1. Get Caught

2.2K 109 4
                                    

"Ini yang bikin siapa?!"

Kang Abimanyu melemparkan dua makalah ke pinggir meja tepat di hadapanku. Satu makalah nyaris jatuh dari meja karena dia melemparnya cukup keras.

Aku terkesiap menatap tak berkedip kedua makalah itu. Kecurigaan sudah merebak di dada saat tadi ada teman yang membertahu bahwa Kang Abimanyu, asisten dosen baru, mencariku. Ternyata benar. Ada yang tidak beres dengan makalah yang kubuat untuk Lola dan Fira, teman sekelas yang punya julukan Dua Gadis Paling Diinginkan di fakultas kami.

Aku jadi ingat kata-kata Lia saat menerima permintaan mereka lebih dari dua minggu lalu. Mulai terasa penyesalan di dada tidak menuruti apa kata sahabatku itu.

"Nay, kamu kok masih mau bikinin makalah buat mereka, sih. Kalau ketahuan bahaya. Tahu sendiri Kang Abim galaknya kayak apa." Lia menatapku dengan kening berkerut.

Saat itu, aku hanya menaikkan bahu sambil tersenyum tipis. Dia belum tahu aku sedang butuh dana yang tidak sedikit. Kesempatanku mendapatkan dana itu hanya dari membuatkan makalah untuk mereka berdua.

"Kamu yang bikin, iya kan?!"

Suara tajam Kang Abimanyu menghapus wajah Lia dari pikiranku. Aku melirik ke arah asisten dosen baru itu dan cepat menunduk kembali karena Kang Abimanyu menatapku setajam suaranya.

Bagaimana bisa dia tahu kalau makalah-makalah itu aku yang membuat? Padahal jelas-jelas terbaca nama Lola dan Fira di sampul depan. Rasanya aku sudah mengerjakan sebaik mungkin. Artinya dengan tema benar-benar berbeda satu sama lain dan tidak ada satu bagian pun yang copy paste.

"Jawab Nayara! Kamu yang bikin?!"

Aku menelan ludah sambil melirik Lola yang sudah berada di kubikel Kang Abimanyu ketika aku tiba. Rupanya dia juga melakukan hal sama. Beberapa saat pandangan kami bertemu. Ada percikan api di sana. Ingin kuberikan kode bahwa aku menyesal, tetapi tak tahu bagaimana caranya.

"Di kover kan bukan nama saya, Kang." Aku mencoba menatap Kang Abimanyu lagi. "Lagian bukan ini makalah yang saya serahkan kemarin."

Di kampus kami, dosen-dosen muda biasa dipanggil Akang atau Teteh.

"Coba buka halaman sebelum Daftar Pustaka!"

Dengan pelan kuambil makalah paling atas dan membuka halaman yang dimaksud. Terbaca di akhir tulisan: * * * Nayara Lintang Maheshwari * * *. Nama yang selalu kusertakan setiap mengakhiri karya tulis. Karena sudah terbiasa, aku tak sadar menuliskan itu. Mungkin juga terburu-buru saat menyelesaikan makalah tersebut. Seminggu ini aku disibukkan membuat laporan kegiatan panitia ospek fakultas menggantikan kakak kelas yang sakit. Tak bisa menolak, tepatnya tak ingin menolak karena Agra yang memintaku. Bagaimana bisa menolak, aku sudah menyukainya sejak kelas XI?

"Masih mengelak?! Kalau bukan kamu yang bikin, kenapa ada nama kamu di sana? Terus, kamu pikir saya bisa gampang dibohongi begitu saja? Saya sudah tahu kalau satu tugas makalah sebelumnya dan dua makalah di kuliah lain, kamu juga yang bikinkan! Saya hafal gaya tulisan kamu, Nayara!"

Bibirku terkunci rapat. Malu, menyesal, dan kesal karena ketahuan berbuat salah. Aku juga khawatir dengan percikan api di mata Lola serta hukuman apa yang akan diberikan Kang Abimanyu.

"Saya paling enggak suka sama mahasiswa yang melakukan kecurangan seperti ini. Bikin negara rugi. Sudah kasih subsudi buat kalian, tapi dibalas dengan hal buruk. Apa lagi kamu, Nayara! Kamu penerima beasiswa! Tak semestinya melakukan hal seperti ini."

Kang Abimanyu menarik napas sebelum melanjutkan, "Pantas saja korupsi di negara kita tak pernah teratasi. Karena dari sejak mahasiswa kalian sudah terlatih. Jadi ada terus penerusnya. Saya sangat kecewa! Terutama sama kamu, Nayara! Pintar, tapi tak tercemin pada perilaku!"

Kesal mulai mendominasi karena merasa paling disudutkan. Dari tadi hanya namaku yang disebut-sebut.

Oke, aku mengaku salah. Tapi, Lola dan Fira bagaimana? Apa kesalahan mereka begitu kecil sehingga bisa diabaikan? Apa karena mereka cantik, keren, dan Dua Gadis yang Paling Diinginkan di fakultas ini? Apa aku masih belum bisa menyaingi mereka? Padahal aku sudah berusaha berpenampilan sekeren mungkin sejak beberapa minggu lalu!

Menggelegak air yang tiba-tiba memenuhi dada.

"Kalian berdua, buat lagi makalah-makalah yang dibikinkan Nayara! Minggu depan dikumpulkan dan siap presentasi! Jangan buat kesalahan lagi di kelas, kalau mau terus lanjut ikut kelas saya! Sekarang, kalian boleh pergi!"

Lola dan Fira sempat meminta tangguh pengumpulan makalah.

"Ya sudah! Dua minggu! Enggak ada tawar-menawar lagi!"

Keduanya masih terdiam beberapa saat. Sepertinya masih ingin meminta perpanjangan waktu.

"Kalian mau apa lagi? Atau saya kembalikan ke minggu depan pengumpulan tugasnya?"

Tak perlu menunggu lama, Lola dan Fira segera beranjak meninggalkan kubikel yang terasa panas walaupun tiga pendingin ruangan menyala. Aku bersiap untuk mendengar hukuman yang sepertinya lebih berat dari kedua teman sekelasku itu. Buktinya aku ditahan sendirian lebih lama di sini.

"Naya!" Kang Abimanyu mengambil selembar kertas dari folder di rak pendek tidak jauh dari kursinya.

Napas ini tertahan sejenak, menduga-duga isi kertas itu yang tentunya hukuman untukku.

* Bersambung *

From One RequestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang