Pilihan

44 1 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, tetapi mata ini tak sedikitpun ada keinginan untuk terpejam, banyak sekali kejadian yang terjadi hari ini, dari yang membahagiakan hingga hal yang menyakitkan semua bercampur menjadi satu.

Keputusan tante Kania memaksaku untuk tinggal di penginapan adalah hal yang salah. Niat hati ingin beristirahat dari hari yang melelahkan, namun nyatanya setiap kali aku memejamkan mata saat itu pula bayangan-bayangan itu hadir. Bayang-bayang kepergian mama dan papa beberapa tahun lalu, aku takut jika kehilangan itu akan kembali aku rasakan, entah mengapa aku tidak bisa melenyapkan bayang-bayang buruk itu dari pikiranku.

Seakan ingat sesuatu aku beranjak dari tempat tidurku, berjalan kearah meja kecil di sudut ruangan gegas aku mengeluarkan ponsel yang sedari tadi kuabaikan dari tas selempangku. Segera aku menghubungkannya dengan charger karena sedari tadi ponselku sudah kehabisan daya, ternyata banyak sekali pesan masuk dan panggilan tak terjawab, mulai dari teman-teman kelasku yang menanyakan keberadaanku. Aku kembali merasa bersalah karena sudah menghilang begitu saja saat acara itu selesai, bahkan sepertinya aku sudah tidak punya lagi keberanian untuk menampakkan wajah di hadapan mereka, lalu siapa yang akan membereskan gedung teater itu? Ah entahlah

Pesan selanjutnya dari Aryan yang tak kalah khawatirnya, banyak sekali pesan yang ia kirimkan yang tak lain berisi tentang pertanyaan keberadaanku

Ya- pria itu, bahkan aku meninggalkannya tanpa pamit

Aku sudah tidak bisa berpikir lagi, hingga memutuskan untuk membalas semua pesan-pesan itu dengan kata maaf, hanya itu yang mampu kulakukan. Kelak suatu hari aku akan menjelaskan kondisi sebenarnya

Belum sempat aku membalas semua pesan dari teman-teman angkatanku satu panggilan masuk dari Aryan berhasil membuat jari-jariku yang tengah mengetik terhenti

Apa pria itu belum tertidur di waktu sedini ini

Dengan ragu kugeser tombol digital berwarna hijau yang mengambang di layar ponselku sembari mempersiapkan diri untuk meneriam serbuan pertanyaan

Tapi nihil, waktu panggilan mulai berjalan, namun tak ada sepatah katapun yang kudengar. Apa mungkin speaker ponselku yang bermasalah?

"Ar.."kucoba memastikan jika tidak ada masalah. Beberapa saat kemudian barulah terdengar helaan nafas berat dari seberang sana

"Dimana kamu Ay?"ucap seseorang diseberang sana dengan suara begitu berat, lebih terkesan frustasi

"ma..maaf"entah mengapa lagi-lagi hanya kata itu yang terucap

"kamu baik-baik aja kan?"suara itu terdengar lemah sekali

Aku menggigit bibirku, seperti ada bagian tubuhku yang teriris-iris

"bilang kalau kamu baik-baik aja Ay"kali ini dengan nada yang sedikit tegas, meksi suara itu masih terdengar sangat lemah

"aku.. baik-baik saja Ar"

"yasudah kamu jaga diri baik-baik, aku tutup ya Assalamu'alaikum"

"waalaikumsalam"jawabku lirih, Aryan benar-benar menutup telponnya lalu kemana serbuan pertanyaan yang biasanya aku dapatkan saat aku tak bisa dihubungi

Ada apa dengan Aryan?

Mungkin dia sudah lelah kataku menjawab pertanyaan ku sendiri

******

Ternyata aku menyerah dengan rasa kantukku, entah sejak kapan aku terlelap dengan bersandar pada tempat tidur yang aku ingat terakhir kali waktu di layar ponseku menunjukkan pukul tiga dini hari, wajah sembabku terlihat nyata pada cermin besar yang menempel di dinding. Setelah panggilan telpon dari Aryan berakhir air mataku kembali menetes tanpa diinginkan, aku kembali menangis sejadi-jadinya hingga aku tertidur karena lelah.

Desah Desuh RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang