BAGIAN 1

9 2 0
                                    

Dua orang laki-laki berjalan beriringan di koridor, sesekali mereka tersenyum ke arah siswa yang berlalu lalang.

"Chandra, katanya lo putus sama Adisha. Beneran?" tanya laki-laki itu seraya menepuk pundak Lelaki bernama Chandra itu.

Chandra yang tadinya terlihat tenang, seketika berubah menjadi pucat. Ia menghela napas dengan panjang lalu mengangguk mengiyakan.

"Menurut elo, gue harus ngapain ya, Rayi?" tanya Chandra dengan tidak bertenaga.

"Hm gimana ya? Ke kantin dulu, gue laper nih," ujar Rayi melangkahkan kakinya lebih cepat daripada Chandra.

Siswa-siswi mengerumuni suatu tempat hingga berdesakan. Begitulah suasana kantin lantai dua yang Chandra dan Rayi pijakki. "Chan, gue kosongin tempat dulu, elo pesenin gue noh!"

Chandra yang tahu pasti sifat Rayi, tak menjawab, ia tahu meskipun dirinya menyuruh Rayi untuk tetap, tak akan bekerja. Chandra dengan cepat menerobos kerumunan orang itu. "bakso sama es jeruk satu."

Ibu kantin meletakan semangkuk bakso dan segelas es jeruk, Chandra dengan cepat mengambil es jeruk itu, saat ia berhasil menyentuh es jeruk itu, ada tangan mungil yang lebih dulu menyentuh gelas itu. Chandra menatap sang pemilik tangan, seorang perempuan dengan kacamata diiringi rambut kuncir kuda, matanya yang indah mempesona sangat cocok dengan kacamatanya, Ukuran tubuh yang kecil itu juga cocok dengan dirinya hingga kata 'Mungil' pantas didapatkan olehnya. Chandra sempat terpesona akan wujud perempuan itu.

"Ah, silakan duluan." Chandra mempersilakan perempuan itu, perempuan itu tersenyum dan mengambil es jeruk itu.

"Terima kasih ...." ucapnya dengan pelan, tapi masih dapat didengar oleh Chandra.

"Sama-sama."

Chandra pun memesan es jeruk dan mendatangi Rayi yang sudah menyiapkan tempat untuknya, Rayi dengan cerianya melahap bakso itu. "Jadi, elo masih sayang sama dia?"

"Hah?" tanya Chandra yang melamun seraya menyeruput es jeruk miliknya.

"Elo masih sayang sama dia gak?"

"Hah?"

Rayi pun menampol Chandra dengan agak keras. "Ditanyain tuh jawab yang bener!"

"Dih, maaf."

"Lo masih sayang sama Adisha?" Rayi melambatkan makannya karena masih agak emosi dengan Chandra tadi.

"Ya, masih sayang sih ...."

"Kalo gitu, mau perjuangin lagi?" tanya Rayi.

"Hm ...." Chandra berpikir, lalu menganggukan kepalanya.

"Ya sudah, begini caranya."

*****

Chandra menghembuskan napasnya. Ia berjalan mendekati perempuan kuncir kuda dan memiliki lemak berlebiham di pipi, yang tak lain lagi, Adisha.

"Hai," sapa Chandra dengan tersenyum.

"Hai," balas Adisha tanpa tersenyum, datar. Adisha berjalan meninggalkan Chandra.

"Pengen ke kantin?" Chandra mengejar Adisha dan menyamakan langkahnya.

"Iya."

"Gue pengen ikut."

"Rin, gue ikut!" Ucap Adisha pada seorang perempuan rambut digerai panjang yang terlihat indah-Rindu.

"Gue i-"

"Chan! Tugas kelompok!" Panggil Diftha, seorang laki-laki dengan topi hitam memanggil Chandra dari arah kelas.

"I-Haduh!" Chandra memandang sosok Adisha yang perlahan-lahan hilang dari pandangannya.

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang