0.9

6.7K 300 7
                                    

"Lo seharusnya bicarain baik-baik, sama Alana, Ga, kalau lo kayak gini, rumah tangga kalian akan berada di ujung tanduk," saran Lisa, pada Dirga yang kini tengah memakan makanannya, mereka sekarang berada di salah satu restoran yang berada di pinggir kota.

Lisa sengaja membawa Dirga di sini, agar kepala lelaki itu sedikit dingin.

"Semuanya udah jelas Lisa, dan ini sudah mutlak keputusanku, kamu gak tahu rasanya---"

"Aku tahu Ga, kamu lupa kalau aku juga pernah menjadi korban dari Daren, saudaramu itu?" Potong Lisa, membuat Dirga mendengus.

Salah satu alasan yang membuat Dirga dan Lisa dekat adalah Daren. Dulunya Lisa adalah calon istri dari Daren, coba saja dulu Daren tak membuat kesalahan, mungkin sekarang Dirga dan Lisa akan menjadi saudara ipar.

"Lalu, kenapa kau tak bicarakan baik-baik dulu?"

"Kau lupa? Daren sendirilah yang memilih wanita itu dan meninggalkanku, dan sekarang masalahmu berbeda Dirga, apa kau menanyakan pada Alana, siapa yang dipilihnya?" Tanya Lisa yang ditanggapi oleh Dirga dengan gelengan.

"Tapi, dia tak mungkin selingkuh, jika masih mencintaiku, Lisa,"

"Kau belum mengetahui cerita yang sesungguhnya, bisa saja apa yang kau pikirkan itu salah,"

"Jadi, aku harus bagaimana sekarang?"

"Bicarakan baik-baik dengan Alana, setidaknya jangan kekanakan begini. Mendiamkannya tak akan menyelesaikan masalah Dirga,"

"Ternyata kau bisa bijak juga yah, aku heran dengan Daren yang memilih untuk meninggalkanmu," celutuk Dirga yang membuat Lisa memukul lengan Dirga.

"Karna cinta itu tidak bisa dipaksa Dirga, dan Daren sudah tak mencintaiku, jadi aku harus menerimanya, lagipula masih banyak yang lebih baik darinya."

***

Alana memberikan tatapan tajamnya pada Reza, yang sedari tadi tak mengerti apa maksud dari perkataannya. "Aku mau kau berhenti menggangguku!"

"Woah, kau sudah mengatakannya lebih dari tiga kali, Alana, dan jawabanku masih sama, tidak akan!"

Alana memukul meja salah satu restoran yang kini ditempati olehnya dan Reza. "Mengertilah Reza, ini semua gak benar! Ini semua salah! Kau tahu aku sangat mencintai Dirga, aku tak ingin berpisah darinya karna semua ini!" Kesal Alana.

"Tapi kau tahu apa yang dilakukan Dirga tersayangmu itu? Dia dengan teganya memukul kakimu, kau pasti kesakitan,"

"Ini pantas ku dapatkan karna ulahmu!"

"Oh oke, maafkan aku, salahkan dirimu yang selalu membuatku lepas kendali Alana."

"Berhentilah bermain-main Reza, ini semua tak lucu, kalau kau mau aku akan mencarikanmu wanita yang lebih baik dariku,"

"Kenapa jadi kau yang mengaturku sekarang? Terserahku mau mencintai siapa, bahkan aku tak memaksamu untuk mencintaiku balik, aku hanya ingin berada di dekatmu,"

Cukup sudah, Alana sudah muak dengan semuanya, ia sungguh tak habis pikir dengan lelaki di depannya ini. Memangnya apa salahnya, sampai harus terjebak dalam permainan lelaki itu.

Alana bangkit dari duduknya, "sayang sekali, aku tak ingin berada di dekatmu," Alana berjalan melewati tempat duduk Reza, sebelum lelaki itu menahan pergelangan tangannya.

"Ikutlah denganku," ujarnya menarik paksa tangan Alana.

"Hei! Apa yang kau lakukan?!" Ujar Alana berusaha bertahan pada posisinya, namun Reza menariknya begitu kuat.

"Akan ku tunjukkan padamu, sesuatu yang akan membuatmu sadar, kalau akulah satu-satunya yang benar-benar mencintaimu,"

***

"Oke, kemana kita sekarang?" Tanya Dirga yang membuat Lisa berpikir sejenak.

Lisa mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada dagunya, membuat Dirga yang melihatnya sedikit terkekeh, "hei, kau mau melakukannya sampai kapan? Aku menanyakan mau kemana kita sekarang, apakah itu pertanyaan yang sulit?"

"Aishhh, kau kira ingin kemana itu, tak harus dipikirkan? Lagipula, hari ini adalah waktu untuk dirimu bersenang-senang, karna besok jadwalmu sangat padat, tuan Dirga yang terhormat!"

"Wow, sekretaris Lisa, kau sungguh ingin membuat aku melupakan masalahku yah? Lau sungguh penghibur yang sangat baik, kau heran mengapa Daren bisa bosan padamu,"

"Yak! Kenapa daritadi kau mengungkit-ngungkit saudaramu itu! Kalau gini terus mending sekarang kita kembali ke kantor, dan lupakan tentang aku yang akan membuatmu melupakan masalahmu!"

"Oke oke, maafkan aku. Menurutmu, apa yang membuat seorang wanita bosan dengan lelakinya?" Tanya Dirga tiba-tiba yang membuat Lisa menatapnya aneh.

"Kenapa kau menanyakannya padaku?! Tanyakan saja pada Alana yang men---" sadar akan apa yang diucapkannya membuat Lisa menghentikan kalimatnya.

"Bukan, bukan itu maksudku, aku tadi hanya bercanda," sesal Lisa.

"Kau tadi bilang, kita belum tahu apa yang sesungguhnya terjadi, tapi kalimatmu tadi seakan sudah tau apa yang terjadi sesungguhnya, lalu apa bedanya kau dan aku?" Ujar Dirga datar.

"Bukan begitu Dirga, Alana belum sepenuhnya bersalah disini, kau harus membicarakannya dengannya,"

"Jangan mencoba membelanya Lisa. Seperti kau yang melarangku untuk membahas Daren, jadi aku juga gak mau kau membahas Alana, sekarang waktunya kita untuk bersenang-senang karna besok jadwal kita padat, kau bilang begitu kan tadi?"

Mengapa sekarang kalimat yang diucapkan oleh Lisa, sekarang menjadi bumerang baginya?

"Iya, tapi--"

"Gak ada tapi-tapian, sekarang kita ke rumah nenek,"

"Hah?! Ngapain ke sana?!"

"Bertemu Daren!"

"Gak mau! Kamu gila yah?! Aku gak mau, mending aku pulang!"

"Becanda,"


TBC

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang