Cintaku- TAEKOOK (GS)

LIMA

Jungkook sudah sampai dirumahnya. Ia naik mobil bersama paman dan teman-temannya di bar. Mereka disediakan semacam kontrakan untuk tempat tinggal mereka oleh pihak bar

Setelah membersihkan badan dan berganti pakaian Jungkook bergegas ke tempat tidur. Sebelum tidur ia terus membayangkan Taehyung. Jungkook tak menyangka akan bertemu dengan idolanya dengan keadaan yang seperti itu. Terkikik geli saat teringat dia menyuruh Taehyung memunguti sayuran, memasang raut wajah yang tak enak padanya dan juga saat Taehyung memuji suara indahnya.

Saat sedang asik melamun membayangkan Taehyung, Jungkook terkejut saat ada suara yang tiba-tiba berteriak memanggil namanya.

"Jungkook,"

"Kookie.."

"Haiii, keluar lah"

Jungkook langsung melihat dari jendela kamarnya. Taehyung. Taehyung kerumahnya.

"Astaga, bagaimana.."

"Turunlah, cepat. Aku ingin bicara padamu"

"Ssst, jangan berteriak. Kau bisa-bisa membangunkan orang rumah."

"Aku tak bisa kesitu"

"Baiklah, aku yang kesana."

"Tidak, tidakk, tidakkk jangan"

Taehyung nekat memanjat balkon kamar Jungkook

"Tidak, Tidak !" Taehyung terhenti saat Jungkook sedikit membentaknya.

"Aku kesana, tunggu lah"

"Oke, kalau begitu turunlah"

Jungkook masuk kedalam kamarnya dan memakai jaket untuk menutupi tubuhnya agar tidak kedinginan. Dia berkaca, tidak menyangka jika Taehyung saat ini sudah disini menunggunya dibawah.

Setelah memastikan penampilannya, Jungkook segera turun dengan mengendap-endap agar tidak membangunkan paman juga teman-temannya. Dia pun lebih memilih melompati pagar yang tak terlalu tinggi itu. Suara pagar terbuka cukup berisik dan pasti dapat membangunkan orang-orang dirumah.

"Hei, heii apa yang kau lakukan? kenapa melompat seperti ituu?"

"Sst sstt diamlah,"

"Hei, ada apa?"

"Ayo kemari"

Mereka berdua menuju belakang mobil Taehyung. Tempat yang aman untuk berbicara agar tidak terlalu berisik.

"Kemarilah, apa yang kau lakukan? Aku tidak diijinkan bertemu siapapun disini. Jika pihak bar melihatku, mereka akan memotong gajiku sehari"

"Maaf, aku harus kemari. Pembicaraan kita belum selesai di bar."\