"Bisakah kau melihat hatiku ini?
Hanya dirimulah yang kupunya.
Aku akan berada di belakangmu,
satu langkah di belakangmu."- Heize -
💚💙💛
Semuanya terasa seperti mimpi bagi Evelina pagi ini. Rasanya ia tidak ingin terbangun, ia hanya ingin tidur nyenyak dalam mimpi indahnya ... bersamanya.
Darren Sergio Alberta Libernon. Sosok yang mengisi relung hatinya selama ini ... kembali. Dengan senyuman menawan, wajah menggoda, dan tawa renyah yang membuat pipi memanas, semuanya terasa sempurna. Hingga pada akhirnya Evelina tidak ingin terbangun dari mimpi ini.
Sayangnya, Feyna juga melihatnya. Otomatis ini semua bukan mimpi semata. Namun rasanya masih seperti mimpi, Evelina tidak ingin terbangun.
Ia tidak bersekolah di sini. Namun sengaja tinggal di sini sementara waktu dengan alasan, menemani Zeon untuk sementara katanya. Padahal Zeon baik-baik saja tanpa sosok Sergio. Malah, lelaki itu berkata kalau hidup tanpa Sergio itu bagaikan kebahagiaan tiada tara. Padahal menurut Evelina, Zeon hanya gengsi. Lelaki berambut silver yang sombongnya mencapai langit ketujuh itu memang merindukan sosok Sergio, sama sepertinya.
"Jadi, gimana kehidupan lo pas gue nggak ada?"
"Rasanya kaya El Mineral, ada manis-manisnya gitu." Beberapa detik kemudian, beberapa kulit kacang berhasil menampar wajah sok tampan Zeon di kantin. Jelas, Evelina terkejut akan apa yang baru saja terjadi.
"Apa masalah lo sama gue?!" geram Zeon sembari melempar kacang beserta isinya ke arah si pelempar tadi. Bukannya marah, si pelempar malah menyeringai. Aura kegelapannya terpancar hebat.
"Tidak tahu. Aku kesal saja melihat wajah sok tampanmu itu," ucap Aaric tanpa merasa bersalah. Lalu ia menyuruh Varius, kakak kelas yang ternyata adalah babu dari Aaric-dia yang mengaku, untuk membelikannya beberapa bungkus kacang lagi.
Tiba-tiba Sergio tertawa menggelegar. "Jadi, sekarang lo temenan sama dia? Lumayan sih, tapi masih bagusan gue kemana-mana."
"Memang."
"Jaga mulutmu!"
Aaric dan Zeon kembali saling melempar kacang. Entah apa yang terjadi hingga mereka bisa 'akrab' seperti itu. Evelina tersenyum saja, seolah masa lalu terulang kembali sekarang. Walaupun pandangan orang lain berbeda; menghina dan takut padanya, setidaknya Evelina tahu bahwa ia tidak sendiri.
"Eve." Sahabat perempuan Eve berbisik padanya. "Aku boleh pergi dari meja ini?"
"Kenapa?" tanya Evelina yang bingung dengan sikap Feyna. Sahabatnya ini seperti tidak nyaman. Tunggu, apakah benar kejadian dulu terulang kembali? Bukankah kejadian dulu ... pernah seperti ini?
"Nggak tahu. Rasanya nggak nyaman aja. Lihat nih kulit kacang sampai masuk ke mangkuk supku!" serunya dengan lirih. Namun tidak cukup pelan hingga berhasil membuat Zeon dan Aaric menoleh.
"Pesan saja yang baru," celetuk Aaric membuat Feyna melotot.
"Kau pikir kantin memperbolehkan?! Seenaknya saja!" ketus Feyna sambil memakan hidangan miliknya yang lain.
"Coba saja pakai jurus kedipan mata milik Raven. Dijamin pasti dapat dua porsi tambahan!" seru Sergio yang dihadiahi jitakan sebal oleh Raven.
Semua orang tertawa kecuali Feyna yang hanya tersenyum, Aaric mendengkus, dan Raven yang mendelik sebal. Rasanya bahagia melihat ini semua. Sungguh, Evelina tidak pernah berpikir bahwa Sergio akan kembali! Sepertinya Sergio memang berhutang cerita padanya tentang semuanya, alasannya, dan kehidupannya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
El Academy [Proses Revisi]
Fantasy[Fantasy-Minor Romance] Three Kingdom The Series #1 Hembusan Rusa yang Bebas. Itu adalah arti namanya; Oilien Feyna Aksana. Seorang putri dari salah satu dunia--yang memiliki 3 kerajaan besar dan bersanding dengan dunia manusia. Selain itu, ia adala...