Bertemu dengan Karin adalah keajaiban. Menjadi pacarnya adalah anugerah.
Takaki Yuya tidak pernah berharap banyak karena selama Karin berada di sisinya, ia tahu ia akan baik-baik saja.
Karin adalah obatnya.
Karena di antara hiruk-pikuknya dunia, Karin akan selalu berada di tengah-tengahnya, menawarkan selimut hangat dan melindunginya dari apa pun yang datang menyakitinya.
Namun, menjadi pacarnya berarti juga menyimpan hati gadis itu di tangannya. Selama dua tahun berpacaran, selama itu juga dia berusaha mempertahankan apa yang ada di genggamannya.
Yuya tahu, Karin itu gadis periang yang sangat bersahabat. Ia tidak mengerti mengapa gadis itu memilihnya menjadi pasangan, padahal jelas-jelas banyak pria di luar sana yang mengejarnya. Mereka lebih romantis, lebih terlihat mampu membahagiakan Karin. Yuya hanya pria biasa, yang kebetulan punya perasaan yang sama dengan pria-pria itu. Dan kebetulan juga ia berteman kakaknya.
Bersanding dengan Karin jelas merupakan hal terbahagia dalam hidupnya. Akan tetapi, sepanjang perjalanan mereka, Yuya serta-merta akan memikul beban yang berat. Beban fana yang sebetulnya Yuya sendiri tidak pahami—itu datang dari dirinya sendiri apa Karin?
**
Mengingat Miura merupakan hal yang masih belum bisa Yoshizawa Mei tolerir sampai sekarang.
Setiap kali nama Miura Shohei terucap, pasti pikirannya akan langsung terbang ke masa-masa indah saat mereka bersama; lembut jemarinya menelusuri pipi serta manis senyumnya di bawah cahaya rembulan. Mei menyukai momen-momen mereka di toko jam kecil milik Miura, dimana biasa ia duduk di depan konter dan menemani mantan kekasihnya berkutat dengan jam.
Mei rindu sekali. Ia tidak bisa lupa.
Mana mungkin bisa lupa.
Namun, ia sadar, saat Miura memutuskan semua ini, tidak ada gunanya lagi berjuang. Miura sudah tidak mencintainya, itu terlihat jelas. Ia lelah. Mei juga lelah, tapi entah kenapa, dia masih tidak bisa ikhlas.
Melepas tidak pernah menjadi hal yang mudah baginya.
Maka dari itu, dia lari; lari sejauh mungkin, pulang menghambur ke tanah kelahirannya.
Jepang menyambut pelukannya erat, memberikannya nuansa baru, dan waktu itu, dia sudah siap melangkah maju—meninggalkan semuanya di belakang.
Sampai undangan pernikahan Miura mendarat di kotak posnya, sebulan setelah putusnya hubungan mereka.
Gadis mana yang tidak sakit hati?
Gadis mana yang bisa tegar?
Mei tidak bisa. Mei bukan gadis-gadis tahan banting itu.
Hatinya benar-benar tercabik, nasib tidak habisnya menjahati perasaan. Maka dari itu, Mei ingin lupa. Ia ingin amnesia. Beruntunglah lokasi tempatnya tinggal dekat dengan sebuah club malam—dia bisa melupakan dunia untuk sementara.
Akan tetapi, club itu malah membawanya pada petaka lain.
Ia sendiri membenci semua yang terjadi—tapi mau bagaimana lagi?
Memikirkan semua itu, kepala Mei terasa pening. Tangan kirinya mulai bergetar, bibirnya mengatup sendiri. Telinganya kini ikut-ikutan terasa terbakar, napasnya tidak keruan. Dengan cepat, ia meraih sebuah suntikan yang telah berisi cairan bening di atas meja belajarnya. Hanya dalam satu gerakan, jarum suntik itu menembus kulitnya.
Tubuhnya terasa lebih tenang sekarang.
**
(a/n) yooo i'm back! berhubung hari ini aku gamasuk sekolah karena sakit, aku ada senggang bentar waktu buat nulis sooo here i am! besok baru tempur sama uts, doain yak :)
di part ini, aku ngajak kalian lihat masalahnya dari sudut pandang kedua belah pihak yang sedang berkonflik: yuya dan oc-ku, mei. belum greget, sih, tapi dari sini aku harap karakternya udah kebaca buat ke depannya. mari menebak-nebak kejadian apa lagi yang bakal menimpa mereka ( ╹▽╹ )
oh ya, dan di part ini muncul-lah si letak permasalahannya mei, yakni miura shohei (moodboard ada di mulmed). kebetulan emang miura sama yuya di rl juga temenan wkwk. ikemen yang satu itu tahun ini (apa tahun lalu?) baru aja nikah sama aktris yang gak kalah menawan sama dirinya, a.k.a mirei kiritani. gilasih kalo mereka punya anak pasti cakep :"
yaps, segitu aja ngocehnya ya wkwk. terima kasih udah mau mampir ke ffku. jangan lupa tinggalkan bintangnya yaa~ aku padamu, wahai para readers (。・ω・。)ノ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
paris
Fanfictionyuya tidak pernah pandai dalam memilih. namun, jika kesempatan masih ada, dia akan dengan senang hati memilih untuk kembali ke masa lalu--masa dimana dia masih bisa tertawa lepas dan tak takut akan posibilitas yang akan terjadi di masa mendatang. **...