Lala baru saja mendudukan dirinya di kursi cafe malam itu. Sementara Juanka, Riris, Yoga juga Bayu sudah sibuk dengan game onlinenya.
“Ck, harusnya tadi gue pergi sendiri aja,” gumamnya.
Yoga yang berada di dekat gadis itu mendelik sepenuhnya, “lo kalau galau gitu ya La. Kemarin aja jingkrak-jingkrak kesenengan sekarang aja sok ngelamun gitu.”
“Kesambet tahu rasa lo,” sahut Juan.
“Nyinyir aja.”
Bayu menggelengkan kepalanya, tahu jika gadis di depannya ini tengah serius dengan kegalauannya. “Yaudah kali La lupain. Cowok model dia banyak. Bukannya temen-temen lo buaya semua?” ucap Bayu santai sambil menyeruput milk shake kesukaannya.
“Enak aja lo lupain. Dia jelas-jelas selingkuhin gue tadi. Lo sih pake ngehadang, padahal pengen gue acak-acak tuh muka,” amuk Lala yang kini sudah melampiaskan ke Juan. Juan yang menjadi sasaran sudah berteriak-teriak sok histeris.
“KALEM WOE KALEM! GUE BUKAN EDO ELAH!” teriak Juan yang bajunya sudah lusuh akibat serangan Lala.
“Sabar La, itu Juan bukan Edo,” sahut Riris memegangi lengan gadis itu.
“Ck ah!”
“ITU COWOK NGGAK TAHU DIRI BANGET!” teriak Lala tiba-tiba yang membuat keempatnya kaget.
“Si Edo juga bodoh banget, masak selingkuh di PHP,” ucap Yoga kemudian. Cafe PHP termasuk salah satu kafetaria anak Archi’s yang terletak di jalan Pahlawan dan itulah kenapa Lala bisa dengan mudah memergoki sang pacar baru, tengah berduaan dengan perempuan lain.
“Mana sama kaka kelas lagi.”
Juan memandang Lala prihatin, “nah itu dia, kalau masih seangkatan atau adik kelas sih gue hayok aja. Lha ini model-modelannya genk nenek lampir.”
Lala mendengus kasar, “gue nggak peduli ya. Mau kaka kelas atau apapun itu.”
“Lo mah backingannya sekelas makanya berani,” sahut Yoga.
Dia tahu pasti, kalau anak kelasnya Lala pasti akan ikut maju jika gadis itu melabrak kaka kelas. Asal yang mereka bela benar karena mereka tidak akan tinggal diam saat salah satu dari mereka dihakimi.
“Makanya, kan gue dah bilang dari awal nggak usah cinta-cintaan. Mending lo baper sama oppa-oppa korea aja nggak bakal sakit hati. Daripada baper sama modelan buaya,” celetuk Riris santai mengabaikan tatapan membunuh dari ketiga lelaki yang ada di sana.
“DIEM DEH! BAHAS AJA TERUS, GUE CELUPIN KE RAWA-RAWA JUGA LO!”
Lala menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan, merengek-rengek tak jelas. Ya gimana ya, walau rasanya belum terlalu dalam tapi tetap saja. Lelaki itu yang belakangan ini memperhatikannya. Apalagi baru kemarin Edo menembaknya dengan kata-kata romantis, siapa yang nggak gamon kalau begitu.
Hape gadis itu bergetar. Dia mengangkat wajah malas, membuka sumber suara kegaduhan itu berasal.
Grup chat kelas.
Memang ya mereka itu sebangsa jin yang 24/7 selalu ada. Lala mengerjap menyadari pesan yang terus-terusan masuk itu membahas tentang dirinya. Lebih tepatnya kejadian di php sore tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mednorts [HIATUS]
Roman pour Adolescents[Plagiat Dilarang Mendekat] Mengandung kata-kata kasar. Harap bijak dalam membaca "Ada ya, manusia macam mereka ditengah-tengah sekolah internasional ini?"- Angkasa Putra Azharon "Harap sabar, kelas gue emang isinya anak monyet semua. Termasuk gue...