Suasana pagi hari yang biasanya tampak cerah tidak berlaku hari ini. Sang Surya belum menampakkan dirinya. Membiarkan awan-awan hitam berkeliaran diatas langit, yang tampaknya sudah siap untuk menjalankan tugasnya.
Sama halnya dengan suasana langit hari ini, kedua pihak keluarga yang berbesanan tengah berduka cita atas kepergian salah satu anggota keluarga. Cucu kesayangan, keponakan dan buah hati mereka.
Jiyeon menggigit bibirnya yang bergetar.Matanya terasa panas. Tidakkah Tuhan terlalu kejam pada dirinya? Buah hatinya baru bersamanya selama tiga bulan.Ia belum cukup memberikan semua kasih sayangnya pada anaknya. Masih belum puas mendengar tangisan buah hatinya. Belum mengatasi tumbuh gigi pertamanya, belum melihat perkembangannya saat duduk, saat tengkurap, saat merangkak, saat langkah pertamanya serta saat bibir kecil itu mengucapkan sebuah kata 'mama'.
Tangisan Jiyeon akhirnya pecah. Sudah tidak terhitung berapa banyak air mata yang keluar dari sepasang mata indahnya. Ia membenci keputusan Tuhan. Dosa besar apa yang telah ia perbuat sehingga memberinya hukuman yang begitu menyakitkan. Jika karena Jiyeon pernah sempat merasakan terganggu karena kehadiran buah hatinya yang selalu menangis dan mengganggu tidur tiap malamnya maka ia mengaku salah. Ia berjanji akan menenangkan tangisan buah hatinya tanpa merasa terganggu. Asalkan Tuhan mengembalikan buah hati kepadanya. Memberikan ia kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki kesalahannya. Ia akan melakukan apapun yang dikehendaki Tuhan.
Myungsoo merangkul bahu Jiyeon yang menangis.Berharap melalui rangkulannya bisa membuat istrinya merasa tenang. Barangkali sedikit saja ia sudah bersyukur.Namun tidak semudah itu.Nyatanya tangisan Jiyeon semakin keras seiringan peti anaknya yang semakin tertutupi oleh tanah.Tangisan yang mengandung kesedihan dan kepedihan yang begitu besar membuat siapa saja yang melihatnya akan ikut merasakan hal yang sama.
Myungsoo membalikkan tubuh Jiyeon.Mendekap erat dalam pelukannya.Tangisan Jiyeon mencabik ulu hatinya yang paling dalam.Begitu pedih dan menyesakkan.
"Maaf Jiyeon. Maafkan diriku yang hanya ingin perhatian darimu."