Meskipun sudah berjanji pada Yunho untuk menahan diri, sosok yang selalu muncul di kegelapan itu tetap saja mendatangi Jaejoong di kamarnya.
Yunho bisa marah padanya, tapi dia tidak perduli. Bagaimana mungkin dia tahan berdiam diri begitu saja saat seseorang yang sudah ditunggu-tunggunya sekian lama berada di dekatnya, dia tidak ingin melepaskan kesempatan begitu saja.
Dia berdiri di sudut ranjang, mengamati Jaejoong yang tertidur pulas seperti bayi, seakan tidak meyadari keberadaannya.
Sejenak kemarahan menyelimuti hatinya.
Sampai kapan dia hanya bisa melihat Jaejoong saat sedang tidur? Dia ingin segera menyentuhnya, menandai setiap inci tubuhnya dan menjadikan Jaejoong miliknya seutuhnya.
Yunho harus bergerak cepat. Mereka sudah sepakat tentang Jaejoong, padahal jarang sekali mereka sepakat. Dia dan Yunho selalu bertolak belakang dalam segala hal, seperti api dan air.
Yunho cenderung baik hati dan menggunakan cara-cara pintar untuk meraih tujuannya, sedangkan dia selalu menggunakan cara-cara licik -bukan pintar- untuk mendapatkan apapun yang dia inginkan, termasuk menyingkirkan semua yang menghalangi jalannya. Dan seperti yang sering Yunho katakan, dia sangat kejam dan sadis.
Jaejoong adalah satu-satunya orang yang sudah menyentuh perasaannya. Mungkin Jaejoong sudah melupakannya, bahkan mungkin tidak menyadarinya, tapi kejadian dua belas tahun yang lalu tidak akan pernah dilupakannya. Pertemuan pertamanya dengan Jaejoong sekaligus hari dimana dia memutuskan untuk memiliki Jaejoong.
Yunho harus memaklumi ketidaksabarannya, dia sudah menunggu selama dua belas tahun. Menunggu dan terus menunggu sampai Jaejoong siap untuk menjadi miliknya, dan sekarang Jaejoong ada di depan matanya.
Dia mendekat dan tangannya menyentuh pipi Jaejoong lembut, namun Jaejoong tetap terlelap pulas tanpa menyadari ada sosok yang mengamatinya lekat di tepi ranjang.
"Kau milikku, Jaejoong. Jangan lupakan itu"
***
Jaejoong bermimpi dalam tidur lelapnya. Dia berada di sebuah taman hiburan yang ramai, penuh dengan pedagang dan para orang tua yang menggandeng anak-anak mereka. Suara musik dari berbagai stan permainan dan suara-suara manusia terdengar menjadi satu di telinganya.
"Jaejoongie, jangan kesana"
Jaejoong tersentak, dia mengenali suara yang memanggil namanya, itu adalah suara neneknya. Tapi bagaimana bisa? Bukankah neneknya sudah meninggal?
Jaejoong menolehkan kepalanya ke arah suara yang memanggil namanya dan mendapati neneknya sedang berdiri dengan raut wajah sedikit khawatir, neneknya benar-benar masih hidup dan tampak lebih muda.
Tapi Jaejoong merasa sedikit aneh karena neneknya seperti memanggil orang lain dan tatapannya tidak tertuju padanya, seolah dirinya kasat mata. Dengan bingung Jaejoong mengamati sekeliling dan menyadari bukan dia yang dipanggil neneknya, melainkan seorang anak laki-laki kecil dengan pipi bulat dan bermata besar berusia sekitar delapan tahun yang sedang berdiri sendirian sambil mengamati sebuah stan permainan. Jaejoong mengenali anak itu yang tidak lain adalah dirinya saat berusia delapan tahun.
"Jangan bermain terlalu jauh, Jaejoongie. Nenek tidak ingin kau tersesat, disini sangat ramai" nenek itu menggandeng tangan Jaejoong kecil lalu membawanya ke sebuah kursi kosong yang terletak di dekat salah satu stan permainan.
"Duduk disini dulu, nenek akan membelikanmu ice cream" ucap nenek itu sambil menunjuk stan ice cream dengan antrian pembeli yang panjang yang terletak dari sepuluh meter dari tempat mereka. "Jangan kemana-mana dan jangan berbicara dengan orang asing, jika terjadi sesuatu kau cukup berteriak, nenek pasti akan mendengarnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Side
FanfictionRe-make FF ini hanya re-make dari sebuah karya yang cukup terkenal Hanya re-post dari FF sebelumnya yang pernah diposting di Fanfiction(.)net Mungkin akan ada sedikit perbedaan dari novel aslinya WARNING: √ BOYSLOVE CONTENT √ R18+ √ NOT SAFE FOR EVE...