Happy Reading~~🖤🖤🖤
***
"Mau pizza untuk makan malam nanti?" tawar Jun.
Hannah yang sedang membersihkan meja makan menoleh, "Boleh! Tapi kau tidak lembur hari ini?"
"Tidak. Semenjak kau datang, kita belum pernah pergi kemana-mana, aku juga terlalu sibuk bekerja." Jun membantu Hannah meletakkan piring kotor bekas sarapan mereka ke wastafel. "Maaf. Kalau weekend nanti, aku akan mengajakmu pergi."
Hannah tertawa renyah. "Apaan? Aku bukan anak kecil lagi yang merengek untuk pergi jalan-jalan, Jun!"
Jun menarik bibirnya ke samping, mengambil tas kantor dan membernarkan posisi dasinya lagi. "Jadwal kelasmu siang nanti kan? Kau bisa istirahat sekarang. Kalau ada apa-apa, langsung telpon aku, oke?"
Hannah mencuci tangannya, dan berseru ke Jun yang sedang memakai sepatu di depan pintu. "Jun! aku ingin pakai wifi-mu untuk tugas kuliah ya?"
"Pakai saja! Kau tahu kan password-nya. Aku pergi dulu ya, Han."
"Hati-hati, Jun!" Hannah berseru dari ruang tv, ia membuka laptopnya dan mulai mengerjakan essay-nya.
Hannah larut dalam tugas kuliahnya, sampai kemudian perutnya mendadak nyeri. Ia meringis hampir menangis, sambil mengira-ngira apa yang ia makan sampai perutnya bermasalah seperti ini.
Hannah berusaha berdiri, mengambil mantel di kursi dan membeli obat di apotek terdekat.
***
Aku merindukanmu, Ryu Kim.
Kalau tidak balas, artinya kau memintaku untuk mendatangimu.
Ryu Kim mengabaikan pesan-pesan Cho Hee, dan lebih fokus pada novel didepannya. Ia melirik tanda tangan yang ia buat di bagian dalam novel tersebut.
"Apa begini sudah pas ya? Yah, dia pasti senang 'kan mendapat tandatangan Dracones?" Ryu Kim tertawa. "Aku tidak tahu dia sebegitu sukanya padaku."
Ryu Kim meletakkan novel tersebut di atas meja. Sebuah map coklat berlogo rumah sakit menyembul diantara banyak dokumen-dokumen lain yang belum ia rapikan ke rak. Sekarang, ia ingat kenapa ia minum banyak sekali sampai mabuk dan tidak ingat apa-apa. Sorenya, ia baru menemui dokternya.
Berawal dari keluhan Ryu yang dalam beberapa bulan terakhir ini sering mengalami kebas dan kehilangan kemampuan merasakan panas, sakit, dan dingin di pergelangan tangannya, ia juga merasa sakit dan kaku di punggung, bahu, leher, dan kaki.
Awalnya, ia mengira itu akibat dari gejala stress dan waktu tidurnya yang kurang, tapi Editor Park malah menyuruhnya pergi ke dokter kenalannya. Dan, hasil dokter tersebut membuatnya tertegun.
"Lihat bagian ini." Seorang professor yang ahli dalam bidang syaraf menunjukkan hasil test MRI scan tulang belakang Ryu Kim. "Ruas tulang belakang ini biasa kami sebut C4 dan C5. Kau bisa lihat ada kantung yang seharusnya tidak ada. Di dalamnya terisi cairan atau syrinx yang semakin lama aka membesar dan mendesak jaringan lain disekitarnya, termasuk jaringan sumsum tulang belakang. Gejala yang kau alami ini akibat dari pembesaran kantung ini. Dalam dunia kedokteran, kami menyebutnya Syringomyelia."
"A-apa itu parah, dok?"
"Kantung ini tumbuh dengan cepat. Beruntungnya, kau datang sebelum terjadi masalah besar."
"Bagaimana dengan operasi?"
"Kita harus melakukan beberapa test lagi, sebelum melakukan operasi pengangkatan secepatnya."
Suara box yang terjatuh menyadarkan Ryu Kim kembali. Ia letakkan dokumen tersebut dan mulai membenahi barang-barangnya yang belum sempat ditata. Sampai waktu berlalu dan perutnya meminta hak yang belum Ryu penuhi, sarapan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Summer's Elegy
RomansaKembali ke tanah kelahirannya-Korea Selatan merupakan keputusan yang berat bagi Hannah Lee, terlebih dengan latar belakang masa lalu yang mengerikan. Tetapi tidak apa-apa selama Lee Jun, sahabat karibnya selalu bersamanya. Semua dimulai di awal musi...