"Dari mana saja kamu Bara?!" Bara sangat benci dengan orang itu. Melihat mukanya saja sudah muak, apalagi mendengarkan ocehannya.
Bara tetap berjalan melangkah menaiki tangga menuju kamarnya.
"Bara! Papah lagi bicara sama kamu!"
"Buat apa saya harus mendengarkan perkataan anda? Sedangkan anda saja tidak pernah mendengarkan perkataan saya!" Bara menatap tajam mata papanya itu.
"Saya ini papah kamu! Bicara yang sopan."
"Bukannya saya sudah bicara dengan sopan? Sekarang saya mau tanya. Apakah anda pantas disebut dengan kata papah, sedangkan kelakuan anda seperti itu diluar sana?!"
"Tutup mulut kamu itu Bara!"
"Kenapa? Biar semuanya gak kebongkar? Hahaha.. Basi!"
Bara melangkahkan kembali kakinya. Sedangkan papa Bara mengusap wajahnya dengan gusar, berharap anak semata wayangnya itu bisa memafkan dirinya.
Terdengar suara pintu terbuka dari luar. Memunculkan wajah Reno yang membawa sekotak makanan, untuk papa Bara.
"Assalamualaikum. Malem om."
"Waalaikummussalam. Ada apa nih, kok malem malem dateng kesini." Tanya papa Bara, menyambut Reno.
"Ini om, tadi saya beliin om makanan. Sekalian mau ijin nginep disini."
"Ohh, makasih ya. Kapan nih papa kamu pulang dari Jerman? Hobinya kerja mulu."
"Insyaallah besok om. Yaudah saya naik ya om."
"Ya silahkan. Sekalian bujukin sepupumu itu, biar bisa maafin om."
"Iya om."
«»
Bara menutup asal pintu kamarnya lalu ia melemparkan tubuhnya keatas kasur. Termenung kapan semua keadaan bisa kembali seperti dulu lagi.
Tiba tiba pintu kamar Bara terbuka.
"Ehh lu Ren."
"Capek gue digituin itu mulu sama bokap lo." Ungkap Reno yang ikut merebahkan tubuhnya diatas kasur.
"Ya kagak usah ditanggepin kali." Jawab Bara santai.
"Emang ya, kelakuan sama otak lo gak ada yang bener."
"Ehh Ren, lo mau ganti baju kagak?" Tanya Bara mengalihkan, Reno yang mengerti langsung menganggukkan kepalanya.
"Nih baju gue, pake aja." Suruh Bara melemparkan bajunya kearah Reno.
Reno pun langsung melepas jaket dan baju yang melekat ditubuhnya.
"Lo enggak pake mandi gitu?" Tanya Bara.
"Enggak. Males."
"Iyyuhh.. jorok banget deh lo. Pokoknya lo hari ini tidur di sofa, ogah gue lo tidur disebelah gue."
"Hmm."
"Gue harap cewek lo nanti slalu kasih tutorial cara mandi buat lo tiap hari!"
"Mandi beneran maksud lo?"
"Iya, biar sekalian lo ketagihan!"
«»
"Aurelllll!!!" Seorang bendahara di kelas Aurel, berteriak sambil berlari kencang menghampiri Aurel diantara keramaian kantin pagi ini.
Arkha Bima Devano, atau Bima yang biasanya anak anak panggil.
"Aduh mampus gue!" Gumam Aurel sambil menepuk jidatnya pelan lalu berpura pura tidak mendengar panggilan Bima.
"Woy Rel, lo belom bayar kas lima belas minggu!" Teriak Bima lagi semakin keras, sampai beberapa pasang mata melirik ka arah Aurel.
"Wah, parah bener tuh anak malu maluin gue!" Gumam Aurel lagi.
"Eh-hey, lo Bim." Sambut Aurel menepuk bahu Bima sok baik.
"Mana duit lo?" Ucap Bima sambil mengatungkan tangannya.
"Aduh astaga, dompet gue dikelas." Aurel menepuk jidatnya lagi berpura pura tidak membawa dompet.
"Terus?" Bima memicingkan matanya.
"Bayarin es teh gue dong." Aurel menyengir lebar.
"Lo ganti kagak nih?"
"Gue ganti, serius.."
"Pake apa?"
"Nih pake hati gue!" Kata Aurel, menyatukan jari telunjuk dan jempolnya membentuk hati.
"Jan gombal. Ntar kalo gue baper gimana?" Tanya Bima berkacak pinggang.
"Ya bodo bukan urusan gue! Mana duit lo?" Aurel menodong Bima dengan tangan kanannya.
Bima pun mengambil dompet dari saku celananya dan mengosek beberapa lembar uang didalamnya. "Nih. Bilang apa?"
"Makasih Bima sayang!" Aurel menerima uang itu dengan senang hati, lalu berbalik menuju penjualnya.
Bima menggeleng pelan kepalanya, dan tersenyum simpul di satu sisi.
Ia akan tetap suka apa saja yang dilakukan Aurel. Menurut dia, Aurel itu cewek langka. Hatinya tidak bisa ditebak.
«»
"Woy. Ada tugas Matematika, disuruh ngerjain modul paket 2 sama caranya!" Aura sibuk berteriak didepan kelas menyampaikan amanat gurunya.
Sebagai ketua kelas ia harus amanah dan selalu mencontohkan anggota kelasnya dengan sangat baik.
"Dikumpulin enggak?" Tanya satu siswa paling pojok belakang.
"Gak disuruh ngumpulin, jadi tugasnya buat PR aja!" Teriak Aura lagi, dan disambut sorakan hangat dari siswa siswa yang memilih jamkos.
"Tapi tetep dikerjainnya?!"
"Iya beres!!"
Setelah mengumumkan tugas didepan kelas, Aura pun langsung menyambar tempat duduknya.
"Ehh Rel. Rapatnya berapa menit lagi?" Tanya Aura pada Aurel yang senantiasa membawa jam tangan, dan berbeda dengan ketiga temannya yang lebih menyukai kosongan.
"Lima menit lagi." Kata Aurel kembali terhanyut dalam putaran film di HP nya.
"Rapat apasih? Sibuk banget." Omel Alga
"Biasa OSISnya kurang kerjaan." Sambung Aurel menjawab pertanyaan Alga.
"Yaudah yok Rel, sekarang aja. Daripada ntar lo telat." Aura mengajak Aurel beranjak dari tempat duduknya.
"Yah padahal ini baru adegan romantis lho." Protes Aurel, sambil mematikan sebuah adegan drama di HPnya.
Alga yang kepo langsung bertanya. "Nonton apaansih lo? Jangan jangan lo nonton yang tujuh belas keatas ya?" Alga mencurigai
"Ya enggak, lah. Biasa gue nonton drama china."
«|»
KAMU SEDANG MEMBACA
ATTENTION
Teen Fiction"Ehh ada empat cewek cantik lewat, nih." Ucap Reno langsung nyeplos begitu Alga, Afra, Aura, dan Aurel lewat. "Yang Alga cantik, yang Afra manis, yang Aura imut. Trus yang satunya apa?" Bara ikut berucap. "Yang Aurel, yang paling suka sama gue." Jaw...