4. (Not) Girlfriend

4K 543 11
                                    

"Jadi, ini ya, mainan barunya Jungkook!?"

Jinri melempar tatapan yang seolah sedang mencemooh penampilan kasual gadis di hadapannya––jins biru, kaus putih polos, dan sepatu kets putih. Hana yang menyadari tatapan tak wajar itu spontan ikut memerhatikan penampilannya sendiri. Tidak ada yang salah, pikirnya. Tapi, penampilannya bukanlah hal yang penting saat ini, melainkan ucapan perempuan itu yang baru saja ia dengar. Jadi, Hana pun balas menatapnya santai, tapi sedikit menusuk.

"Maaf, kalau boleh tahu maksud ucapanmu tentang mainan baru itu apa, ya?" tanyanya kemudian.

"Itu tidak pen––"

"Aku tidak bertanya padamu, Tuan Jeon!" sela Hana berhasil membungkam mulut pria itu.

"Ckckck, luar biasa, ya. Jeon Jungkook langsung bungkam hanya dengan satu kalimat sentakan dari gadis ini." celetuk Jinri seolah itu adalah hal yang sangat jarang ia temui. Lalu perempuan itu lanjut berkata dengan nada sarkas, menatap Hana, "Semoga kau tidak bernasib seperti kami, ya."

"Choi Jinri, lebih baik kau pergi!" perintah Jungkook kesal, membuat perempuan itu langsung melirik padanya tajam, "Baiklah, sayang. Iya, aku pergi." kata Jinri seraya tangannya yang mencolek dagu Jungkook nakal sebelum melangkah pergi meninggalkan keduanya.

Hening. Mata Hana terus menatap punggung sempit perempuan yang kian menjauh itu dengan saksama, bersama dengan otaknya yang terus jungkir balik––memikirkan kalimat yang tadi ia dengar.

"Apa aku terlihat seperti mainan barumu ya?" tanyanya tiba-tiba sambil menatap Jungkook. Pria itu spontan menggaruk pelipis bingung.

"T-tidak sama sekali,"

"Benar, kan! Enak saja dia bilang kalau aku ini mainan barumu. Dikiranya aku ini gadis macam apa!?" nada bicara Hana mendadak meninggi sebab kesal yang membeludak dalam dirinya. Jungkook mengangguk secara otomatis saat mendapati reaksi gadis itu.

"Omong-omong, apa yang kau bawa?" tangan Jungkook menunjuk pada kantong putih yang Hana pegang, berhasil mengalihkan perhatian si gadis. Seolah sadar, gadis itu pun mengangkat kantong tersebut tepat di depan wajah Jungkook. "Sesuatu yang bisa menolongku agar cepat terbebas dari tanggung jawab sialan ini," katanya mendadak sebal saat mengingat tentang dirinya yang harus terkurung dalam tanggung jawabnya atas si Jeon.

Melihat tubuh Hana yang melintas memasuki apartemennya begitu saja, Jungkook pun mengekor di belakangnya dengan langkah yang sedikit terseok. Lalu, membalas perkataan gadis itu santai, "Jangan bicara begitu, kalau kenyataannya kita ini ditakdirkan untuk bersama baru tahu rasa kau,"

Mendadak si gadis terbahak mendengar lelucon bodoh dari Jungkook. "Tidak. Mustahil sekali," timpalnya yakin, seiring tangannya yang bergerak menyusun obat yang ia bawa sebelumnya ke dalam kotak obat. Jungkook hanya mengedikkan bahunya singkat sebelum akhirnya mendaratkan duduknya di samping Hana.

"Tidak percaya sekali denganku, lihat saja nanti."

"Lebih baik tutup mulutmu, kalau mau cepat sembuh!" celetuk Hana seraya membersihkan luka pada kaki Jungkook dengan kapas yang sudah ia basahi dengan cairan antiseptik. Selain sialan, ternyata pria itu juga kelewat bodoh. Sejak Hana tinggal begitu saja saat mengobatinya, ternyata sampai detik ini juga luka itu tidak mendapatkan pengobatan lanjutan dari si tuan badan. Seharusnya hari ini sudah cukup untuk lukanya mengering, tapi ini, yang terlihat hanya luka yang nyaris bonyok.

"Setelah ini, temani aku menjemput teman, ya."

•••

"Klinik hewan?" tanya Hana setibanya mereka di depan bangunan putih itu--mau, tak mau setelah dipaksa dengan kalimat kau harus tanggung jawab. Jungkook mengangguk, mengiyakan. Lantas, ia membuka sabuk dengan satu tangan utuh yang masih ia miliki, mendorong pintu, dan membawa dirinya keluar. Melihat itu, Hana pun ikut menyusul gerakan pria itu.

INDICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang