Bahagia

3.7K 265 3
                                    

Feb. 21 2010




Hari kelulusan adalah hari yang paling dinanti oleh seluruh pelajar, pun keluarga yang bersangkutan. Hari kelulusan, berarti kau telah berhasil melewati lika-liku hidup sebagai pelajar.

Memang ini masihlah awal untuk sebuah pengalaman hidup yang akan lebih menantang kedepannya. Sebab ini adalah hari kelulusan untuk pelajar tingkat menengah pertama. Masih ada lagi jenjang pendidikan yang harus di tempuh. Kembali untuk melewati hari-hari berat yang akan bermanfaat untuk masa depannya. Kemudian, memilih Universitas manapun yang diminati untuk lebih mengasah bakat pelajar, sebagai sarana untuk mendapatkan pekerjaan ataupun impian yang diinginkan.

Namun, baginya semua sama saja.

Tidak ada hari kelulusan yang hakikatnya menjadi hari istimewa untuk semua orang.

Tidak ada hari dengan pelukan sarat kebahagiaan juga kebanggaan yang akan diterimanya oleh keluarganya.

Tidak ada buket bunga.

Tidak ada kecupan sayang.

Tidak ada.

Benar-benar tidak ada.

Jadi, Jeon Jungkook hanya memandang kosong pada bangku yang dipenuhi oleh keluarga teman-temannya. Tidak begitu peduli oleh pelukan bangga dari Kepala Sekolah setelah Pria berkepala empat itu memberikan rompi penghargaan kepadanya sebagai Juara kelas. Tak juga peduli oleh salam selamat dari teman-temannya.

Ia hanya tersenyum. Paksa.
Setidaknya ia mengerti untuk menghargai.

Ada harapan yang terselip di sudut hatinya. Untuk menunggu, untuk menanti. Di saat teman yang katanya sama sepertinya, tak memiliki harapan untuk menantikan kehadiran sosok keluarga yang sibuk, nyatanya memiliki keajaiban.

Kim Yugyeom. Ia dapat melihat dengan jelas lengkungan manis dari wajah teman sebangkunya itu. Kala Ibu dari anak itu telah menunggunya di bawah panggung, dan memeluknya dengan erat.

Bolehkah aku berharap?

Tidak ada salahnya untuk berharap. Itu yang selalu ia dengar dari orang-orang yang ia lewati.

Jadi, dia memutuskan untuk menunggu setidaknya salah satu dari keluarganya datang untuk menjemputnya.

Namun, lagi-lagi dengan harapan yang semu.

Jeon Jungkook dengan kesabaran juga harapannya, memilih menunggu berjam-jam kendati iapun tahu hal inilah yang akan terjadi bila ia terus bermain dengan harapan.

Tetapi, mau bagaimana lagi?

Dia hanyalah pemuda lima belas tahun yang juga memiliki kehausan akan afeksi dari keluarga.

Sesibuk itukah, kalian?

Jungkook memandang nanar pada handycam yang dipegangnya. Dengan lensa kamera menghadapnya, merekamnya disepanjang waktu.

Pemberian dari sang Ayah ketika ia berumur sepuluh tahun. Sedikit meremas nya, kemudian ia bangkit. Meninggalkan jejak keheningan dalam setiap langkahnya.

○◌○

Bahagia Bersama Keluarga [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang