Chandra dan yang lainnya kini sedang dalam perjalanan. Ia duduk di kursi bersampingan dengan jendela, di sampingnya ada Dela.
"Eih? Dela?"
"Hum? Chandra," Balas Dela.
"Eih kalian udah saling kenal?"
"Satu sekolah? Satu kelas?"
Seketika dua wanita paruh baya itu melontarkan beribu pertanyaan kepada sepasang teman yang baru saja kenal. Di perjalanan menuju TK pun sama, mereka tetap ditanya apa yang mereka lakukan bersama di sekolah.
Ketika memasuki bus, Dina selaku ibu Chandra berkata, "Eh, Dela duduk sama Chandra aja. Biar ada temen ngobrol."
Sepanjang perjalanan, yang dilakukan Dela hanyalah duduk, terpaku pada film yang sedang ditontonnya yakni drakor Phinocio. Sesekali, Chandra melirik ke wajah Dela yang fokus menonton film, wajahnya terlihat lucu saat menonton seperti itu.
"Phinnocio? Drakor yang kalau dia bohong, dia cegukkan itu?" tanya Chandra memecahkan keheningan.
Dela melepas salah satu headset miliknya dan mem-pause filmnya. "Kamu tau? Udah pernah nonton?"
Chandra mengangguk, dan menjawab, "Tau, pernah nonton sih bareng kakak sepupu, tapi gak nonton sampai tamat."
"Oh ... mau nonton bareng?" Dela menyerahkan headset kirinya pada Chandra.
"Boleh tuh." Mereka menonton film itu bersama-sama. Bus menjadi sanksi bisu atas kenangan manis bagi Chandra. Dela sesekali tersenyum, tertawa. Satu hal yang pasti ada di pikiran Chandra, ia makin menyukai Dela.
Silir angin perlahan berhenti menerpa dari arah jendela. Bus itu berhenti tepat di hadapan sebuah kebun binatang. Terpampang d
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra
Teen FictionChandra Yudhistira. bukan badboy, Ketos, apalagi cowok dengan kecuekannya mengalahkan es. Chandra adalah Chandra, lelaki dengan kesetiaan dan keramahannya. Konflik bermula ketika Adisha, cewek tembem dengan kuncir kuda yang merupakan pacar dari Chan...