Part 1

72 5 12
                                    

Halo! selamat malam minggu!

Happy Reading!!

***

"Anak tidak tahu diri! Pergi saja ke neraka!"

"Tidak! Dia harusnya membusuk dan di hukum gantung di penjara!"

"Dia tidak pantas hidup, dia harusnya di hajar sepuluh kali!"

Tungkainya yang panjang berlari tanpa kenal henti sepanjang trotoar, melintasi jalan raya penuh kendaraan, berharap ada mobil, motor, atau truk besar yang menghantam tubuhnya dan menghancurkannya menjadi berkeping-keping. Napasnya tersengal-sengal, nyaris pingsan.

Masih dengan seragam sekolah menengah, ia tertatih-tatih menghampiri jembatan sungai Han. Ia memanjat dan melewati pagar pembatas. Dadanya naik turun kelelahan. Ia menatap angkasa yang dipenuhi taburan bintang. Air matanya terjun bebas mengalir ke pipi dan dagunya. Rasa perih pelipis dan sudut bibirnya tak bisa mengalahkan sakit luar biasa di hati dan jiwanya. Ia terisak dengan tangisan paling memilukan, seorang anak berumur lima belas tahun yang kabur dari kekejaman dunia padanya.

"Ryu Kim, kau lebih pantas mati." Kali ini ia mengulang apa yang teman-teman katakan padanya.

Ia menunduk, melihat bagaimana derasnya sungai Han yang gelap gulita dibawah sana, seolah siap menelannya hidup-hidup. Tangannya mencengkram besi pembatas disampingnya. Jantungnya berdebar keras dan kakinya gemetar. Anak yang harusnya merasakan masa-masa paling bahagianya itu benar-benar berpikir untuk mati.

"Abeoji (ayah), aku benar-benar membencimu." Katanya pelan. "Aku benci hidupku, karenamu."

Mereka muncul lagi dikepala Ryu, tatapan merendahkan dari tetangganya, hinaan dan perlakuan kasar dari teman-teman kelasnya, dan ibu yang selalu histeris tiap malam karena tak kuat lagi menerima banyak penderitaan.

Ryu Kim menghembuskan napas, menyiapkan diri untuk lenyap dari muka bumi.

"Selamat tinggal—"

Bip!Bip!Bip!

"Argh!" Ryu Kim menekan kepalanya yang mendadak sakit luar biasa. Matanya memicing melihat layar monitor laptop di depan matanya.

Ryu meraih ponsel yang sedari tadi mengganggu tidurnya. Dan menggerutu melihat nama Editor Park yang selalu menelepon disaat yang tidak tepat.

"Editor Park, tidak bisakah kau memberiku sedikit pengertian? Aku baru saja pindah dan belum sempat menata barang-barangku karena semalam kau menyuruhku menyelesaikan bab selanjutanya, lagipula aku belum menemukan sumber tepat untuk sebagai referensi yang kuat."

Ryu Kim mendengarkan ocehan editornya dengan enggan. Meski menyebalkan, Ryu Kim tetap mengirim hal yang diminta. Setelah itu, ia keluar dari apartemen menuju toko swalayan terdekat untuk membeli sarapan.

Ryu Kim, pria keturunan Jepang-Korea merupakan seorang penulis yang karyanya banyak diminati orang dari berbagai kalangan status sosial maupun umur. Novel sebelumnya mendapat banyak apresiasi dan bertahan berbulan-bulan menjadi best-seller di hampir seluruh toko buku di Korea.

Banyak tawaran untuk interview dari beberapa stasiun televisi untuk acara mereka, tetapi Ryu Kim tetap teguh pada pendiriannya untuk menyembunyikan identitas aslinya dan hanya menggunakan nama pena untuk setiap karyanya, karena beberapa alasan.

***

"Selamat pagi, semuanya. Nama saya Hannah Lee. Saya berasal dari Indonesia dan mahasiswa baru Sastra Korea di Kyunghee University. Mohon bantuannya."

Bermodalkan kemeja polos dan flared skirt selutut, Hannah selalu membuat tampilan simplenya jadi manis. Outfit nya yang berwarna pastel begitu selaras dengan suasana akhir musim semi di kota Seoul.

Summer's ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang