FIVE

2K 126 3
                                    

Setelah menguburkan kedua jasad yang menyisakan tulang belulangnya, Alegra dan Tregon memutuskan untuk pergi dari rumah sederhana yang mereka jadikan tempat persembunyian semalaman. Disana mereka tak menemukan makanan apa pun, sama saja bunuh diri jika mereka lebih lama lagi bersembunyi disana.

Kendati demikian, mereka masih beruntung karena menemukan beberapa potong pakaian di dalam lemari. Alegra terpaksa mengganti gaun mewahnya dengan pakaian pria yang dia temukan di dalam lemari. Tidak ada pakaian wanita disana. Alegra tak keberatan meski harus mengenakan pakaian kebesaran khas pria, baginya pakaian itu bisa membantunya menyamarkan diri di tengah-tengah masyarakat nantinya.

Berbeda dengan Tregon yang tampak cocok mengenakan pakaian rakyat jelata yang begitu pas di tubuh kekarnya. Untuk menyamarkan wajah mereka yang cukup familiar di kalangan rakyat, karena hampir setiap hari mereka mengikuti orangtua mereka menyapa rakyat dari luar istana, Tregon dan Alegra menggunakan kain untuk menutupi hidung dan mulut mereka. Hanya kadua mata mereka yang dibiarkan terlihat.

Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke pasar. Mencari makanan karena mereka sudah kelaparan setengah mati. Sudah dua hari lamanya sejak mereka melarikan diri dari Montville castle, perut mereka belum diisi makanan apa pun.

Mereka berjalan tertatih-tatih dengan tangan yang saling berpegangan. Kewaspadaan tak pernah lepas dari sorot mata mereka, mengantisipasi kemungkinan para prajurit istana yang masih mencari mereka, muncul tiba-tiba di hadapan mereka.

Tak ada kuda maupun kendaraan yang bisa mereka naiki. Demi bisa mencapai pasar yang jaraknya hampir 10 kilo dari tempat mereka berada, mereka harus berjalan kaki. Alegra mengabaikan rasa sakit pada pergelangan kakinya yang terkilir karena terjatuh dari kuda kemarin.

Entah sudah berapa kali mereka bersembunyi di balik semak-semak maupun di balik pohon saat dari kejauhan segerombolan prajurit istana menunggangi kuda hendak menghampiri mereka. Menahan napas berkali-kali dengan tubuh gemetaran dikala para prajurit itu melewati tempat persembunyian mereka.

Alegra mulai tak tahan menjalani hidup yang penuh dengan rasa sakit, ketakutan, ketegangan dan penderitaan seperti ini. Padahal dulu hidupnya sangat nyaman, kemewahan dimana-mana. Tapi dia harus kuat, demi sang kakak yang juga pasti merasakan penderitaan sama seperti dirinya. Sebagai seorang adik, Alegra bertekad akan menjadi seseorang yang memberikan dukungan dan bantuannya pada Tregon, dia tidak akan pernah menjadi beban untuk sang kakak.

Perjalanan mereka memakan waktu berjam-jam, entah berapa jam tepatnya tapi nyaris seharian mengingat mereka berangkat pagi-pagi sekali dan sekarang suasana langit tampak memerah, senja akan segera datang sebentar lagi.

Alegra terengah-engah, tubuhnya membungkuk dengan kedua tangannya bertopang pada kedua lututnya. Meski berjalan kaki dengan perlahan, tetap saja rasa lelah itu menghantamnya tidak ada ampun. Bagi Alegra, inilah pertama kalinya dia harus berjalan kaki sejauh itu. Ditambah dengan keadaan kakinya yang cedera cukup parah seperti ini.

Tregon tak pernah mengeluh atau menegur saat Alegra meminta untuk beristirahat. Dia sangat memahami kondisi fisik adiknya yang tentu saja lebih lemah jika dibandingkan dirinya.

Selama menunggu Alegra mengatur deru napasnya. Tregon menggulirkan bola matanya ke sekeliling pasar. Pasar itu masih tampak ramai meski hari sebentar lagi akan berganti malam. Aktivitas jual-beli masih ramai. Tregon menyipitkan matanya saat tanpa sengaja ekor matanya menangkap sesuatu yang menggantung di atas gerbang pasar.

Benda yang menggelantung itu berbentuk bulat, terikat seutas tali dan tak hentinya bergoyang karena hembusan angin yang sedikit kencang. Benda itu memiliki sesuatu yang panjang hingga menjuntai ke bawah. Tregon menegang saat menyadari bahwa benda panjang itu adalah sekumpulan rambut. Benda bulat itu tidak salah lagi merupakan kepala manusia.

STORY OF SNAKE QUEEN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang