Bazar: 2

33 3 0
                                    

“Capek gue, mondar-mandir terus dari tadi,” keluh Tian yang kini sudah tengkurap di lantai kelasnya.

“Capek apaan, capek makan adanya,” balas Devon santai dengan mata fokus pada hp di tangannya.

Tian mencibir, “gue nyicipin njing. Kan ga etis kalau nanti rasanya nggak sesuai sama ekpektasi. Tuh kayak masakannya si Biru.”

Devon tertawa ngakak, “tahu aja lo.” Lelaki itu kini menoleh ke arah Rizan yang anteng saja.

“Lhaelah lo masih aja galau Zan?”

“Anjir lo!”

“Woaaaaa! Anak kesayangan bisa mengumpat juga?!” pekik Azrel drama.

Devon tertawa, berganti fokus ke Rizan. Menaruh hp di sisinya. “Gue tahunya lo bisu, sebelas dua belas kayak Elang.”

Rizan hampir saja mengumpat, tapi di telannya kembali. “Diem deh lo. Mirror coba sana!”

Memang, di kelas ini tidak ada yang waras semua, Rizan sekali pun. Padahal dia termasuk murid yang kalem di Mednorts.

“Heh, makanya si Glo cepetan di tembak sana. Keburu di salip, tahu sendiri tuh anak terlalu sulit untuk diabaikan uhuyyy!” sahut Azrel refleks mengejek.

Rizan hanya mencibir, tak menanggapi banyak perkataan Azrel. Dia hanya mendudukan dirinya di depan papan tulis tanpa melakukan kegiatan apapun.

“Cih, lelaki model apaan lo diem mulu. Urusin brithis lo aja sono daripada cinta-cintaan!"
kata Tian, berusaha memancing emosi pria laminating di depannya itu. Memang Rizan ini semacam kertas yang sudah di laminating. Kaku tak ada ekspresi.

Devon mendelik, “lagian gue heran. Lo masih punya hati toh buat suka sama cewek. Bukannya hidup lo cuma berkutat sama kamus bahasa inggris.”

“Emangnya siapa yang suka sama Glo?” tanya Rizan.

“Lhaelahh sok lo. Emangnya kita gatahu, ahh cemen!” ledek Azrel.

“Ohh gitu. Lha yang kemarin apa ya, yang curhat gitu. Hmm, capture ah! Kirim ke grub,” sahut Devon sambil mengambil hp berniat membuka room chatnya bersama Rizan semalam.

Rizan dengan cepat menyambar hp milik Devon dan mematikannya. “Tsk ahh lo mah. Iya-iya gue suka sama Glo!” tandasnya mengerucutkan bibir. Malu sendiri  mengakui secara gamblang tentang perasaannya. Walau yang ada di kelas ini hanya para laki-laki bermulut ember.

Yang lain tertawa penuh kemenangan mendengar pengakuan Rizan.

“Ehh kita harus bentuk scoad nih buat projek Rizan Glo,” usul Tian.

“Hestek Rizan Glo 2019!” kata Azrel.

“Hestek Rizan mencari cinta. Hastag dimanakah jodohku,” ucap Devon.

"AIGUUUU, BRRMMM BERRMMM!"

Azrel menggerak-gerakan tanganya, menyuruh mereka diam. “Kalem-kalem, gue lagi buat grupnya. Noh udah tuh, grub Para pencari cinta asekkk!”

“Stress,” gumam Rizan menghela napas prihatin. Kenapa dirinya bisa terjebak di sekumpulan pemuda berotak dangkal ini.

“Yang bagusan dikit dong Zrel. Boyband nih kitaa. Boyband mencari cinta,” celetuk Devon.

Tian mengangguk menyiyakan, “anjay iyaa. Kayak si Smash-smash itu lho. Yang di leader’i siapa? Rafathar?!”

“ANJIRR ITU RAFFI AHMAD EGEEE!” sahut Devon.

“RAFAEL SETAN!” jawab Azrel yang sudah geram maju menabok kepala Tian.

“Kalem sat!”

Rizan mendecak malas mendengar ocehan mereka. Sudah terbiasa berada di kumpulan minim IQ seperti mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mednorts  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang