02 - Hand Phone

5.1K 557 16
                                    

"Pelan-pelan, itu sangat sakit."

Hana tak merespons, ia tetap fokus pada pergerakan tangan lentiknya yang dengan telaten membersihkan bagian tubuh Jungkook yang terluka akibat dari kecelakaan yang ia sebabkan. Sementara itu, si pria harus menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, menahan perih yang ia terima––ya, walaupun akhirnya ia tetap mengadu kesakitan.

"Sudah kubilang untuk ke rumah sakit saja, lukamu ini lumayan parah, Tuan Jeon." ujar Hana, sebelum ia memberikan tiupan kecil yang mengelitik pada luka yang baru saja ia oleskan salep. Jungkook tak menanggapi, pria itu sudah lupa dengan rasa sakit yang berhasil teralihkan oleh pemandangan ajaib di depan matanya.

Berterimakasihlah Jungkook pada lengannya yang terluka, karena berkat itu ia bisa dengan leluasa memandangi wajah cantik Hana dalam jarak dekat. Layaknya pria hidung belang, mata bulat itu terus menilik detail garis wajah sempurna milik Hana.

"Nona Kang?" panggilnya pelan yang langsung menerima sebuah sahutan singkat.

"Boleh aku mengatakan sesuatu?"

Hana menghentikan pergerakan tangannya seiring mata yang bergerak untuk melirik pria yang baru saja melontarkan pertanyaan konyol. "Katakan saja," jawabnya lalu kembali menjatuhkan pandang pada luka di lengan kekar itu.

"Sepertinya satu kancing kemeja teratasmu lepas," kata Jungkook teramat santai. Spontan gerakan tangan Hana berhenti, kepalanya sedikit menunduk demi memastikan satu kebenaran. Rasa panas tiba-tiba saja merangkak ke seluruh tubuhnya. Jelas, ini terlalu memalukan. Spontan tangannya bergerak cepat untuk merapatkan kera kemejanya.

"Apa yang kau lihat?" tanya Hana medelik saat mendapati Jungkook yang masih memandang ke arah yang tidak seharusnya ia tatap sambil mengulum senyum. "Biru laut?" jawab Jungkook dengan nada bertanya.

"Ah, ternyata kau menyukai warna yang cerah, ya." lanjutnya bergumam, semakin membuat perempuan di depannya ingin sekali lenyap dari muka bumi sekarang juga.

Sial!

"Biru laut kepalamu!" rutuk Hana pelan. Jika ada lautan di sini, maka dasar laut akan menjadi tujuannya untuk bersembunyi. Tangan itu pun meraih jas putih yang tersampir di punggung sofa seiring raut yang meringis sebal, lalu memakainya dengan arah berlawanan––demi melindungi bagian berharga tubuhnya dari pria hidung belang seperti Jungkook. Ia sangat berharap tangannya bisa bergerak sepuluh kali lebih cepat saat ini, agar bisa cepat terbebas dari tanggung jawab penuh bencana ini.

Kembali dengan pekerjaannya yang belum selesai, ternyata tingkat fokus Hana menurun drastis berkat kecerobohan kedua yang ia buat hari ini. Rasa jengkel mendadak membuncah mengingat itu. Aset suami masa depan yang ia jaga mati-matian itu harus menjadi tontonan gratis untuk orang asing ini.

"Astaga!"

Tiba-tiba Jungkook mengerang.

"Jangan terlalu bersemangat, Nona. Tekananmu itu terlalu keras," kalimat protes Jungkook berhasil mendominasi gendang telinga Hana, membuatnya mendesah pelan. "Itu karena kau terus bergerak, jadi aku tidak sengaja."

Jungkook terkekeh pelan, ia sadar betul melihat gelagat perempuan di hadapannya itu––sangat kentara sedang menahan malu karena kejadian sebelumnya. Bahkan semburat merah masih melekat jelas di pipinya.

"Kau pasti sangat malu, ya?" Goda Jungkook membuat Hana mendesis, tidak setuju dengan pertanyaannya.

"Jangan mengganggu konsentrasiku," elak Hana, sekali lagi membuat Jungkook terkekeh hebat. Merasa kalau itu sudah keterlaluan, Hana spontan melotot pada pria sialan itu––iya, Jungkook itu benar-benar sialan menurutnya. Demi apa pun, ia sangat menyesal telah menuruti keinginan pria mesum seperti Jungkook. Seharusnya tadi ia kirim saja pria itu ke rumah sakit tanpa mendengar apapun alasan darinya.

INDICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang