Mentari yang telah bangun menyinari bumi, bermandikan cahaya begitu asri,batang pohon menari nari terguncang sepoi angin meneteskan embun begitu manis
Tak heran seekor ulat pun keluar menyambut indahnya pagi merayap dibawah sinar mentari
Dilihatnya burung yang berterbangan mencakar langit biru menikmati semesta tak lagi ragu, dalam hatinya bergumam "andai saja aku bisa terbang mungkin aku bisa melihat indahnya bumi di bawah mataku" gumamnya dalam hati.
Namun apalah dayaku yang hanya seekor ulat yang hanya bisa merayap di batang pohon.Pagi semakin tua siang pun kini datang jelas dipelupuk mata. hembusan angin begitu kencang hingga mampu menggoyangkan batang batang pohon yang dimana aku memeluknya begitu erat.
Namun tenagaku yang hanya seekor ulat tak mampu berkelahi dengan kencangnya tenaga angin, dan akhirnya akupun jatuh tepat dipundak seorang gadis.Gadis remaja yang sedang berteduh di bawah pohon yang aku tempati. tapi keberadaanku di pundaknya belum ia sadari. gemetar diriku seakan ketakutan gejolak dalam hati pun kian deras menghujam, tak ada lagi yang kuharapkan selain selamat dari lemparan gadis ini seperti hari hari yang berlalu, jika manusia melihatku mereka sangat jijik. dengan begitu aku langsung dibuang olehnya, bahkan jika aku jatuh ketubuh manusia sangatlah takut untuk dibunuh.
Begitu pun dalam momen seperti ini, dimana aku berada dipundak seorang gadisDetik pun berganti menit sigadis pun beranjak dari tempat berteduhnya dan berdiri dengan menggerak gerakkan badannya, dengan begitu aku hampir jatuh terinjak olehnya tapi aku berusaha menepis kain baju dan merayap pelan, ah ku rasa keberadaanku kini disadari olehnya, ia mulai melihat lihat bajunya sambil meraba raba keleher dan pundaknya, alhasil jemarinya tanpa sengaja menyentuhku, tapi aku tidak langsung dibuang olehnya melainkan ia malah lari mondar mandir seakan ketakutan sambil menjerit sejadi jadi, kemudian diambilnya potongan batang pohon yang telah jatuh lantas aku pun tersapukan dari pundakknya dan jatuh tersungkur ketanah, kini aku harus bersusah payah merayap lagi ke batang pohon, oh betapa malangnya nasib ku ini, tapi aku menyadari akan diriku yang menjijikan ini diri yang penuh kehinaan dan diri yang tidak punya apa apa untuk di banggakan.
Siang pun berlalu digantikan oleh malam, malam yang pekat akan kegelapan, bulan yang bersinar terang benderang serta cahayanya yang berjatuhan ke pangkuan bumi dan memantul bagaikan cermin tatkala jatuh ke air,semakin dalam relung malam semakin ramai pula suasananya, anjing anjing yang menggonggong, para jangkrik yang saling berbisik semuanya seakan membelah sunyinya malam, namun berbeda dengan sang ulat ia justru sedang bersedih hati merenungkan jalan nasib ini, sudah muak ia menjadi ulat, sudah muak ia menelan kehinaan, kesengsaraan, dan kebodohan.
Kini ia hanya berfikir bagaimana caranya jadi makhluk yang berguna yang tak di pandang jijik, yang tak di pandang hina oleh manusia.
Ia akan buktikan bahwa ia mampu memutar balikkan cemoohan menjadi sanjungan, kehinaan menjadi kemuliaan.Dibawah gaun cahaya rembulan yang begitu padang ia genggam segumpal harapan dengan hati yang berdetak sesak tak karuan dengan hembusan nafas yang terbata bata dan air mata yang berlinang bagai permata.
Mulutnya perlahan terbuka mengalunkan kata kata hingga menjadi untaian do'a, do'a yang dipanjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang selalu mendengar keluh kesah semua hambanya.
Tak peduli dingin yang menggerogoti kulitnya ia tetap tegar menguatkan tekadnya bagai karang dilaut tetap tegar menahan terjangan ombak,
Kemudian ia membuat alas seperti sutra di permukaannya dan bergantung terbalik dimana manusia menyebutnya "kepompong".Detik berganti menit, menit berganti hari dan seterusnya pun begitu.
Sang ulat belum selesai dari harapannya belum puas dengan do'a do'anya. kulitnya pun berganti untuk terakhir kalinya warna nya pun berubah seperti warna daun yang mengering. waktu pun terus berlari meninggalkan ulat yang dulu yang di penuhi kehinaan.
Kepompong pun retak sang ulat keluar namun kini ada yang berbeda dari dirinya, di kanan dan kirinya tumbuh sepasang sayap yang cantik dengan corak yang begitu indah. ia keluar sambil mengepak ngepakkan sayapnya didepan tempat bertapanya lalu terbang perlahan lahan. Oh kini ia telah memanen hasil dari do'anya menikmati harapan yang dulunya semu.Ia terbang ke udara bagaikan burung yang mencakar cakrawala menikmati indahnya dunia dibawah mata, ia hampiri taman bunga yang sedang ramai dikerumuni manusia dan hinggap pada bunga yang sedang dipandangi oleh seseorang gadis. lantas sigadis pun kaget, namun rasa kagetannya langsung terbayar kala ia melihat seekor kupu kupu yang sangat cantik, terurai senyum dibibir seorang gadis dan berteriak memanggil teman temannya "hei teman teman kemarilah, lihat! ada kupu kupu cantik sekali". Teriak si gadis memanggil teman temannya sontak semuanya pun berdatangan menghampiri kupu kupu itu sampai sampai ada pula yang memotretnya. dan kala jemari sigadis hendak menyentuhnya, kupu kupu bergegas pergi dan terbang meninggalkan mereka menuju langit biru melihat manusia dibawah mata dan bergumam dalam hati "wahai manusia engkau tidak pernah menyadari bahwa akulah yang dulu kalian hina aku yang selalu kalian buang hingga tersungkur ketanah, tapi kini aku mampu memutar balikkan fakta dari cemoohan menjadi sanjungan kehinaan menjadi kemuliaan, bukan aku berkata diatas atap kesombongan tapi aku membuktikan bahwa aku ini bisa dan bangkit dari keterpurukan". Gumam sang ulat dalam hatinya.
"hidup pun tak beda hal dengan persepsi ulat yang berubah menjadi kepompong, kepompong yang berubah menjadi kupu kupu. Kala kita susah, saat kita menjadi orang yang biasa biasa saja tak jarang kita selalu diabaikan bahkan ditinggalkan bahkan dicaci, namun tatkala kita sudah berhasil, orang orang pun mendadak mendekat. Tak sadar bahwa orang yang kini mereka puji adalah orang yang dulu mereka caci".
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece Of Story
KurzgeschichtenKumpulan cerita cerita pendek yang mengesankan dan penuh hikmah. Mau tau gimana ceritanya? Yuuk... Selamat membaca.....