"Yuya?"
Siang itu, Yuya sedang duduk santai di kantin kampus sembari membaca jurnal yang ia gunakan untuk menyelesaikan tugas di satu mata kuliah. Tidak ada angin tidak ada petir, tiba-tiba Karin datang menghampirinya dan langsung duduk manis di hadapannya.
"Karin! Bikkurishita!*" seru Yuya, membawa gelak bagi gadis yang merupakan adik kelas merangkap pacar di depannya.
"Bagaimana ujianmu kemarin?" tanya Karin, menaruh sekotak susu stroberi di atas meja—favoritnya. "Kudengar kalian gila-gilaan di club untuk merayakannya, ya?"
Kata ganti "kalian" yang Karin maksud merujuk pada kelompok teman mainnya sejak SMA—terdiri atas Yabu Kouta (alias kakak Karin sendiri), Inoo Kei, Yaotome Hikaru, Arioka Daiki, dan dirinya. Sebetulnya, Arioka Daiki seangkatan dengan Karin. Hanya saja, entah kenapa Hikaru sangat suka bermain dengannya, sehingga Daiki dimasukkan ke grup sepermainan mereka.
"Yang gila-gilaan itu kakakmu. Dia habis delapan botol lebih," adu Yuya, membuat Karin lagi-lagi tergelak.
"Padahal aku ingin ikut," gerutu Karin setelah tertawanya selesai. "Sialnya aku dapat jadwal ujian di hari berikutnya!"
"Nanti saja, kapan-kapan," ujar Yuya. "Tapi harus sama aku, ya?"
Karin tersenyum kecil, seperti ingin menggoda. "Ah, nanti aku mau pergi sendiri saja. Tidak usah ajak Yuya dan yang lain. Aku mau joget sendiri!"
Mendengar respon Karin yang sedang jahil itu, lantas membuat Yuya mengembangkan senyumnya. Kini, tangan panjangnya meraih pipi Karin dan siap-siap mencubitnya. Karin menghindar secepat kilat, tapi Yuya tidak menyerah dan terus berusaha untuk mencubit pipi pacarnya itu.
Hingga tiba-tiba...
"Yabu-san?"
Yuya dan Karin berhenti saling menjahili saat sebuah suara membuat Karin sontak menoleh.
"Aa! Yoshizawa-san! Ada apa?" Karin menghampiri sosok yang memanggilnya barusan. Dengan gaya SKSD-nya, Karin mengalungkan lengannya di bahu orang yang ia panggil Yoshizawa itu dan membawanya menghadap Yuya.
"Ne, Yuya! Perkenalkan, dia teman baruku! Dia baru pindah dari Inggris seminggu yang lalu." Gadis itu menunjuk sosok dalam rangkulannya. "Nah, Yoshizawa-san, ini pacarku... Takaki Yuya namanya. Bisa dibilang dia itu kakak tingkat kita. Tapi jangan segan sama Yuya, ya! Dia orangnya baik, kok!"
Tadi, senyum masih terukir lebar di bibir Yuya sesaat sehabis bercanda dengan Karin. Akan tetapi, saat menyadari siapa yang ada di dalam rangkulan gadisnya, Yuya terkesiap. Duduknya mendadak tegap, dan matanya memandang sosok itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Sen... pai?*" Yoshizawa mengeluarkan suaranya pelan, dan panggilan itu merujuk pada Yuya.
"Yaps, Yuya itu senpai. Ne, Yuya... kau tidak keberatan dipanggil senpai, deshou?" tanya Karin, membuat pikiran Yuya langsung terketuk dan kembali fokus.
"Un*, tak masalah, kok." Yuya menjawab dengan jantung berdebar kencang. Penglihatannya tidak salah. Indera pendengarannya juga masih berfungsi baik. Ia kenal sosok itu, penampilan itu, dan suara itu.
Yoshizawa masih memandang Yuya yang sedang menanggapi celotehan Karin tentang dirinya. Gadis itu dalam hati diam-diam berharap Yuya mengingatnya—atau mungkin sebenarnya pria itu ingat? Buru-buru ia menghapus ingatannya soal one night stand waktu itu yang mendadak berkelebatan di pikirannya.
"Ne, Yoshizawa-san, kau tinggal di Inggris 'kan? Kau kenal orang Jepang lain yang tinggal di sana, tidak?"
Pertanyaan Karin membuat Yoshizawa terkesiap. Miura-kun...
"Kenal," jawab Yoshizawa pelan. "Ada beberapa orang dari kedutaan yang aku kenal."
"Ah, sou? Kalau yang lain? Yang misalnya sedang belajar di sana?"
Yoshizawa menggeleng. "Aku kurang bersosialisasi. Orang tuaku sibuk dengan urusan kedutaan, sehingga aku juga tidak banyak keluar. Kerjaanku ya sekolah, terus pulang."
"Ck, ck, ck," Karin menggeleng-gelengkan kepalanya. "Oi, Yuya! Temanmu yang punya toko jam namanya siapa? Sho... Sho... Shomi? Sora?"
"Shohei," koreksi Yuya, membuat mata Karin langsung berbinar-binar dan malah membuat jantung Yoshizawa ingin minggat dari tempatnya.
"Ne, kau tidak kenal Shohei-kun? Dia tinggal di Inggris juga, kerjanya di toko jam."
Yuya berharap gadis itu akan menggeleng, namun ternyata, Yoshizawa malah mengangguk tipis.
"Dia mantan pacarku."
**
*Bikkurishita: ungkapan yang diucapkan ketika orang kaget
*Senpai: senior
*Un: ungkapan yang digunakan untuk mengiyakan sesuatu
KAMU SEDANG MEMBACA
paris
Hayran Kurguyuya tidak pernah pandai dalam memilih. namun, jika kesempatan masih ada, dia akan dengan senang hati memilih untuk kembali ke masa lalu--masa dimana dia masih bisa tertawa lepas dan tak takut akan posibilitas yang akan terjadi di masa mendatang. **...