17. Appeal

3.1K 425 65
                                    

Masih mengenakan bathrobe di depan meja rias berwarna putih tulang itu, Hana duduk seiring tangannya yang menopang dagu bersama gerak jemari yang menari di pipi kirinya. Flat sheos merah muda pun menjadi objek yang berhasil membawa ingatannya pada beberapa jam yang lalu.

Mulai sekarang pakailah sesuatu yang membuatmu nyaman. Jangan terlalu sering menyiksa diri sendiri.

"Sesuatu yang membuat nyaman," gumamnya, mengulang kalimat Jungkook tadi sore.

Sambil mengangguk rendah, gadis itu mengakhiri kegiatannya mengamati sepatu yang ia dapatkan secara cuma-cuma itu. Untuk kali pertama, Hana pun membenarkan apa yang dikatakan oleh Jungkook. "Kuakui kali ini ucapannya sedikit terdengar masuk akal," katanya pelan seraya menyalakan hairdryer.

Jemari lentik itu dengan telaten menyisir pelan rambut hitamnya. Mesin tersebut bekerja sesuai fungsinya, sementara gadis itu mulai bersenandung pelan sebelum pada akhirnya suara bel menginterupsi.

Sejenak Hana bergeming seiring otaknya mulai menerka yang tidak-tidak. Mengingat apa yang tidak mungkin bagi seorang Jeon Jungkook untuk datang ke rumahnya saat ini. "Iya, pria itu memang sedikit gila," ocehnya pelan, tak ayal kakinya mulai membuat pergerakan.

Tanpa melihat monitor Hana langsung membuka pintu unitnya dengan raut wajah malas yang sudah ia buat. Setidaknya, pria itu akan tau kalau kedatangannya sangat tidak diharapkan. Pikir Hana begitu.

Namun, setelah pintu terbuka dan raut malas yang telah ia tampilkan, bukannya sosok Jungkook melainkan kakak iparnya yang ia lihat saat ini. Mendadak matanya membulat. Malam-malam begini wanita hamil di hadapannya itu justru berkeliaran sambil menggendong putranya.

"Kak Aera!" gadis itu setengah berseru.

Lantas, kepalanya mulai celingukan mencari sosok kakak sepupunya. Tetapi, pergerakannya terhenti saat kalimat Aera keluar. "Tidak ada Taehyung, Han."

"Oh." Hanya itu yang keluar dari mulut Hana seiring tangannya yang mengambil alih Atta dari pelukan sang ibu.

"Masuk. Omong-omong, kenapa datang malam-malam begini? Kenapa tidak ditemani Kak Taehyung?" Pertanyaan Hana keluar bertubi-tubi, membuat Aera seolah tengah dilempari banyak batu hingga rasanya kepala wanita itu terasa kebas seketika.

Tak ingin mengindahkan pertanyaan itu. Aera hanya bergerak santai seraya tangannya yang mengelus perut besarnya. "Aigoo, aku butuh istirahat. Perjalanan membuatku lelah sekali," ujar Aera seraya merebahkan diri di sofa.

Sementara Hana masih menggendong Atta yang terlelap. Sulit dipercaya, wanita yang bahkan sebentar lagi akan melahirkan itu melakukan perjalanan sampai ke unitnya dengan menggendong bocah kecil yang cukup berat ini. Hana tau betul, kalau sudah begini pasti telah ada peperangan yang terjadi di dalam rumah tangga mereka.

"Aku akan membawa Atta ke kamar. Kakak jangan sampai kelelahan, istirahatlah juga di kamarku." Kalimat Hana terdengar iba. Bersamaan dengan itu Aera mengembuskan napasnya berat.

"Baiklah. Terimakasih, Han." Jawaban Aera terlampau pelan, membuat Hana sedikit berat hati meninggalkannya di ruang tamu.

Setelah menidurkan keponakannya di dalam kamar, Hana pun kembali keluar kamar.

"Mau kubuatkan teh hangat, Kak?" tawar Hana seraya mengayunkan kakinya ke dapur, tetapi tidak ada jawaban.

Meski sebenarnya iba, Hana pun seketika tersenyum kecil mengingat kakaknya yang memang sangat mudah tertidur di masa kehamilannya. Setelah selesai membuatkan teh hangat, Hana pun bergegas kembali ke ruang tamu. Benar saja, kakaknya sudah tertidur di sana.

INDICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang