“Tidak ada masalah dengan pipa air lagi? Bagaimana dengan pemanas ruangannya?”
Jun merapikan kotak peralatannya setelah memperbaiki salah satu engsel pintu lemari di kamar Hannah. Ia mencoba membuka dan menutup kembali pintu kayu tersebut untuk memastikan tidak lagi berbunyi.
“Gak ada yang rusak lagi kok.” jawab Hannah di belakang Jun.
“Baguslah. Kalau ada yang rusak katakan padaku dulu, jangan asal menelpon petugas, apalagi di malam hari. Paham?”
“Ya, Jun, sudah berapa kali kau katakan hal-hal seperti itu.” suara Hannah terdengar makin jauh di telinga Jun. “Mau kumasakkan ramyeon?” serunya dari dapur.
Jun melonggarkan dasinya dan menyusul Hannah ke dapur. Sepulang kerja, ia langsung menemui Hannah di apartemennya yang ternyata sedang berusaha memperbaiki pintu lemari.
“Biar aku saja yang buat. Kau lanjut saja kerjakan tugas kuliahmu.”
Jun mengambil alih kegiatan yang sedang Hannah lakukan di dapur. Ia mulai memasak air dan memotong cabai dan daun bawang.
Hannah menurut, dan memilih duduk memperhatikan Jun yang sedang memasak sambil memeriksa tugasnya di laptop.
“Sudah dapat teman di kampus?”
“Belum. Berteman di sini jauh lebih sulit daripada di Indonesia. Mereka sering menatapku dan berbisik.”
“Tidak apa-apa. Tidak ada yang mudah di awal.”
Jun mengalihkan pandangannya dari bumbu dapur ke wajah Hannah yang sedang memperhatikan monitor laptop.
“Kurasa, mereka hanya terpukau bertemu dengan gadis cantik.”
Hannah mendelik. “Kau mengejekku, ya?”
“Tidak. Aku serius. Tahu tidak? semua wanita korea itu sangat terobsesi dengan kelopak mata ganda, wajah tirus, dan mata yang besar. Apalagi kau memiliki ketiganya, wah.. kurasa sudah ada orang yang menjadi penggemarmu di kampus.”
“Ah, aku ingat! Kemarin ada mahasiswa yang mengajakku berkenalan juga!”
Jun menghentikan aktivitasnya. Wajahnya jadi serius. “Lalu?”
“Aku ikuti saranmu, Jun.” kata Hannah, lalu mengingat kejadian kemarin siang.
Hannah merasakan perutnya penuh karena makan siang cukup banyak. Ia memeluk buku ensiklopedi menuju kelas selanjutnya.
Kawasan universitas di penuhi pohon rindang yang membuat udara disekitarnya begitu sejuk. Sekelompok mahasiswa dari komunitas photography sedang memotret di dekat air mancur.
Hannah tersenyum melihat interaksi mereka, sampai ia mendengar suara klik kamera di dekatnya. Hannah membalikkan badannya kebelakang.
“Maaf. aku memotretmu tanpa izin. Mau lihat hasilnya?”
Hannah tidak kenal siapa pria tersebut, tapi pakaiannya yang sangat fashionable, membuat Hannah lebih yakin kalau pria ini lebih cocok jadi model daripada photographer.
“Fotomu dari belakang sangat bagus.” Pria itu menunjukkan fotonya pada Hannah. Ia tertegun begitu melihat paras Hannah dengan jelas, “Waw.. kau juga sangat cantik.”
Hannah mendongak dan terkejut mendengarnya. Pria itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya.
“Maafkan kelancanganku. Namaku Ryan Kim. Aku mahasiswa semester tiga disini.”
Bukan membalas jabat tangannya, Hannah malah membungkukkan badannya dengan sopan, lalu pergi.
Tapi, Ryan langsung menyusulnya. “Tunggu!”

KAMU SEDANG MEMBACA
Summer's Elegy
RomanceKembali ke tanah kelahirannya-Korea Selatan merupakan keputusan yang berat bagi Hannah Lee, terlebih dengan latar belakang masa lalu yang mengerikan. Tetapi tidak apa-apa selama Lee Jun, sahabat karibnya selalu bersamanya. Semua dimulai di awal musi...