Nasihat Tante Kania

110 2 0
                                    


tidak ada yang pernah menjanjikan sebuah pertemuan dan tidak ada yang pernah mengiginkan sebuah kepergian, sebagai hamba hanya cukup untuk mempersiapkan hati menerima apa yang telah di utus Sang Maha Takdir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tidak ada yang pernah menjanjikan sebuah pertemuan dan tidak ada yang pernah mengiginkan sebuah kepergian, sebagai hamba hanya cukup untuk mempersiapkan hati menerima apa yang telah di utus Sang Maha Takdir

*****

Aku spontan menoleh saat pintu kamarku diketuk, tak lama kemudian muncullah sosok tante Kania di ambang pintu seperti biasa ia selalu membawa serta senyum hangatnya setiap kali menyapaku

"kamu belum tidur Ay?"tanyanya melihat aku yang masih bersandar pada kepala ranjang dengan boneka beruang merah muda di pelukanku

"belum tante Ayumi belum ngantuk" dan lagi dia tersenyum lembut sekali, tante Kania teramat baik padaku, namun tanpa sadar kebaikannya membuatku semakin merasa bersalah karena sampai saat ini aku masih belum bisa memanggilnya dengan sebutan mama seperti yang dia minta, karena jujur posisi mama masih belum tergantikan meski dengan sejuta kebaikan orang lain

"bagaimana hari pertamamu di sekolah nak?"tanyanya

"Alhamduliilah baik tante"sedikit berbohong memang, namun aku tidak ingin menambah beban Tante Kania lagi jika kukatakan yang sesungguhnya jika hari pertamaku adalah menyebalkan, lagipula kata kebanyakan orang hal yang kualami adalah hal biasa yang akan dialami semua orang yang baru saja menjadi siswa baru di sekolah baru

"nak tante mau bicara, tolong di dengarkan ya"itu kalimat perintah, namun seperti bukan kalimat perintah, ia begitu lembut mengucapkannya

Aku mengangguk patuh dan gegas mengalihkan boneka beruang dari pelukanku"sekarangkan Ayumi sudah besar.."aku masih menunggu kelanjutan kalimat tante Kania

"dan sekarang di rumah bukan hanya ada tante dan paman tapi juga ada Albian yang akan tinggal menetap bersama kita disini, Ayumi ingat kan tentang hukum menutup aurat bagi seorang wanita yang sudah baligh yang pernah tante ceritakan dulu"

Aku mengangguk lagi"Albian kan bukan mahram mu, jadi mulai sekarang tante minta kamu tetap mengenakan hijabmu yah meskipun saat di rumah, kecuali jika di kamarmu sendiri kamu boleh melepasnya"aku mengangguk mengerti

"baik tante insyaAllah akan Ayumi lakukan"tante Kania tersenyum, senyum itu lagi senyum yang membuatku semakin merasa bersalah

"dan satu lagi nak"

"apa itu tante?"

"kamu boleh berteman dengan Albian layaknya adik dan kakak, tapi tante harap tetap ada batasan, jangan terlalu dekat, karena kalian tidak disatukan dengan ikatan darah, itu artinya kalian tetaplah dua sosok pria dan wanita asing, terutama kamu sebagai seorang wanita yang akan menginjak dewasa harus pandai menjaga diri kamu"

Sekali lagi aku mengangguk"baik tante aku mengerti"

"anak pintar"katanya sembari mengusap kepalaku "terimakasih sayang" ia menarikku kedalam pelukannya, pelukan yang begitu hangat meski tak senyaman pelukan mama

"yasudah ini sudah malam, kamu langsung tidur ya, jangan terlalu larut tidurnya nanti besok sekolahnya kesiangan"katanya sembari beranjak dari tempat tidurku

"siap tante"setelah itu tante Kania benr-benar keluar dari kamarku dengan meninggalkan senyum terakhirnya

*****

Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku akan bangun lebih awal sebelum Adzan Subuh, kuayun kakiku menuruni anak tangga, dengan keadaan mata seteangah terpejam tanganku merampa-rampa pegangan tangga, tubuhku seolah sudah hapal akan melangkah kemana karena aktivitas ini hampir setiap pagi kulakukan demi untuk mencari kamar mandi yang letaknya berdampingan dengan dapur, sedikit lagi aku sampai, hampir saja aku menarik gagang pintu kamar mandi namun tanganku terhenti saat mendengar suara yang asing di telingaku, seperti suara isakkan seorang wanita. Kubuka kedua mataku lebar-lebar bersama rasa kantukku yang hilang seketika, ini bukan mimpi tentunya karena aku mampu merasakan dengan jelas dinginnya lantai dengan tanpa alas kaki, atau mungkin?

"tidak..tidak.." sekali lagi aku menggelengkan kepala, otakku sempat terisi oleh potongan film horor yang pernah ku tonton bersama temanku dulu.

"cklekk" tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan memunculkan sesosok wanita

"Tante..?"kuliahat wanita itu menatapku terkejut, jari-jarinya segera mengusap sisa-sisa butiran air mata di wajahnya

"tante tidak apa-apa"katanya, lalu berlalu begitu saja meninggalkanku yang masih terdiam di tempatku, baru tadi sore aku melihat Tante Kania teramat bahagia dengan kedatangan kak Albian, namun pagi ini aku harus memergokinya tengah menangis sendiri, entah apa alasan yang membuatnya menangis, kuharap bukan karena aku

"kenapa gak masuk?"suara di belakangku tiba-tiba saja membawaku kembali ke alam sadar, kulihat kak Albian berdiri di belakangku

"Kakak mau ke kamar mandi? Duluan aja kak"

"yasudah.."katanya sembari berlalu, aku hanya mampu menatap pintu yang perlahan tertutup, sedikit menyesal telah mempersilahkannya masuk lebuh dulu

******

Hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa, yang berbeda hanyalah paman yang tidak lagi mengantar jemputku ke sekolah dan berujung setiap pulang sekolah aku harus menunggu kak Albian pulang hingga pukul 2 siang, sementara sekolahku pulang lebih cepat 1 jam darinya. Menunggu itu hal yang membosankan, tidak ada hal yang bisa aku lakukan terlebih lagi aku harus menghadapi tingkah kakak tingkat yang tengil, dari mulai mengejek, memanggil tanpa tujuan dan ada juga yang menggoda, untung saja ada pak satpam yang mau berbaik hati berbagi ruangannya untuk ku tumpangi duduk, setidaknya aku tidak terlalu takut jika ada kakak kelas tengil mengggodaku.

Jika berbicara tentang aku dan kak Albian ternyata waktu satu tahun tidak mampu merubah apa-apa, diantara kami tidak ada yang bersedia terlebih dahulu untuk membuka diri atau sekedar menawarkan kisah yang lebih menyenangkan. Kami hanya akan bersama saat pergi dan pulang sekolah, setelahnya kami kembali menjadi dua makhluk yang disibukkan dengan hal yang berbeda. Aku tetaplah aku yang lebih memilih menghabiskan sisa hariku di kamar, mengerjakan tugas atau sekedar bermonolog dengan boneka-boneka kesayanganku untuk meceritakan kisah hari-hariku di sekolah atau menceritakan segala keluh kesahku.


insya Allah jika tidak ada halangan Author akan update cerita ini setiap hari, tetap nantikan kelanjutannya.. Happy Reading.. jangan lupa voment nya, jazzakillah khairon katsir :)

Desah Desuh RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang