4. Ruang Kelas Kosong

44 2 0
                                    

Hari sabtu menyisakan hari minggu untuk kemudian hari senin dan aku kembali melanjutkan sekolah. Walaupun terdapat banyak waktu untuk menyelesaikan tugas, tapi tumpukan tugas dari berbagi mata pelajaran masih sama, tidak sama sekali berkurang barang satu tugas pun.

Jika dibilang aku adalah tipe orang yang menunda pekerjaan, sebetulnya tidak juga. Aku hanya seorang siswa SMA yang lelah dengan rutinitas kegiatan belajar mengajar. Sebuah kegiatan monoton yang terus diulang setiap hari dengan sistem dan cara yang sama itu membosankan. Kawan yang sama, guru yang berganti namun tanpa cara pembelajaran yang berbeda. Sama sekali tidak membuatku barang sedikit bergairah.

Entah prihal apa yang menjadi kendala aku kehilangan minat dalam belajar. Rasa-rasanya aku tidak sama sekali mengalami trauma pendidikan atau hal lainnya yang membuatku tidak menyukai kegiatan belajar mengajar. tapi bicara kegiatan lainnya diluar kegiatan sekolah, aku akan dengan giat mengajukan diri paling depan mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan extra diluar sekolah, seperti camp, giat literasi atau giat-giat lainnya.

Lingkungan pertemanan ku pun hanya sebatas orang-orang yang berkepentingan saja. Diluar dari itu, aku tidak mempunyai banyak kawan dan tidak mudah berkawan. Jika dihitung sejak awal aku memasuki SD hingga SMA saat ini, hanya ada kurang dari 10 teman saja yang aku kenali dan anggap dekat. Selebihnya? Hanya teman yang kadang aku pun lupa dengan nama mereka.

Aku dengan ogah-ogahan melangkahkan kaki menuju lorong kelas. Suasana masih sepi, walau jam sudah menunjukan pukul 7 pagi. Lima menit lagi upacara pengibaran bendera merah putih akan segera dimulai. Nampak para anggota OSIS yang bertugas dalam upacara bendera sedang bersiap. Tim panduan suara sekolah sudah berbaris rapi dengan jas kebanggaannya. Lalu aku? Masih sibuk mencari dimana kelompok kelas ku berbaris mengikuti upacara bendera? Iya, sejak sampai di kelasku, tidak ku temui satu orang pun berada di ruangan kelas. Tas, ransel atau apapun yang teman sekelasku biasa bawa pun tidak nampak tergeletak diatas meja seperti biasanya. Heran, kemana perginya merek semua?

Aku menyimpan tas berisi buku catatan yang penuh dengan tugas diatas mejaku, meja yang letaknya paling belakang di pojok kanan. Mencoba duduk dengan posisi nyaman, lalu membuka jendela yang mulai karatan besinya.

'Krettt..." bunyi jendea di dorong

"Selamat pagi sekolah, apa hari ini akan kembali membosankan?"

Sapaku entah kepada siapa di depan jendela. Beberapa saat kemudian seseorang menjawab dengan suara berat. Suara anak lai-laki mengatakan

"Selamat pagi keindahan, semoga hari ini penuh warna." Jawab sosok yang tidak ku ketahui

Sontak mendengar jawaban itu aku segera bangun dan melihat ke arah bawah jendela di depanku. Ku temui sosok lelaki yang keamrin lusa aku lihat di stadion Mashud, masih sama dengan laki-laki yang aku temui di sekolah tempo hari.

"Kamu siapa?" tanyaku dengan tatapan mata tajam

"Redza." Jawabnya singkat, dengan wajah menegadah ke atas ke arahku.

Selama beberapa saat mata kami bertemu, saling bertatapan.

JENDELA KELASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang