Part 6

5.3K 236 3
                                    

Haykal pun membantu mendorong tiang infusan Arina sampai di depan pintu kamar mandi. Setelah itu Arina langsung  mengambil air wudhu. Selesai mengambil air wudhu, Haykal kembali membantu mendorong tiang infus Arina sampai di depan ranjang Arina.

Arina langsung mengambil peralatan sholat yang ada di dalam tasnya, duduk kembali ke atas ranjangnya, memakai mukenanya dan langsung sholat Ashar dengan sangat khusyuk.

Sedangkan Haykal duduk menjauh dari Arina, sesekali Haykal melihat Arina yang sedang sholat dan berdoa dengan sangat khusyuk.

Selesai Arina sholat, Haykal membawa kursinya kembali dan duduk mendekat ke arah Arina. Arina yang merasa risih menjadi serba salah dan berkata...

" Dokter Haykal kok masih ada di sini? "

" Kenapa, nggak boleh? "

" Boleh dok, ini kan rumah sakit. Apa dokter mau menjalani pemeriksaan lagi pada saya? Kalau iya, dokter kok sendirian tidak bersama beberapa dokter dan perawat lain? Lagi pula dokter kok tidak memakai baju kerja dan memakai baju kaos biasa. "

" Saya tidak sedang menjalani pemeriksaan terhadap kamu kok, Arina. Sekarang kan bukan jam kerja saya lagi, makanya saya hanya memakai baju kaos biasa. "

" Oh...terus dokter ngapain ada di ruang rawat inap saya? "

" Mau besuk kamu, ini kan jam besuk untuk pasien. "

" Besuk saya? "

" Iya. Kamu kan orang yang saya kenal. "

" Terima kasih banyak dok, udah mau repot-repot membesuk saya. "

" Sama-sama. Oh ya Arina, saya senang tadi siang kamu masih ingat dengan nama saya. Terima kasih ya sudah mengingat nama saya. "

" Sama-sama dok. "

Suasana tiba-tiba menjadi canggung. Arina pun kembali bicara...

" Dokter maaf, bukannya saya mau mengusir dokter tapi sekarang hampir jam 6 sore. Jam besuknya hampir habis, lagi pula sebentar lagi Magrib. Lebih baik dokter Haykal pulang aja ya? Saya nggak enak sama istri dokter di rumah. "

Haykal tersenyum mendengar semua ucapan Arina dan berkata...

" Lebih baik kamu mandi aja ya Arina dan ambillah air wudhu untuk sholat Magrib nanti. Sekarang saya bantu kamu mendorong tiang infusan kamu sampai ke depan kamar mandi ya dan jangan menolak lagi. Setelah itu saya akan keluar dari ruangan ini. "

" Iya dok. "

Haykal kembali membantu mendorong tiang infus Arina sampai ke depan pintu kamar mandi. 15 menit kemudian, Arina keluar dari dalam kamar mandi. Arina sangat kaget sekali saat melihat Haykal masih berada di dalam ruang rawat inapnya. Arina pun langsung berkata...

" Dokter Haykal kok masih ada di sini dan belum pulang ke rumah? "

Haykal bangkit dari kursinya dan secepatnya membantu mendorong tiang infus Arina sambil berkata...

" Tunggu saya sebentar ya, Arina. Saya mau mengambil air wudhu dulu. Nanti kita berdua sholat Magrib berjamaah ya? "

" Berjamaah...?!?! "

" Iya. Pahala sholat berjamaah itu kan jauh lebih besar dari sholat sendirian, Arina. Hari ini biar saya ya yang menjadi imam sholat kamu? "

" I...mam sa...ya...?!?! "

" Iya. Buruan pakai mukena kamu, saya mau ambil wudhu dulu dan jangan lupa tunggu saya untuk menjadi imam kamu. "

Ucap Haykal sambil berlalu masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil air wudhu. Arina yang masih speecless mendengar semua ucapan Haykal tadi hanya diam terpaku.

Tiba-tiba Arina merasakan bunga-bunga bermekaran di dalam hatinya. Arina pun senyum-senyum sendiri. Saat menyadari sesuatu yang salah,   tanpa terasa air mata Arina menetes.


Terima Kasih Imamku (1-16 End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang