mungkin dia sudah punya pacar. Mungkin salah satu dokter, perawat maupun pegawai yang ada di rumah sakit ini maupun di dalam ruang UGD ini adalah istrinya, tunangannya atau pun pacarnya. Apalagi hampir semua dokter wanita, perawat wanita dan pegawai wanita yang ada di ruangan ini cantik-cantik, pintar-pintar dan wanita karier, tidak seperti aku. "

Saat dokter dan perawat wanita tersebut pergi dari hadapan Arina, tidak lama kemudian dokter pria tersebut berkata...

" Nama saya Haykal Akbar ya bu Nurma. Kalau ibu perlu bantuan saya, ibu panggil saya saja. "

" Iya dokter, terima kasih. "

" Sama-sama. "

Saat Haykal akan pergi, Arina berkata...

" Terima kasih banyak ya dok atas bantuannya. "

" Sama-sama, itu sudah tugas saya sebagai seorang dokter. "

Waktu pun berlalu detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam dan hari demi hari. Di dalam ruang UGD tersebut, tanpa Arina sadari kedua matanya terus menerus menatap ke arah Haykal yang sedang sibuk merawat beberapa orang pasien yang datang dan pergi dari ruang UGD tersebut.

Untuk mengalihkan pandangan dan pikirannya, Arina mencoba berkonsentrasi lagi untuk membaca ayat-ayat suci al-quran di dalam hati. Terkadang Arina merasa sangat bosan dan penat berada di dalam ruang UGD tersebut. Arina pun berbicara sendiri di dalam hati...

" Ya allah, ini sudah 3 hari aku dan ibu berada di dalam ruang UGD ini. Tubuhku rasanya kaku dan sakit semua ya allah. Pegal sekali rasanya ya allah. Ya allah, aku ingin sekali berbaring, meskipun hanya di atas lantai yang beralaskan tikar lipat yang aku bawa dari rumah. Kira-kira kapan ya ibuku masuk ke dalam ruang rawat inap? Seandainya saja ada keluargaku yang bekerja di rumah sakit ini, mungkin saja sekarang aku dan ibu sudah berada di ruang rawat inap. "

Tiba-tiba Arina mengalihkan pandangan matanya ke arah Haykal yang sedang tertawa dan tersenyum pada rekan-rekan kerjanya. Arina merasa sedih sekali melihatnya dan kembali berbicara sendiri di dalam hati...

" Ya allah, kenapa dia tertawa dan tersenyum bukan bersamaku? Kenapa harus dengan wanita lain? "

Arina menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Ibunya yang melihat hal tersebut langsung berkata...

" Kamu kenapa nak, bosan ya nungguin ibu terus-terusan di ruang UGD ini? "

" Nggak apa-apa kok bu. "

" Kamu pasti capek kan nak, terus-terusan duduk seperti itu? "

" Nggak apa-apa bu. "

" Sabar ya nak, mungkin sebentar lagi kita dapat ruang rawat inap?"

" Iya bu. "

Beberapa jam kemudian seorang perawat pria mendekati Arina dan ibunya. Perawat pria tersebut berkata...

" Mbak, ibu Nurma sekarang sudah bisa masuk ke dalam ruang rawat inap. "

" Alhamdullilah... "

Ucap Arina dan ibunya berbarengan. Arina pun cepat-cepat berkemas. Perawat pria tadi pun kembali berkata...

" Mbak jangan lupa bawa semua barang-barang mbak dan ikutin saya ya mbak? "

" Iya. "

Saat Arina akan meninggalkan ruang rawat inap tersebut, Arina menoleh ke belakang dan berbicara sendiri di dalam hati...

" Selamat tinggal cinta... "

Terima Kasih Imamku (1-16 End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang