3. Ngidam 1

445 10 1
                                    

Ilyas's POV
Ternyata menghadapi perempuan yang sedang PMS tidak ada apa-apanya dibandingkan menghadapi perempuan yang sedang dalam fase 'ngidam'.

Permintaannya terkadang tidak masuk akal. Malam-malam ingin sate, giliran dibeliin bilangnya 'Nay cuman ingin ajah kok, gak minta dibeliin atau makan, jadi satenya Mas ajah yang makan', segampang itu. Untung cinta, kalo enggak udah aku peletekin.

Pernah suatu pagi-pagi Nayla minta digendong, sebenarnya gak masalah sih, tapi pagi itu ada rapat yang gak bisa ditinggalin. Dia terus merengek, mengalungkan tangannya di leherku, suruh di lepasin malah nangis kaya anak kecil gak di kasih mainan. Pusing emang. Tapi ya mau bagaimana lagi, hormon ibu hamil memang tidak sabil, jadi untuk semua calon bapak di seluruh dunia, diharapkan bersabar dan bertawakal kepada Allah swt. Wkwkwk

Ilyas's POV end

Sebenarnya Nayla gak tega minta ini itu pada sang suami, apalagi suaminya baru kerja. Cuman mau gimana lagi, itu semua permintaan jabang bayi mereka. Tiap pagi Nayla harus merasakan pusing, mual, pengennya rebahan di kasur ajah, males mandi, pengen di perhatiin sama suami terus. Nayla juga merasa aneh kepada dirinya, Ia semakin manja dan mudah menangis.

Tapi ya namanya manusia, kesabarannya sangat terbatas. Waktu itu kandungan Nayla masuk usia 11 minggu atau 3 bulanan, entah kenapa ia pengen banget makan martabak telur sama martabak keju. Mungkin nanti ia akan meminta Ilyas untuk membelikannya.

"Kenapa mas Ilyas belum pulang yah? Padahal jam 5 biasanya udah pulang, tumben udah maghrib tapi belum pulang, apa sibuk yah?" gumam Nayla.

Setelah masak tadi ia langsung membersihkan diri agar saat nanti suaminya pulang, ia sudah wangi dan tidak bau keringat. Supaya ketika suami pulang pun senang melihat istrinya sudah cantik. Seperti hadist shahih yang telah diriwayatkan oleh Thabrani.

"Sebaik-baik istri adalah yang menyenangkan jika engkau melihatnya, taat jika engkau menyuruhnya, serta menjaga dirinya dan hartamu di saat engkau pergi." Hadits shahih: Diriwayatkan oleh ath-Thabrani, dari 'Abdullah bin Salam. Lihat Shahiihul Jaami' (no. 3299).

Setelah melaksanakan Shalat Nayla menunggu suaminya di ruang tamu. Tangannya memegang handphone, berharap Ilyas menghubunginya. Ia takut kalo menghubungi duluan, suaminya itu sedang rapat atau sedang di jalan, itu bisa mengganggu konsentrasi suaminya.

Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu dan suara salam, orang yang telah ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Ia segera beranjak untuk membukakan pintu, menyambut suaminya pulang. Tak lupa Nayla menyungging kan sebuah senyuman, walau hatinya sedang kesal terhadap sang suami.

"Assalamualaikum istriku," salam Ilyas

"Waalaikumsalam Mas", jawab Nayla malu-malu, entahlah Ia sering malu-malu sendiri ketika suaminya memanggil dirirnya dengan panggilan "istriku".

"Mas sudah shalat?" Ilyas hanya mengangguk.

"Alhamdulillah, ya sudah mas mau makan dulu mau mandi dulu?"

Ilyas tidak menjawab Ia hanya berjalan mendekati istrinya lalu memeluknya dengan erat. Mencium aroma rambut istrinya yang sangat Ia rindukan. Nayla pun heran, kenapa sang suami tiba-tiba memeluknya seperti ini. Tapi Nayla pun segera melingkarkan tangannya ke tubuh Ilyas dan mengusap-usap lembut punggungnya.

Apakah mas Ilyas ada masalah? Hati Nayla bertanya-tanya. Sebenarnya Nayla oun merasakan itu, apalagi saat melihat wajah Ilyas saat baru datang tadi. 'Ah nanti juga mas Ilyas pasti cerita masalahnya' ucap Nayla dalam hati.

"Mas mau mandi dulu, tapi mas masih pengen peluk kamu Nay. Tapi badan mas udah protes minta dibersihin", rengek Ilyas seperti anak kecil. Sedangkan Nayla, ia hanya tertawa kecil mendengar rengekan suaminya.

"Makanya udah pekuknya, mandi dulu sana. Dari tadi Nayla mencium bau yang tidak menyenangkan ha ha", canda Nayla. Suaminya langsung melepaskan pelukannya dan memasang muka cemberut

"Jangan cemberut gitu Mas, nanti Nayla peluk lagi kalo mas udah wangi. Sekarang Nayla mau siapin makanan dulu".
Tiba-tiba senyum Ilyas langsung terbit, bibirnya membentuk lengkungan seperti bulan sabit.

"Ya udah mas mandi sekarang ajah, biar cepet dapet pelukan dari calon bidadari surga", ucapnya lalu mencium kening sang istri. Nayla hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya itu.

Setelah mandi Ilyas pun bergegas ke ruang makan, selain ingin segera memeluk istrinya, perutnya pun ikut berdemo, seakan protes karena dari siang tidak di isi makanan. Ilyas melihat istrinya sedang mondar-mandir menata makanan di atas meja.

Di lihat dari belakang, istrinya lebih mirip anak SMA, mungkin karena badannya yang mungil, tingginya pun hanya sebatas dada Ilyas. Tubuhnya kecil, tapi tidak terlalu kurus, cukup ideal dengan tingginya.

Nayla yang melihat suaminya datang langsung menghampiri Ilyas dan menarik tangan suaminya untuk duduk di kursi. Dengan cekatan Ia mengambil nasi dan beberapa lauk pauk. Mereka makan dengan penuh canda, saling menyuapi, kejahilan Ilyas pun tak luput ikut meramaikan makan malam keluarga kecil yang harmonis itu.

Mungkin nanti masalah akan datang menghampiri. Cuman satu harapan mereka, mereka harus mampu menghadapi itu semua. Karena hidup tak selamanya indah, tak selamanya damai, tak selamanya tenang, dan tak selamanya senang. Adakalanya pertengkaran, adakalanya pertentangan, dan adakalanya perbedaan pendapat ikut mewarnai dan meramaikan kehidupan.

Assalamualaikum teman-teman, bagaimana kabarnya? Semoga semuanya sehat jasmani dan rohani ya, aamiin

Ada yang masih nunggu cerita yang jauh dari kata sempurna ini gak?

I hope you guys enjoy with my story
And kalo ada kritik dan saran boleh tulis d komentar😊

Tetap jadikan Al-Quran bacaan utama yah

Ilyas dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang