"Itu kan?" Chandra mengingat-ingat sosok perempuan yang ia rasa pernah melihatnya.
"Ini, si Dela bantuin. Gue balik ke kelas. Moga elo cepet sembuh." Ucap Adisha ketus, lalu meninggalkan mereka berdua.
Suasana hening. Dela kemudian mendekati Chandra dan memegang dahi Chandra yang berlumuran darah.
"Hm, gitu." Dela mengambil betadine, kapas, dan plester.
Dela mengobati Kepala Chandra dengan lembut.
"Abis main Basket? Hm, aku paham. Lagi ada masalah sama Adisha, terus ngelampiasin ke basket?" Tanya Dela dengan lembut.
Wajah Dela terlalu dekat dengan Chandra, hingga Chandra dapat mencium aroma parfum dari tubuh Dela. Aroma itu membuat Chandra tidak mendengarkan pertanyaan Dela dengan baik. "Hah?"
"Lagi ada masalah ama Adisha?" Tanya Dela lagi.
Chandra menghela napas, lalu tersenyum kecewa mengingat kejadian Adisha yang tanpa berkedip memutuskan hubungan mereka "Yah ... Begitulah."
"Hm. Jangan murung gitu dong ...."
"Hm iya."
"Boleh kok kamu lampiasin ke Basket, tapi jangan terlalu berlebihan, nanti tanganmu patah, mau Nyalahin Adisha? Enggak kan?"
"Anggap masalahmu itu adalah cobaan yang membuatmu semakin kuat," tambah Dela.
Chandra terdiam untuk sementara. Seketika ia terkekeh.
"Kenapa ketawa?" tanya Dela memiringkan kepalanya kebingungan.
Chandra berhenti terkekeh, ia lalu tersenyum. "Gak gak. Gue cuma kadang ngakak kalo dengar orang bijak. Tapi gue setuju sama kata kata elo, Makasih, Dela ... siapa?"
"Dela Anggraini," jawab Dela. Dela menyelesaikan pengobatannya pada Dahi Chandra. Kini dahi Chandra yang terluka telah ditutupi dengan perban dan juga plester.
"Kamu mau latihan basket lagi? Semangat, dan juga hati-hati mainnya." Dela melangkahkan kakinya bergontai gontai dari ruangan UKS itu, lama kelamaan sosoknya hilang di hadapan Chandra.
Chandra melamun sementara, lalu tersenyum. Chandra melangkahkan kakinya keluar dari UKS dan menemukan dua sohibnya yang masih saja adu bogem.
"Oi, masih berantem?" Tanya Chandra masih tersenyum. Kalimat Chandra tak menghentikan adu bogem mereka.
Chandra yang tak bisa menghentikannya pun membiarkan mereka dan kembali ke lapangan. Ia kembali menggiring bola basket, kali ini ia sangat lincah, sebelum sampai di depan ring, ia melambungkan bolanya. Tass! Bola itu masuk dengan sempurna tanpa terkena sisi ring itu.
"Wow." Rayi ternganga.
"Nice game, tapi mungkin cuma kebetulan. Ayo coba lagi, kali ini lewatin kami." Diftha mengambil bola basket tadi dan melemparkannya ke Chandra.
Chandra tersenyum "Oke, sesuai keinginan kalian!"
*****
Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu oleh SMA Danadyaksa. Sisi Lapangan basket dipenuhi oleh kerumunan siswa-siswi yang tak sabar menonton pertandingan basket, ada juga yang tak sabar untuk melihat cogan. Chandra, Rayi, Diftha, Razka, dan Angga telah siap di sisi lapangan dengan seragam tim basket SMA mereka.
Tim SMA Trisakti datang ke lapangan basket SMA Danadyaksa, banyak perempuan bersorak ria ketika menatap pemain basket SMA lain yang tampan.
Diftha terkekeh dengan sorakkan para perempuan, sambil pemanasan ia berkata, "Wah, bahkan yang satu sekolah sama kita aja gak ngedukung. Parah."
"Gak papa, intinya kalo kita cetak skor banyak, mereka pasti nyorakkin kita," jawab Rayi positif
"Nyorakkin apa? Huuu ... gitu?" tanya Angga tertawa.
"Yeu, gak lah!" Rayi memukul kepala Angga.
"Yah, sorakkan para perempuan kita percayakan pada Chandra," ujar Razka
Chandra menghentikan pemanasannya, ia memicingkan matanya, menatap Razka. "Gue baru ngikut main basket untuk pertama kalinya, tapi kalian malah ngandalin gue."
Mata Chandra menangkap sosok Adisha yang ada kerumunan para penonton, di sana ia sedang bercanda ria dengan seorang lelaki yang merupakan teman sekelasnya.
"Cih."
Pertandingan tak lama kemudian dimulai, Chandra mendapat bola di awal. Sambil menggiring bola, Chandra melewati satu-satu pemain lawan, ia pun menembak.
TASSS!
Meleset.
"Don't mind! Coba lagi!" ujar Rayi pada Chandra.
Berkali-kali, bola dioper pada Chandra, dan berkali-kali juga serangan yang dilakukan oleh Chandra gagal. Hal itu membuat SMA Trisakti lebih unggul dari SMA Danadyaksa yang lebih mengandalkan Chandra dikarenakan kecepatan lari Chandra yang sangat cepat.
Quarter 2 telah berakhir, Chandra dan yang lainnya kembali ke bangku untuk beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra
Teen FictionChandra Yudhistira. bukan badboy, Ketos, apalagi cowok dengan kecuekannya mengalahkan es. Chandra adalah Chandra, lelaki dengan kesetiaan dan keramahannya. Konflik bermula ketika Adisha, cewek tembem dengan kuncir kuda yang merupakan pacar dari Chan...