8.

23.2K 993 6
                                    

Aku mencoba membuka mataku tapi terasa sangat berat, aku menoba lagi dan saat itu aku langsung menutup kembali mataku karena cahaya yang terlalu terang di atasku, aku mencoba kembali membuka mataku kali ni aku mncoba perlahan agar mataku tidak terlalu kaget menerima cahaya yang ternyata dari lampu diatasku.

Setelah mataku membuka sempurna aku mencoba mencari tahu dimana aku berada aku merasakan sesuatu di hidungku setelah aku cek dengan merabanya ternyata ada alat bantu pernafasan aku juga melihat tanganku yang di infuse, lalu pintu ruangan ini terbuka dan masuklah Hani dan kak Salwa dengan wajah yang menujukan kecemasan, aku mencoba tersenyum menenagkan pada mereka.

“hey bagaimana perasaanmu?”

“ha—us” kataku karena aku memang sangat merasa kehausan

Lalu aku melihat Hani yang bergegas mengambilkan aku air yang berada tepat di samping tempatku berbaring ini

“terima kasih” kataku setelah meminum air itu dengan sedotan dengan bantuan Hani

“aku dimana?” tanyaku dengan suara yang sudah mulai jernih

“sekarang kamu sedang berada di Rumah Sakit. Kamu ingat apa yang kamu alami sebelum kamu berada disini?”

“iya” kataku sambil mengingat kejadian yang baru saja menimpaku tak terasa ternyata air mataku mengalir

“hey maafkan saya jika pertanyaan saya malah membuatmu mengingat kejadian itu. Kamu tenang saja Shifa Steven sudah kami laporkan pada pihak yang berwajib” kata kak Salwa dengan berapi-api

“bagaimana dengan orang yang menolongku? Aku ingin mengucapkan terima kasih”

“oh mereka sudah pulang, semalam mereka mennggu kamu siuman tapi kata dokter kamu akan siuman pada pagi hari jadilah mereka pamit pulang” saat meliahat wajah sedihku karena tidak sempat mengucapkan terima kasih pada penolongku kak Salwa kembali menambahkan “hey jangan sedih seperti itu mereka berjanji akan datang hari ini apa lagi pemuda bernama Hafiz, dia terliahat sangat khawatir padamu”

“nama pemuda yang menolong saya Hafiz? Lalu yang satunya?”

“yang satunya adik Hafiz namanya Aziz. Hey ini kamu makanlah dulu dari semalam kamu belum makan”

Aku menuruti perkataan kak Salwa untuk memakan bubur yang disediakan rumah sakit karena jujur saja perutku memang sangat lapar, setelah aku menghabiskan makananku aku baru ingat tentang kedua orang tuaku.

“Han, kamu member tahu kedua orang tuaku?”

“ya tentu saja Shif. Sekarang mereka dalam perjalanan kesini. Kenapa? Lo gak mau mereka tau? Sbenarnya gue juga gak mau ngaasih tau mereka Shif, tapi semalam entah kenapa mereka tiba-tiba menelponku dan menanyakan keadaanmu mungkin mereka memang sudah memiliki firasat.”

“ya Allah aku telah membuat kedua orang tuaku pasti sangat cemas”

“tenang saja oke, ntar biar gue yang adepin mereka dulu, mereka sampe sini juga masih beberapa jam lagi jadi mending sekaran lo istirahat dulu”

“baiklah terima kasih Kak Salwa dan terima kasih Han”

“sama-sama Shifa”

Lalu aku kembali memejamkan mataku karena aku masih merasa lelah. Satu jam kemudian aku kembali terbangun dan menemukan Gaby yang sekarang berada di dalam kamrku.

“hey kamu sudah bangun? Shifa maafkan saya gara-gara saya kamu jadi seperti ini, maafkan saya yang telah menyeretmu ke dalam masalah saya” kata Gaby langsung menangis begitu melihat aku bangun

“hey jangan menyalahkan diri kamu sendiri Gab, ini adalah musibah yang memang sudah di gariskan Allah agar terjadi padaku, Steven hanya ssebagai peratara untuk musibah ini”

Jodoh AsyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang