Bagian 3

10 2 0
                                    

Pertandingan kembali mulai, Dela memilih untuk kembali ke lantai dua untuk menikmati pertandingan tanpa berdesak-desakan, dan panas-panasan.

Dela menatap Chandra di pertandingan, terlihat senyuman ikhlas terpampang di wajahnya.

"Menangkan loh,"

*****

Chandra kembali ke posisi paling depan, bersama dengan Rayi. Rayi yang posisinya sebagai Point Guard mengoper ke Chandra. Berbeda dengan tadi, gerakan Chandra kali ini sangat bagus, ia langsung tahu ketika ada yang akan menghadang dan mengopernya ke Diftha sang Shooter.

Diftha memasang kuda kuda, dan melambungkan bolanya menuju ring, namun itu bukanlah tembakan, tetapi umpan. Chandra lekas melompat, meraih bolanya dan memasukannya ke dalam ring. Seketika penjuru lapangan bertepuk tangan atas kehebatan Chandra.

Perlahan tapi pasti, SMA Danadyaksa mengejar dan lebih unggul. Hal itu berkat Kekompakan tim Danadyaksa meningkat ketika Chandra berhasil dengan teknik barunya.

PRIIT PRIIT!

Peluit tanda berakhirnya pertandingan berbunyi. Dengan skor 65 : 48, SMA Danadyaksa menang. Para pemain basket tadi tak semuanya langsung pulang, ada yang memilih duduk di samping lapangan dan menonton lanjutan dari acara itu. Khusus untuk hari ini, kepala sekolah mengijinkan adanya pertunjukan ekskul SMA Danadyaksa.

Chandra menatap kain biru yang tergeletak tepat di samping tasnya.

"Punya Dela. Kembaliin aja lah, daripada gak ada kerjaan, sekaligus terima kasih." Chandra melangkahkan kakinya perlahan menuju UKS.

Di pagar pembatas, ada Dela yang sedang membaringkan kepalanya di pagar itu sembari menonton aksi ekskul.

Chandra mendekati Dela, dan ikut menatap aksi ekskul lain.

"Eh!" Dela mundur beberapa langkah karena kaget.

Chandra mengulurkan kain yang ia pegang "Punya elo kan?"

"Oh iya, Makasih." Dela mengambil kain itu.

"Gue yang harusnya makasih. Makasih, gegara elo, gue bisa menang."

"Hm, bukan apa-apa kok." Jawab Dela terkekeh.

Mereka bersama-sama terjebak dalam keheningan. Ingin rasanya bagi mereka untuk bicara, namun entah mengapa lidah mereka kelu. Bahkan menatap wajah satu sama lain saja tidak berani.

"Chandraa ..., disini rupanya, kamu tampil speech ya nanti." Seorang perempuan dengan rambu sebahu menghampiri Chandra.

"Eih? Kalian pacaran?" Tanya perempuan itu lagi ketika melihat di samping Chandra ada Dela.

"Eh! Enggak kok Mbak!" Dela melambai-lambaikan tangannya sambil terkekeh, "Iya kan Chandra?"

"Heem, Iya, bener!"

"Ya udahlah, kalo begitu ijinkan Mbak Anggi fotoin kalian!"

"Hah, Ap-"

Belum sempat Chandra dan Dela menolak ucapan Anggi, Anggi mengeluarkan hpnya dan memotret Dela dan Chandra. Terlihat wajah tanpa ekspresi di antara mereka berdua.

"Mbak!" Terlihat wajah kesal di wajah Dela, pipinya menggembung hingga terlihat sangat imut.

"Hehe, maaf Dela. Mbak fotoin lagi deh."

"Enggak gituu!"

"Plis deh sekali lagi, mbak minta." Anggi merapatkan kedua telapak tangannya sembari tersenyum.

"Ya udahlah, sini Chan." Dela meminta Chandra untuk berdiri di sampingnya.

"Ayo dekat lagi sini, kita kayak musuhan tauk kalo jauhan gini."

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang