FOUR

1.9K 126 3
                                    

Kedua kuda itu berpacu pelan tampak mulai kelelahan. Namun Alegra dan Tregon terus memacu kedua kuda yang mereka tunggangi untuk terus berlari cepat. Di belakang mereka beberapa penunggang kuda lainnya tengah mengikuti mereka, berniat menangkap mereka lebih tepatnya.

Alegra memekik saat salah satu lutut kudanya tiba-tiba melemas seolah kuda tersebut telah kehilangan seluruh tenaganya. Detik itu juga kuda tersungkur ke depan bersamaan dengan tubuh Alegra yang ikut terjatuh dari atas kudanya. Berguling-guling di tanah yang keras nan kotor.

" Kakak ... tolong!!" teriaknya, suara ringisan kesakitan tak hentinya keluar dari mulut Alegra.

Sempat tersentak kaget, Tregon melompat turun dari atas kudanya. Lantas dia hampiri sang adik yang tengah terentang di tanah. Bergegas membantunya untuk kembali berdiri.

" Kau baik-baik saja?" tanya Tregon dengan cemas. Mendesis ngilu saat mendapati beberapa luka lecet yang mengeluarkan darah terlihat di siku tangan dan lutut adiknya. Bahkan wajah cantik sang adik mendapat sedikit goresan karena insiden ini.

" Ayo kita pergi. Mereka masih mengejar kita."

" Aku tidak bisa berdiri kak. Seluruh tubuhku sakit sekali." Alegra tak berbohong, dia memang merasa seluruh persendian di tubuhnya telah bergeser dari tempat semestinya.

Namun Tregon tahu saat ini bukan waktu yang tepat untuk menerima penolakan sang adik. Dia abaikan penolakan adiknya, lantas dia membantu Alegra untuk berdiri. Berniat melangkah menuju kuda hitamnya, namun niatnya harus terhenti dikala menemukan kuda hitamnya terlihat jelas begitu kelelahan.

Kuda itu berbaring miring di tanah, tak jauh berbeda dengan kuda putih milik Alegra yang sudah terjatuh lebih dulu.

" Mereka kelelahan. Sudah seharian mereka terus berlari."

" Terus bagaimana? Apa yang harus kita lakukan kak?"

Tregon menggulirkan kedua bola matanya ke sekeliling tempat mereka berada. Menegang tatkala melihat segerombolan prajurit istana yang mengejar mereka terlihat semakin mendekat. Tak ada waktu untuk berpikir, mereka harus secepatnya bersembunyi.

" Kita pergi dari sini."

" Tapi kuda-kuda itu ..." kentara Alegra merasa iba melihat kondisi kuda kesayangan mereka yang nyawanya berada di ujung tanduk.

" Kita tinggalkan mereka." jawab Tregon, sukses membuat Alegra membulatkan kedua matanya.

" Meninggalkan mereka? tidak bisa kak. Kita tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja."

" Percuma, mereka sudah tidak bisa berlari."

" Aku tidak mau meninggalkan mereka kak."

Sekali lagi Tregon abaikan penolakan sang adik, dengan mengerahkan seluruh tenaga yang dia punya, dia berlari seraya memapah Alegra agar ikut berlari bersamanya.

" Tidak kak, aku tidak mau meninggalkan mereka. Mereka pemberian ayahanda." Tak hentinya Alegra meronta, mencoba menjauhkan diri dari kakaknya. Dia ingin menghampiri kuda mereka yang sudah tak berdaya. Tak rela sekaligus tak tega jika harus menelantarkan mereka begitu saja.

" Kakak!!" teriak Alegra, namun sang kakak tak menggubris ucapannya. Kedua tangan Tregon semakin erat memegangi tubuh adiknya. Memapah sang adik yang kesulitan berjalan.

Dia terpaksa melakukan ini demi menyelamatkan nyawa mereka berdua. Jauh di dalam hatinya, Tregon pun merasakan sakit tiada tara karena harus meninggalkan kuda kesayangannya yang sudah bertahun-tahun bersamanya.

Mereka berlari menaiki sebuah bukit, sengaja menjauh dari jalan utama agar para penunggang kuda di belakang mereka kesulitan mengejar mereka. Kuda tak mungkin bisa menaiki bukit ini. Mereka tampak kesulitan karena stamina Tregon yang mulai terkuras serta kondisi Alegra yang jangankan untuk berlari, sekadar berjalan pun mustahil bisa dia lakukan sendiri.

STORY OF SNAKE QUEEN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang